Komposisi Produksi Optimum dan Total Profit

Dimana : MO total = Peluang pasar total yang bisa diraih. MO us = Peluang pasar untuk segmen yang tidak terlayani unserved consumer MO e = Perkiraan peluang pasar akibat pertumbuhan permintaan. D si = Permintaan demand segmen i S si = Penawaran supply segmen i I d = persen pertumbuhan permintaan Market share suatu perusahaan atau industri dihitung berdasarkan proporsi pasar konsumen yang berhasil dilayani dari keseluruhan ukuran pasar konsumen. Untuk menghitung market share digunakan data penjualan perusahaan atau dalam kasus ini prediksi penjualan PGIB dibandingkan dengan penjualan total dalam pasar beras, sebagai berikut : Market share = Proyeksi Penjualan x 100 Ukuran Pasar

f. Komposisi Produksi Optimum dan Total Profit

Penentuan komposisi produksi optimum dilakukan untuk memperoleh profit optimum dengan batasan-batasan constrain bahan baku, kapasitas produksi, dan pasar. Variasi bahan baku yang bisa digunakan ada empat tingkatan mutu yaitu bahan baku grade A, B, C, dan D. Kualitas beras yang dapat diproduksi antara lain beras kualitas I, II, dan III. Saluran pemasaran yang mungkin digunakan untuk memasarkan produk beras adalah pasar tradisional dan supermarket. Ketiga variabel tersebut menghasilkan 24 kombinasi dengan profit yang berbeda-beda Tabel 2. Kombinasi optimum dicari untuk memperoleh profit yang optimum dari kombinasi dan batasan yang ada. Jumlah masing-masing kombinasi bahan baku, produk dan pasar ditentukan menggunakan metode Linear Programming dengan bantuan software LINDO. Rumusan Linear Programming untuk penentuan komposisi produksi optimum adalah sebagai berikut : Fungsi Max Total Profit Z = µ i x Q i n i=1 Fungsi Pembatas : 1 Kapasitas : Q i Q kap 2 Bahan Baku : Q i Q A Q i Q C Q i Q B Q i Q D 3 Pasar : Q genap Q S Q ganjil Q PT Dimana : Q i = Jumlah produksi kombinasi ke-i µ i = Profit untuk kombinasi ke-i n = Jumlah kombinasi Q kap = Kapasitas produksi beras Q A = Jumlah batasan bahan baku grade A Q B = Jumlah batasan bahan baku grade B Q C = Jumlah batasan bahan baku grade C Q D = Jumlah batasan bahan baku grade D Q genap = Jumlah total dari produksi kombinasi-kombinasi genap saluran supermarket Q ganjil = Jumlah total dari produksi kombinasi-kombinasi ganjil saluran pasar tradisional Q S = Jumlah batasan produk beras yang dapat dipasarkan melalui supermarket Q PT = Jumlah batasan produk beras yang dapat dipasarkan melalui pasar tradisional. n i=1 i=1 6 i=7 12 18 i=13 24 i=19 Tabel 2. Alternatif kombinasi bahan baku, produk dan pasar: Mutu Bahan Baku Mutu Produk Saluran Pemasaran Kombinasi i Kode PT 1 XA1P I SM 2 XA1S PT 3 XA2P II SM 4 XA2S PT 5 XA3P A III SM 6 XA3S PT 7 XB1P I SM 8 XB1S PT 9 XB2P II SM 10 XB2S PT 11 XB3P B III SM 12 XB3S PT 13 XC1P I SM 14 XC1S PT 15 XC2P II SM 16 XC2S PT 17 XC3P C III SM 18 XC3S PT 19 XD1P I SM 20 XD1S PT 21 XD2P II S M 22 X D 2S P T 23 X D 3P D III SM 24 XD3S K eterangan : P T : P asar T radisional S : S uperm arket

IV. GAMBARAN UMUM

Studi kelayakan merupakan sesuatu yang terintegrasi. Untuk memahami studi kelayakan PGIB Bulog secara menyeluruh dibutuhkan pengetahuan terhadap analisis kelayakan masing-masing aspek meliputi aspek bahan baku, produk, penetapan level teknologi, teknis teknologis, manajemen, lingkungan, hukum, pemasaran, dan finansial. Berdasarkan hasil kajian tim studi kelayakan PGIB F- Techno Park, Bantacut et al 2006 dapat diberikan gambaran mengenai beberapa aspek kelayakan PGIB selain pemasaran. 4.1 Potensi Dan Karakteristik Bahan Baku 4.1.1 Potensi Bahan Baku Permasalahan utama yang dijumpai dalam proses pengolahan gabahberas antara lain: i mutu gabah masih rendah karena sistem budidaya yang tidak menggunakan paket teknologi yang lengkap, serta penanganan panen dan pasca panen yang kurang baik, ii panen raya yang terjadi pada musim hujan dengan volume yang banyak dalam waktu yang bersamaan akan menyulitkan petani untuk melakukan pengeringan dan penyimpanan, iii sebagian besar penggilingan padi tidak dilengkapi dengan alat pengering mekanis dryer dan pengeringan dengan sinar matahari menggunakan lamporan kurang baik karena sangat tergantung pada cuaca yang sering hujan, iv umumnya teknologi dan alat mesin pengolahan padiberas yang digunakan sudah tua ketinggalan dan sifatnya tidak terpadu sehingga efisiensinya rendah, dan v limbah sekam dan dedak hasil pengolahan gabahberas belum dikelola dan dimanfaatkan secara maksimal. Dalam suatu industri berbasis pertanian, ketersediaan dan kemudahan bahan baku merupakan faktor yang paling penting. Oleh karena itu, pengembangan PGIB di daerah Tambun Kabupaten Bekasi perlu mempertimbangkan kondisi wilayah secara umum, baik posisi geografis maupun kondisi lingkungan yang berpengaruh pada iklim. Daerah di sekitar Bekasi Karawang, Indramayu, Subang dan Cirebon dikenal sebagai daerah produsen beras utama Pantai Utara Jawa Barat.