46
Tingkat pemanfaatan potensi sumber daya laut di perairan Selat Malaka sudah harus mendapat perhatian dan dilakukan dengan prinsip kehati-hatian
precautionary approach, karena tingkat pemanfaatannya telah mencapai 113,64 sedangkan tingkat pemanfaatan di perairan Laut Cina Selatan baru
mencapai 60,03 DPK Provinsi Riau 2007, walaupun data tersebut perlu dikaji lebih lanjut setelah adanya perubahan wilayah administrasi. Kajian yang
dibutuhkan adalah melakukan evaluasi kembali terhadap potensi sumberdaya perikanan, khususnya perikanan tangkap. Pencapaian pengembangan perikanan
tangkap yang berkelanjutan membutuhkan adanya evaluasi dan kajian terhadap potensi yang ada sehingga penetapan kebijakan pengembangan dapat ditetapkan
berdasarkan daya dukung sumberdaya perikanan tangkap. Informasi mengenai potensi sumberdaya ikan sangat diperlukan untuk
melakukan perencanaan pembangunan perikanan tangkap yang tepat, guna mewujudkan aktivitas perikanan tangkap yang optimal, lestari dan berkelanjutan.
Kelengkapan dan ketepatan informasi ini sangat ditentukan oleh ketersediaan dan keakuratan data dasar, seperti dari hasil survei kapal-kapal penelitian maupun dari
kualitas data statistik perikanan tangkap yang terkumpul. Secara umum ketersediaan data dasar untuk mengestimasi potensi sumberdaya ikan di Provinsi
Riau masih terbatas, baik yang berasal dari hasil survei kapal-kapal penelitian maupun dari statistik perikanan tangkap, sehingga penyajian informasi potensi
sumberdaya ikan yang lebih rinci menjadi sulit untuk dilakukan.
4.4.2 Produksi dan komoditi utama perikanan tangkap
Karakteristik perairan laut antara Selat Malaka dan Laut Cina Selatan memberikan keragaman dan komposisi jenis sumberdaya hayati laut yang
terkandung di dalamnya relatif berbeda. Tahun 2007, total produksi perikanan tangkap yang dihasilkan melalui kegiatan penangkapan ikan di perairan laut
Provinsi Riau mencapai 102.090,2 ton dengan nilai produksi sebesar Rp. 1.268.943.455.000 DPK Provinsi Riau 2007.
Kecenderungan produksi perikanan tangkap di Provinsi Riau selama 9 tahun terakhir 1999-2007 berdasarkan data DPK berfluktuasi dengan produksi
tertinggi terjadi pada tahun 2003 sebesar 313.473,4 ton dan produksi terendah pada tahun 2005 sebesar 97.781,6 ton. Rendahnya produksi di tahun 2005 ini
47
terjadi akibat dampak berpisahnya Kepulauan Riau dari Provinsi Riau pada tanggal 1 Juli 2004, terutama untuk penangkapan laut menurun 82,21, yaitu
sebesar 133.439,7 ton. Namun demikian, pada tahun 2007 produksi perikanan tangkap di Provinsi Riau mulai menunjukkan peningkatan. Berdasarkan data
tersebut dapat dinyatakan bahwa aktivitas perikanan tangkap di provinsi ini mulai berangsur pulih. Kecenderungan produksi perikanan tangkap Povinsi Riau dalam
kurun waktu 9 tahun terakhir ditunjukkan pada Gambar 6.
Gambar 6 Kecenderungan produksi perikanan tangkap di Provinsi Riau tahun 1999-2007.
Jumlah hasil tangkapan dari para nelayan yang berbasis di Selat Malaka pada tahun 2007 memberikan kontribusi sebesar 64,9 terhadap total produksi
perikanan tangkap di Provinsi Riau. Produksi perikanan tangkap yang didaratkan di wilayah ini tercatat sebanyak 66.327,7 ton dan menghasilkan nilai produksi
sebesar Rp. 990.010.252.000 Produksi ikan terbesar dihasilkan oleh Kabupaten Rokan Hilir dengan volume sebanyak 51.123,7 ton. Sementara itu, untuk produksi
perikanan tangkap di perairan Laut Cina Selatan pada tahun 2007 tercatat sebesar 35.762,5 ton dan menghasilkan nilai produksi sebesar Rp. 374.974.107.000.
