Kebijakan pengembangan perikanan tangkap

35 dilaksanakan bersifat parsial dan seringkali menimbulkan eksternalitas negatif antara satu dengan lainnya. Kelembagaan kelautan dan perikanan akan kuat dan tangguh, mantap dan tidak goyah apabila dalam pembangunan ada kejelasan tujuan yang ingin dicapai, hal ini akan berpengaruh terhadap kinerja pembangunan kelautan dan perikanan, yang tercermin dalam tata kelembagaan institutional arrangement dan kerangka kerjamekanisme kelembagaannya institutional framework. Di sisi lain kelembagaan kelautan dan perikanan harus fleksibel dalam mengikuti dinamika pembangunan kelautan dan perikanan yang saat ini dapat dikembangkan berdasarkan suatu disain kelembagaan yang mampu mengoptimalkan peran sektor kelautan dan perikanan. Suatu bentuk kelembagaan yang efektif dan efisien akan mendatangkan suatu keberhasilan dalam industri penangkapan ikan. Bentuk kerjasama antara pemerintah, masyarakat dan swasta akan mampu mengoperasikan kegiatan penangkapan dengan optimal. Pengelolaan yang baik menurut Purwaka, 2003 melakukan pendekatan Triangle Integrated yakni Resources based RB, Comunity based Management CBR dan Market Based MB ketiga pendekatan ini harus utuh sehingga interaksi antara hukum dan kelembagaan dapat berjalan dengan baik. Kelembagaan di pandang dari prespektif ekonomi maka kelembagaan akan beroperasi dalam level makro dan mikro Purwaka 2003.

2.8.2 Kebijakan pengembangan perikanan tangkap

Kebijakan berasal dari kata policy yang berupa aturan main atau set of rule of law. Kebijakan yang dibuat oleh pemerintah sekalipun pemerintah misalnya tidak membuat kebijakan namun pemerintah mempunyai peranan untuk meligitimasinya. Kebijakan dapat berupa formal law positive law dan informal law written. Kebijakan dapat ditingkatkan dan di sempurnakan dengan melakukan berbagai analisis kebijakan. Terdapat tujuh variasi kegiatan analisis kebijakan ini sekaligus menggambarkan ruang lingkup scope analisis kebijakan Hogwood and Dunn 1986 yakni : 1 Studi-studi isi kebijakan studies of policy content. Maksud studi ini adalah menggambarkan dan menjelaskan asal mula serta perkembangan kebijakan. 2 Studi-studi tentang proses kebijakan, yang lebih mengutarakan tahap-tahap yang harus dilalui oleh isu kebijakan pemerintah sebelumnya dengan 36 menilai pengaruh dari usaha-usaha yang dilakukan dari berbagai faktor terhadap perkembangan isu. 3 Studi mengenai out kebijakan studies of policy output pada umumnya menjelaskan tingkat pengeluaran biaya yang berbeda dari setiap daerah. 4 Studi-studi evaluasi evaluation studies batas-batas antara analisis kebijakan, untuk melihat dampak dari suatu kebijakan terhadap kelompok sasaran. 5 Informasi untuk pembuatan kebijakan information for policy making maksudnya penyusunan dan pengumpulan data guna membantu pembuatan kebijakan dan pengambilan keputusan. 6 Proses nasehat process advocacy, yakni proses penasehatan yang tercermin dalam pelbagai upaya yang dilakukan untuk menyempurnakan mesin pemerintahan melalui relokasi tupoksi guna menetapkan landasan pemilihan kebijakan. 7 Nasehat kebijakan policy advocacy kegiatan yang melibatkan analis dalam pemilihan alternatif yang terdesak dalam proses kebijakan baik secara perorangan maupun kelompokkerjasama. Kebijakan merupakan suatu bentuk keputusan pemerintah atau lembaga yang dibuat agar dapat memecahkan suatu masalah untuk mewujudkan suatu keinginan rakyat, suatu kebijakan mampu mempengaruhi keikutsertaan masyarakat dan kehidupan masyarakat yang secara keseluruhan dipengaruhi oleh proses kebijakan, mulai dari perumusan, pelaksanaan hingga berakhir dengan penilaian kebijakan Abidin 2004. Tara 2001 yang diacu Jusuf 2005 mengatakan bahwa pengembangan diartikan sebagai suatu upaya untuk selalu maju dalam memperbaiki kehidupan masyarakat. Kemajuan akan dicapai apabila kondisi ekonomi berubahmeningkat pertumbuhan ekonomi berkaitan erat dengan mekanisme ekonomi, sosial dan institusional, baik swasta maupun pemerintah untuk dapat menciptakan perbaikan taraf hidup masyarakat dengan luas dan cepat. Mengingat kegiatan pemanfaatan sumber daya produksi ikan terkait dengan kelestarian sumber daya perikanan, maka semua kebijakan yang diterapkan mempertimbangkan keberadaan sumber daya dalam jangka waktu 37 yang relatif lama. Ketentuan Umum Undang-Undang No. 9 Tahun 1985 tentang perikanan, bahwa pengelolaan sumber daya perikanan adalah semua upaya termasuk kebijakan dan non-kebijakan yang bertujuan agar sumber daya itu dapat dimanfaatkan secara optimal dan berlangsung secara terus-menerus. Undang- Undang No. 22 Tahun 1999, membuka peluang yang lebih besar bagi daerah kabupaten dan kota, guna mengoptimalkan pengelolaan kawasan pesisir dan laut secara sinergis, mengatur memanfaatkan dan mengoptimalkan potensi sumber daya alam bagi peningkatan kesejahteraan masyarakat dengan tetap menjamin fungsi keseimbangan lingkungan. Dalam konteks pemanfaatan sumber daya kelautan dan perikanan oleh daerah memang terdapat keuntungan, tetapi juga sekaligus menjadi beban dan tanggungjawab daerah dalam pengendalian dan pengelolaannya. Pembatasan tekonologi alat tangkap, pembatasan jumlah effort dan pengendalian daerah penangkapan ikan merupakan pengendalian secara biologi. Pengendalian secara ekonomi menggunakan peubah ekonomi sebagai instrumen pengendalian upaya penangkapan ikan. Peubah ekonomi yang relevan dalam menunjang pemanfaatan sumber daya perikanan yang optimal meliputi : harga ikan, subsidi BBM, pajak dan biaya izin penangkapan ikan Nikijuluw 2002, pengembangan alternatif lapangan kerja nelayan, pemberian kredit, pengembangan prasarana pelabuhan perikanan, peningkatan keterampilan nelayan dan pengembangan agribisnis perikanan. Jentoft 1989 yang diacu oleh Nikijuluw 2002 menyatakan bahwa pemerintah ikut mengelola sumber daya perikanan karena alasan efisiensi, keadilan dan administrasi. Disisi lain partisipasi masyarakat dapat mempengaruhi seluruh proses kebijakan mulai dari perumusan, pelaksanaan dan penilaian kebijakan. 3 METODOLOGI UMUM

3.1 Waktu dan Tempat Penelitian