79
Kateman, Sungai Danai, Sungai Gaung, Sungai Anak Serka, Sungai Batang Tuaka, Sungai Enok, Sungai Batang, Sungai Gangsal yang hulunya bercabang
tiga yaitu Sungai Gangsal, Sungai Keritang, Sunga Reteh, Sungai Terap, Sungai Mandah, Sungai Igal, Sungai Pelanduk, Sungai Bantaian, dan Sungai Batang
Tumu. Pulau-pulau yang terdapat di Kabupaten Indragiri Hilir pada umumnya telah
didiami penduduk dan sebagian diusahakan penduduk untuk dijadikan kebun- kebun kelapa, persawahan pasang surut, kebun sagu dan lain sebagainya.
Gugusan pulau tersebut meliputi; Pulau Kateman, Pulau Burung, Pulau Pisang, Pulau Bakong, Pulau Air Tawar, Pulau Pucung, Pulau Ruku, Pulau Mas, Pulau
Nyiur dan pulau-pulau kecil lainnya. Di samping gugusan pulau tersebut maka terdapat
pula selat-selatterusan
kecil seperti;
SelatTerusan Kempas,
SelatTerusan Batang, SelatTerusan Concong, SelatTerusan Perawang, SelatTerusan Patah Parang, SelatTerusan Sungai Kerang, dan SelatTerusan
Tekulai. Selain selatterusan alam terdapat pula terusan buatan antara lain; Terusan Beringin, Terusan Mandah, Terusan Igal dan lain-lain. Di samping sungai
dan selat terusan di daerah ini terdapat pula parit-parit buatan yang telah dibangun sejak zaman dahulu oleh petani. Parit-parit buatan tesebut tetap
dimanfaatkan sampai sekarang sebagai saluran drainase pengairan, serta untuk keperluan lalu lintas perhubungan. Selain itu di daerah ini juga terdapat danau dan
tanjung seperti Danau Gaung, Danau Danai dan Danau Kateman, sedangkan tanjung yang ada di Indragiri Hilir adalah Tanjung Datuk dan Tanjung Bakung.
4.6.1 Produksi perikanan tangkap laut
Kabupaten Indragiri Hilir memiliki wilayah perairan laut seluas 6.318 km
2
yang terbagi dalam perairan pantai dari beberapa kecamatan, antara lain: Tembilahan 377,99 km
2
, Kuindra 671,56 km
2
, Tanah Merah 721,56 km
2
, Reteh 553,74 km
2
, Mandah 1.479,24 km
2
, Gaung Anak Serka 612,75 km
2
, Batang Tuaka 1.050,25 km
2
dan Kateman 211,31 km
2
serta perairan lepas pantai. Perairan laut Kabupaten Indragiri Hilir dengan posisi yang strategis
dimana berhadapan langsung dengan Selat Berhala dan Laut Cina Selatan diyakini banyak menyimpan kekayaan sumberdaya hayati berupa ikan dan berbagai jenis
hewan air serta tumbuhan laut lainnya. Sumberdaya ikan yang terdapat di perairan
80
tersebut terdiri dari jenis ikan pelagis, demersal serta binatanghewan berkulit keras, yang kesemuanya memiliki nilai ekonomis penting.
Produksi hasil tangkapan nelayan di Laut Cina Selatan dari tahun 1999- 2007 cenderung tidak teratur. Produksi terbanyak terjadi pada tahun 2000 sebesar
37673,3 ton dan terendah pada tahun 2005 sebesar 31274 ton. Kecenderungan produksi perikanan di Laut Cina Selatan disajikan pada Gambar 21.
Gambar 21 Kecenderungan produksi perikanan Laut Cina Selatan Kabupaten Indragiri Hilir tahun 1999-2007.