Produksi ikan terbesar dihasilkan oleh Kabupaten Indragiri Hilir dengan volume sebanyak 34.780,8 ton DPK Provinsi Riau 2007. Kontribusi produksi perikanan
tangkap menurut wilayah perairan dan kabupatenkota di Provinsi Riau disajikan pada Gambar 7.
Lima jenis komoditi utama yang merupakan hasil tangkapan dominan nelayan di Perairan Selat Malaka tahun 2007 adalah udang putih, mayung, parang,
50000 100000
150000 200000
250000 300000
350000
1999 2000
2001 2002
2003 2004
2005 2006
2007
Tahun
P ro
d u
k s
i t
o n
t a
h u
n
Sebelum Pemekaran Setelah Pemekaran
48
tenggiri dan swanggi Tabel 2. Kontribusi produksi lima jenis komoditi utama ini sebesar 40 dari total produksi perikanan tangkap yang di daratkan dari perairan
Selat Malaka. Pada Laut Cina Selatan lima jenis komoditi hasil tangkapan paling dominan adalah gulamah, swanggi, udang putih, bawal putih dan belanak Tabel
3. Jumlah produksi lima jenis komoditi utama tersebut memberikan kontribusi sebesar 33 dari total produksi perikanan tangkap yang di daratkan dari perairan
Laut Cina Selatan.
Gambar 7 Kontribusi produksi perikanan tangkap menurut wilayah perairan dan kabupatenkota di Provinsi Riau Tahun 2007.
Tabel 2 Produksi dan nilai produksi 10 jenis hasil tangkapan dominan di Selat
Malaka Provinsi Riau Tahun 2007
Jenis ikan Nama international
Produksi ton
Nilai Produksi x Rp 1.000,-
Udang Putih Giant tiger prawn
6952 206.585.000
Mayung Seacat fishes
5554,2 64.499.800
Parang Herrins
4878,3 77.390.200
Tenggiri Narraw barred king mackerel
4567,0 82.222.600
Swanggi Big eyes
4014,3 42.999.600
Senangin Treadfins
2965,8 53.356.500
Bawal Putih Silver pomfret
2894,3 81.990.000
Pari Cawtail ray
2208,5 29.677.800
Gulamah Croakers Drums
2074,9 20.085.700
Kakap Seaperch
1958,6 58.129.300
Sumber: Statistik Perikanan Tangkap Provinsi Riau tahun 2007
P elalawan 1
Dumai 2
Indragiri Hilir 34
R okan Hilir 50
B engkalis 12
S iak 1
S e la t Ma la ka 65 L a u t C in a S e la ta n 35
S elat Malaka : K abupaten S iak
K otamadya Dumai K abupaten B engkalis
K abupaten R okan Hilir L aut C ina S elatan :
K abupaten Indragiri Hilir K abupaten P elalawan
49 Tabel 3 Produksi dan nilai produksi 10 jenis hasil tangkapan dominan di perairan Laut
Cina Selatan Provinsi Riau Tahun 2007
Jenis ikan Nama international
Produksi ton Nilai Produksi
x Rp 1.000,-
Gulamah Croakers Drums
1773,7 11.200.900
Swanggi Big eyes
1547,1 8.026.200
Udang Putih Giant tiger prawn
1492,4 22.547.800
Bawal Putih Silver pomfret
871,0 13.032.800
Belanak Mullets
729,1 9.973.800
Pari Cawtail ray
688,5 4.877.800
Parang Herrins
679,1 7.674.800
Mayung Seacat fishes
644,9 8.026.200
Udang Dogol Metapeneus shrimps
593,6 7.520.100
Tetengkek Hardtail scad
590,4 7.084.800
Sumber: Statistik Perikanan Tangkap Provinsi Riau tahun 2007
4.4.3 Armada perikanan tangkap