Dalam merancang suatu aliran proses perlu memperhatikan kondisi bahan baku mutu, varietas, dll, ruangan yang tersedia, level teknologi, kapasitas dan
mutu produk yang ingin dicapai serta efisiensi. Dengan demikian seyogyanya aliran bahan dapat masuk pada sembarang tahapan proses sesuai kondisi bahan
baku dan mutu produk yang akan dihasilkan. Setiap keluaran produk pada setiap tahapan proses dapat dilakukan monitoring mutu sehingga dihasilkan beras sesuai
dengan klasifikasi mutu yang diinginkan. Proses produksi berjalan secara kontinyu dalam suatu sistem tertutup closed system dimana aliran bahan
dikendalikan dengan menggunakan bucket elevator. Dengan memperhatikan hal- hal diatas maka rancangan aliran proses sesuai kofigurasi mesin pada PGIB
ditetapkan seperti terlihat pada Lampiran 2.
4.2.3 Kapasitas Produksi
Secara teoritis penentuan kapasitas produksi haruslah ditentukan berdasarkan kemampuan pengadaan bahan baku beras asalan, distribusi beras
penyerapan pasar, kapasitas mesin pada setiap tahapan proses serta kelayakan secara finansial. Dalam kajian ini penentuan kapasitas berdasarkan kriteria
tersebut ditempuh melalui survey ketersediaan bahan baku dan penyerapan pasar di daerah Pantura Jawa Barat, studi banding pada beberapa industri penggilingan
padi dan industri alat mesin penggilingan padi, serta identifikasi spesikasi mesin- mesin pengolahan gabahberas. Pada tahap awal, disesuaikan dengan kemampuan
finansial dan penyerapan pasar, PGIB yang akan dibangun ditetapkan berkapasitas 5 tonjam beras dan bersifat expandable. Dengan asumsi mesin beroperasi selama
16 jamhari dan 25 haribulan, maka PGIB berkapasitas sekitar 80 tonhari atau 2.000 tonbulan.
4.2.4. Neraca Massa Selama proses pengolahan beras asalan menjadi produk akhir sesuai mutu
yang diinginkan akan terjadi susut losses. Besarnya susut bervariasi tergantung mutu beras asalan kadar butiran gabah, benda asingbatu, butir mengapur, dsb
dan mutu beras akhir yang ingin dicapai. Semakin tinggi mutu beras akhir yang
ingin dicapai maka semakin besar terjadinya susut karena tahapan proses yang dilaluinya menjadi semakin panjang.
Karakteristik mutu dan bahan baku akan menentukan potensi mutu produk yang dapat dihasilkan. Perkiraan mutu produk disusun berdasarkan keseimbangan
bahan mass balance yang dikoreksi dengan koefisien susut dan kerusakan olah. Perhitungan neraca massa pengolahan beras dari rice to rice dilakukan dengan
pendekatan analisis contoh beras asalan dari Jawa Barat khususnya Pantura dan efisiensi alat asumsi.
Ditinjau dari tahapan prosesnya, pengolahan beras asalan dari bahan baku mutu A, B, C, dan D untuk menghasilkan mutu I, II dan III adalah seperti
diperlihatkan pada Tabel 9. Pada tabel tersebut juga disajikan rendemen konversi bahan baku menjadi produk pada setiap tahapan proses.
Tabel 9. Tahapan proses pengolahan beras asalan pada berbagai kelas mutu Tahapan Proses
Mutu Bahan
Baku A
B C
D E
F G
H Mutu
Produk Produk
Beras
Menir Lain-
lain
I 0.847
0.152 0.001
II 0.893
0.098 0.009
A III
0.99
0.0099 0.0001
I 0.769
0.177 0.054
II 0.82
0.148 0.032
B III
0.926
0.065 0.009
I 0.654
0.222 0.124
II 0.704
0.211 0.085
C III
0.82
0.156 0.024
I 0.498
0.249 0.253
II 0.546
0.246 0.208
D III
0.775
0.17 0.055
Keterangan : a = destoner, b = paddy separator, c = whitening, d = rotary sifter, e = colour sorter, f = shining, g = length grader, h = packaging
Lain-lain : gabah, katul, batu 4.3
Lokasi Industri
Pemilihan lokasi PGIB merupakan bagian dari proses pengambilan keputusan jangka panjang. Idealnya lokasi PGIB harus dekat dengan bahan baku
dan daerah pemasaran. Dengan kata lain, satuan biaya produksi dan distribusi
dapat ditekan pada tingkat minimum sehingga dapat menghasilkan keuntungan yang maksimum. Faktor-faktor yang mempengaruhi pemilihan lokasi PGIB antara
lain sebagai berikut: 1 Jarak dengan sumber bahan baku
2 Jarak dengan daerah pemasaran 3 Sarana transportasi
4 Tersedianya tenaga kerja 5 Tersedianya fasilitas tenaga listrik
6 Tersedianya fasilitas pembuangan limbah 7 Harga bahan bakar dan pelumas
8 Tersedianya tanah 9 Peraturan-peraturan yang berlaku
10 Sikap dan ukuran komunitas 11 Fasilitas komunitas
12 Daerah industri 13 Kemungkinan perluasan pada masa yang akan datang
Dalam implementasinya, penempatan PGIB harus mengacu pada berbagai pertimbangan diatas. Sebagai Pilot Project, pembangunan PGIB akan ditempatkan
di Balai Penelitian Teknologi Pangan BPTP Puslitbang Tambun Bekasi. BPTP Tambun memiliki infrastruktur dan bangunan yang cukup memadai seperti
bangunan gudang, kantor, laboratorium, asrama, guest house, workshop, kantin, musholla, lapangan tenis dan pos jaga.
