Jenis data yang digunakan adalah data primer dan data sekunder. Data primer diperoleh melalui beberapa teknik antara lain i wawancara pihak terkait,
ii focus group discussion dengan pihak terkait, dan iii observasi langsung yang dilakukan di wilayah pemasaran beras DKI Jakarta dan sekitarnya.
Wawancara dilakukan terhadap pedagang beras di Pasar Induk Cipinang, pihak pengelola Pasar Induk Cipinang, dan pengelola supermarket. Wawancara
dilakukan untuk memperoleh gambaran mengenai kondisi pasar beras, saluran pemasaran dan mekanisme pasar yang berlangsung. Data hasil wawancara
merupakan data kualitatif sebagai penunjang pengambilan keputusan tanpa analisis statistik.
Focus group discussion melibatkan tim studi kelayakan PGIB Bulog dan
pihak Perum Bulog. Fungsi utama focus group discussion adalah untuk menentukan alternatif yang dipilih terkait dengan pendirian PGIB. Observasi
dilakukan di saluran pemasaran beras wilayah DKI Jakarta meliputi Pasar Induk Beras Cipinang, Pasar Tradisional dan Supermarket. Observasi dilakukan untuk
mengetahui varietas dan kualitas beras yang beredar di pasaran dan persaingan yang terjadi antar varietas, kualitas, dan perusahaan produsen beras.
Data sekunder meliputi data kependudukan, produksi, dan pemasaran yang diperoleh dengan cara : i pengumpulan buku dan laporan dari dinas terkait
seperti Perum Bulog dan PT. Food Station Tjipinang Jaya, ii Biro Pusat Statistik, iii laporan penelitian terdahulu, iv Browsing Internet dan v data-data lain
yang menunjang penelitian.
3.3.4 Metode Analisis Data
a. Target Wilayah Pemasaran
Segmen pasar produk beras yang potensial merupakan salah satu acuan untuk menentukan wilayah pemasaran produk beras yang dihasilkan PGIB.
Beberapa alternatif wilayah pemasaran beras yang sudah terjaring melalui proses studi literatur dan pendapat pakar menjadi acuan untuk penentuan wilayah
pemasaran beras yang terbaik. Alternatif wilayah pemasaran yang dipilih secara kualitatif ditentukan melalui focus group discussion tim studi kelayakan PGIB dan
pihak Perum Bulog. Selain itu, pemilihan alternatif wilayah pasar juga ditunjang secara kuantitatif menggunakan Metode Perbandingan Eksponensial MPE.
MPE merupakan salah satu metode untuk menentukan urutan prioritas alternatif keputusan dengan kriteria jamak. Teknik ini digunakan untuk membantu
bagi individu pengambil keputusan untuk menggunakan rancang bangun model yang telah terdefinisi dengan baik pada tahapan proses. Keuntungan Metode
Perbandingan Eksponensial adalah dapat mengurangi bias yang mungkin terjadi dalam analisis. Nilai skor yang menggambarkan urutan prioritas menjadi besar
fungsi eksponensial sehingga menjadikan urutan prioritas alternatif keputusan lebih nyata.
Tahapan analisa meliputi : 1. Menyusun alternatif-alternatif keputusan yang akan dipilih,
2. Menentukan kriteria atau perbandingan kriteria keputusan yang penting untuk dievaluasi,
3. Menentukan tingkat kepentingan dari setiap kriteria keputusan atau pertimbangan kriteria,
4. Menentukan penilaian terhadap semua alternatif pada setiap kriteria, 5. Menghitung skor atau nilai total pada setia alternatif, dan
6. Menentukan urutan prioritas keputusan didasarkan pada skor atau nilai total masing-masing alternatif.
Formulasi perhitungan skor nilai untuk setiap alternatif dalam metode perbandingan eksponensial adalah sebagai berikut :
Dimana : TNi
= Total nilai alternatif ke -i RK ij = derajat kepentingan relatif kriteria ke-j pada pilihan keputusan i
TKK j = derajat kepentingan kritera keputusan ke-j; TKKj 0; bulat n
= jumlah pilihan keputusan m
= jumlah kriteria keputusan m
Total Nilai TN
i
= RK
ij TKK j
j=1
Pada penelitian ini penentuan kriteria pemilihan wilayah pemasaran, derajat kepentingan kriteria dan penilaian alternatif wilayah pemasaran dilakukan
oleh empat orang penilai antara lain dua orang praktisi pedagang beras di pasar induk beras Cipinang Jakarta, satu orang akademisi dosen pemasaran, dan
peneliti sendiri. Kriteria yang digunakan dalam pemilihan wilayah pemasaran antara lain ukuran pasar, jumlah segmen yang sesuai, pertumbuhan pasar,
persaingan, saluran pemasaran, biaya transportasi dan infrastruktur dan fasilitas penunjang. Ada enam alternatif wilayah pemasaran yang dinilai antara lain DKI
Jakarta, Bogor, Depok, Tangerang, Bekasi, dan Bandung.
b. Ukuran Pasar dan Proyeksi Perkembangan Pasar