Dari gambar di atas dapat dilihat jalur pemasaran beras dari pedagang daerah hingga sampai ke tangan konsumen di wilayah DKI Jakarta. Konsumen
wilayah DKI Jakarta memperoleh beras dari total delapan kombinasi saluran pemasaran yang melalui tiga saluran pengecer yaitu supermarket, pasar
tradisional, dan pengecer perumahan. Pada supermarket terdapat dua saluran pemasaran yang terjadi yaitu :
1. Pedagang Daerah Pasar Induk Cipinang
Supermarket Konsumen
2. Pedagang Daerah Supermarket
Konsumen Pada pasar tradisional terdapat empat saluran pemasaran antara lain :
1. Pedagang Daerah Pasar Induk Cipinang
Pasar Tradisional Konsumen
2. Pedagang Daerah Pasar Induk Cipinang
Agen Pasar Tradisional
Konsumen 3. Pedagang Daerah
Agen Pasar Tradisional
Konsumen 4. Pedagang Daerah
Pasar Tradisional Konsumen
Sedangkan pada pengecer perumahan terdapat dua saluran pemasaran beras yaitu : 1. Pedagang Daerah
Pasar Induk Cipinang Pengecer Perumahan
2. Pedagang Daerah Agen
Pengecer Perumahan
5.7.2 Margin Pemasaran
Setiap perlakuan terhadap produk dan transfer produk dari saluran pemasaran yang satu ke saluran pemasaran lainnya dalam rantai pemasaran akan
menghasilkan nilai tambahmargin terhadap produk. Margin timbul akibat adanya peningkatan nilai manfaat produk dan biaya tambahan dalam pengelolaan
produk seperti biaya proses, transportasi, dan lain-lain. Rincian rata-rata margin setiap saluran pemasaran dapat dilihat pada Tabel 20.
Tabel 20. Margin dalam rantai pemasaran beras ke wilayah Jakarta.
Tingkat Petani Jenis Beras
GKP GKG Eq.Beras
Pedagang Penggiling
Pedagang Cipinang
Pasar Tradisional
Pengecer di perumahan
literan Super
market IR 64 I
4000 4250
4500 5600
8026 IR 64 II
3800 4000
4350 5180
7500 IR 64 III
1800 2200 3481
3600 3700
4100 4620
- Marginkg
400 1281
119-519 100-250
250-400 520-1100
3500-4046 Data diambil dan diolah dari berbagai sumber. Data per tanggal 1 Juni 2006.
Konversi GKG menjadi beras = 63,2
Petani umumnya menjual hasil panennya berupa gabah baik Gabah Kering Panen GKP mayoritas maupun Gabah Kering Giling GKG. Harga GKP
tergantung dari kualitas gabah yang dihasilkan. GKP dengan kualitas standar pemerintah dibeli pemerintah dengan harga Rp.1730kg. Namun, rata-rata petani
menjual GKP kepada penggilingan swasta seharga Rp.1800kg. Sebelum digiling, GKP diolah terlebih dahulu hingga memenuhi spesifikasi GKG yang siap giling.
Proses pasca panen tersebut memberikan margin kepada pengolah baik petani maupun penggiling sebesar Rp.400kg sehingga harga GKG yang diterima
penggilingan menjadi Rp.2200kg. Proses pengolahan GKG menjadi beras memberikan margin sebesar
Rp.1400-Rp.1800kg sehingga beras pedagang penggilingan seharga Rp.3600- 4000kg. Sekitar 80-90 dari margin tersebut merupakan konversi GKG menjadi
beras dengan rendemen 63,2, sedangkan selebihnya adalah biaya proses produksi dan profit.. Perbedaan harga tersebut disebabkan perbedaan kualitas
beras dan biaya pengolahan untuk masing-masing kualitas. Beras dari pedagang penggiling di sentra produksi beras dipasarkan kepada
padagang grosir Pasar Induk Cipinang Jakarta. Pedagang grosir Cipinang mengambil margin sebesar Rp.100-Rp.250kg, kemudian dipasarkan kepada
pengecer pasar tradisional dan sebagian ke supermarket setelah beras mendapat perlakuan lebih lanjut seperti sortasi, pengemasan,dll. Pengecer pasar tradisional
umumnya mengambil margin sebesar Rp.250-Rp.400kg beras, sedangkan supermarket dapat mengambil margin yang sangat tinggi hingga Rp. 3500 - Rp.
4046kg beras. Margin yang sangat tinggi ini disebabkan beras yang dijual di supermarket adalah beras kualitas tinggi, pelanggan supermarket umumnya
kalangan ekonomi menengah-atas, dan produk beras telah mengalami perlakuan lebih lanjut seperti sortasi, pengemasan dengan bahan dan desain kemasan yang
sangat menarik disertai atribut produk yang lengkap. Margin yang cukup tinggi juga terlihat pada pedagang eceran di
perumahan yaitu sebesar Rp.520-Rp.1100kg. Pengecer di perumahan menjual beras dengan satuan liter seharga Rp.3300-Rp.4000liter beras IR 64 atau
Rp.4620-Rp5600kg. Harga eceran tersebut jauh lebih tinggi dibandingkan harga pasar. Hal ini disebabkan pengecer di perumahan membeli beras dari pasar
tradisional dalam jumlah yang kecil 1-3 karung 20kg sehingga biaya transportasi per kg berasnya tinggi. Saluran pemasaran ini dapat dinilai tidak
efisien karena menghasilkan margin yang tinggi tanpa adaya penambahan nilai produk baik kualitas maupun atribut produk lainnya.
5.8 Potensi dan Peluang Pasar