Saat ini beberapa fasilitas tidak termanfaatkan secara optimal, dua bangunan gudang masing-masing berkapasitas 3500 ton dibiarkan kosong.
Aktivitas yang ada saat ini adalah reprocessing beras dengan kapasitas 1.5 tonjam. Oleh karena itu pemanfaatan aset BPTP Tambun perlu ditingkatkan
terutama dalam kegiatan usaha untuk mendapatkan sumber pendapatan. Pemilihan lokasi BPTP Tambun dilakukan dengan pertimbangan sebagai berikut :
i Luas areal
Luas areal BPTP Tambun cukup memadai yaitu 6.5 Ha didukung oleh infrastruktur dan bangunan yang sudah ada. Bangunan gudang A dan
gudang B masing-masing berukuran 30 x 96 m cukup memadai untuk dijadingan bangunan PGIB, stocking dan outlet pemasaran.
ii Jarak dengan sumber bahan baku Letak lokasi BPTP Tambun dekat dengan sumber bahan baku beras asalan
karena daerah sekitar Tambun merupakan daerah produsen padi dengan jumlah penggilingan padi cukup banyak, antara lain meliputi Kabupaten
Karawang, Indramayu, Subang dan Cirebon. Selain itu kebutuhan akan bahan pembantu seperti karung dan kemasan plastik sangat mudah
didapatkan dari Jakarta dan sekitarnya. iii Jarak dengan daerah pemasaran
Lokasi BPTP Tambun dekat dengan daerah konsumen yang sangat besar yaitu Jakarta dan sekitarnya. Jakarta berpenduduk tidak kurang dari 10 juta
dan mempunyai struktur pasar besar berkualitas tinggi yang sangat besar. Lokasi BPTP Tambun juga cukup dekat dengan Pelabuhan Tanjung Priok
sebagai pintu eksporimpor atau pengiriman beras antar pulau. iv Sarana transportasi
Lokasi Tambun sangat mudah diakses kendaraan baik melalui jalan tol dan non tol yang menghubungkan daerah produsen padi terutama Karawang,
Indramayu dan Subang dengan daerah konsumen baik konsumen antar daerah maupun antar pulau Pelabuhan Tanjung Priok Jakarta dan Pelabuhan
Cirebon. v Fasilitas Umum dan Komunikasi
BPTP cukup lengkap untuk menunjang kegiatan operasional PGIB yaitu sarana kantor, gudang, laboratorium dan pusat pelatihan dan pendidikan
pascapanen terutama untuk komoditas berasgabah. Di lokasi Tambun tersedia fasilitas sambungan telpon yang dapat dipergunakan untuk
komunikasi lokal, interlokal dan internasional maupun faximile dan email. vi Fasilitas Listrik dan ketersediaan Air
Listrik yang tersedia saat ini berkekuatan 105 kVA dan dapat ditingkatkan untuk memenuhi kebutuhan tenaga penggerak untuk pengoperasian PGIB.
Kebutuhan tenaga untuk alatmesin PGIB berkisar sekitar 226.7 kW
sehingga perlu penambahan daya. Air cukup tersedia dari sumber air tanah yang dapat manfaatkan dngan bantuan pompa.
vii Lingkungan dan masalah limbah Pabrik penggilingan rice to rice tidak menimbulkan bahan yang bersifat
polutan yang mencemari lingkunan. Dedak dan menir sebagai hasil samping dapat dijual. Dalam pengembangan jangka panjang, hasil samping ini dapat
diolah lebih lanjut sehingga mempunyai nilai ekonomis. Katuldedak dapat diolah menjadi minyak dedak rice bran oil atau untuk pakan ternak berupa
pellet, sedangkan menir dapat diolah menjadi tepung beras. Lokasi BPTP Tambun berhadapan dengan jalan raya di bagian depan selatan dan rel
kereta api di bagian belakang utara. Sedangkan di sebelah barat pabrik dan sebelah timur pemukiman. Pemilihan lokasi perlu dipertimbangkan
sedemikian rupa sehingga masalah limbah terutama debu dan kebisingan tidak mengganggu pemukiman terutama di sebelah timur.
viii Fasilitas Komunitas Fasilitas komunitas telah tersedia di BPTP Tambun seperti tempat ibadah,
poliklinik, dan fasilitas olah raga hiburan. Fasilitas yang memadai memungkinkan dilakukannya interaksi sosial yang positif.
ix Kemungkinan ekspansi Lokasi yang dipilih masih memungkinkan dilakukannya ekspansi pada masa
yang akan datang karena luas tanah yang cukup dan fasilitas lainnya tersedia.
Pengkajian faktor-faktor tersebut diatas menunjukkan bahwa pemilihan lokasi Tambun sebagai pilot project pembangunan PGIB didasarkan pada
pertimbangan-pertimbangan yang matang,
logis dan memperhitungkan perkembangan yang akan datang.
4.4 Aspek Hukum