Jumlah produksi perikanan tangkap di Laut Cina Selatan mengalami penurunan rata-rata sebesar 510,5 tontahun, sumber daya perikanan yang
terkandung dalam wilayah Laut Cina Selatan perairan Indragiri Hilir sebesar 602.384 ton dengan potensi penangkapan lestari 36.404 tontahun. Sampai Tahun
2007 tingkat pemanfaatannya telah mencapai 34780,8 ton atau sekitar 93,6 , hal ini berarti masih mempunyai peluang untuk meningkatkan produksi penangkapan
sebesar 4,39 dari potensi yang tersedia. Peluang pengembangan usaha penangkapan yang dapat ditingkatkan sebanyak 1.567,70 ton per tahunnya
terutama di perairan lepas pantai. Produksi perikanan demersal rata-rata mengalami penurunan sebesar 619,8
tontahun. Dengan jumlah produksi terbesar pada tahun 1999 sebesar 14.988,7 ton dan produksi terendah terjadi pada tahun 2006 dan 2007 yaitu sebesar 8803,3 ton
Gambar 22.
37311,8 37673,3
36638,55 35603,8
35277,7 34503,3
31274 34780,8
34780,8
20000 40000
60000
1999 2000
2001 2002
2003 2004
2005 2006
2007
T a hun Pr
o d
u k
si to
n t
a h
u n
81
Gambar 22 Kecenderungan produksi perikanan demersal Laut Cina Selatan perairan Indragiri Hilir tahun 1999-2007.
Gambar 23 Kecenderungan produksi perikanan pelagis Laut Cina Selatan perairan Indragiri Hilir tahun 1999-2007.
Produksi perikanan pelagis di Laut Cina Selatan perairan Indragiri Hilir mengalami penurunan produksi rata-rata 590,6 tontahun. Dengan produksi
tertinggi pada tahun 1999 sebesar 9053,8. Produksi terendah terjadi pada tahun 2004 sebesar3373 ton Gambar 23.
Kepemilikan alat penangkapan di perairan Indragiri Hilir sama halnya dengan kepemilikan di Perairan Bengkalis, yaitu milik pribadi dan milik tauke.
Lebih jelasnya disajikan pada Tabel 5. Hasil observasi lapang menunjukkan bahwa teknologi penangkapan yang
ada di Laut Cina Selatan Perairan Indragiri Hilir umumnya masih berskala kecil
14966,7 12421,3
11144,85 10482,5
10869,6 10991,4
10049,9 8803,3
8803,3
2000 4000
6000 8000
10000 12000
14000 16000
1999 2000
2001 2002
2003 2004
2005 2006
2007
T a hun
P ro
d u
k s
i t
o n
9053,8 6604,3
5448,05 3373
3570,8 3608,9
3608,9 4291,8
3710,9
3000 6000
9000 12000
1999 2000
2001 2002
2003 2004
2005 2006
2007
T a hun P
ro d
u k
s i
t o
n
82
dan bersifat tradisional. Jenis alat tangkap yang ada dan digunakan oleh nelayan setempat cukup beragam.
Kecenderungan alat penangkapan ikan berfluktuasi tiap tahunnya, di mana rata-rata mengalami kenaikan sebesar 137,9 unit tiap tahunnya.
Secara umum Kecenderungan jumlah alat tangkap ini menunjukkan peningkatan yang cukup baik.
Tabel 5 Distribusi nelayan berdasarkan kepemilikan jenis alat tangkap di Perairan
Laut Cina Selatan Kabupaten Indragiri Hilir
No Jenis alat
Status Pemilik
Pekerja Jumlah
1 Jaring insang 24
33,33 48
66,67 72
100 2 Jaring udang
8 72,73
3 27,72
11 100
3 Rawai 15
40,54 22
59,46 37
100 4 Bubu labuh
3 17,65
14 82,35
17 100
5 Bubu tiang 8
29,63 19
70,37 27
100 6 Pukat Cincin
4 57,14
3 42,86
7 100
7 Sondong 13
52,00 12
48,00 25
100 8 Tuamang
27 77,14
8 22,86
35 100
9 Cantrang 5
33,34 10
66,66 15
100 10 Belat
10 100,00
- 10
100 Jumlah
117 45,70
139 54,30
256 100
Sumber : DPK Kabupaten Indragiri Hilir 2007
4.7 Keadaan Sarana dan Prasarana Perikanan