23
5 Pancing lain selain huhate 6 Pancing tonda
8 Perangkap traps
1 Sero 2 Jermal
3 Bubu 4 Perangkap lainnya
9 Muro ami dan lain-lain jala, tombak, dan lain-lain
2.4.2 Kapal perikanan
Secara umum di Indonesia perahu atau kapal penangkap diklasifikasikan sebagai berikut DJPT- DKP 2002 :
1 Perahu tidak bermotor
1 Jukung 2 Perahu papan
1 Kecil perahu yang terbesar panjangnya kurang dari 7 m 2 Sedang perahu yang terbesar panjangnya dari 7 sampai 10 m
3 Besar perahu yang terbesar panjangnya 10 m atau lebih 2
Perahu motor tempel 3
Kapal motor 1 Kurang dari 5 GT
2 5 – 10 GT
3 10 – 20 GT
4 20 – 30 GT
5 30 – 50 GT
6 50 – 100 GT
7 100 – 200 GT
8 200 GT keatas Tipe kapal ikan secara umum terdiri dari dua 2 kelompok tipe, yakni : 1
kelompok tipe kapal ikan yang menggunakan alat penangkap pancing dan 2 kelompok tipe kapal ikan yang menggunakan alat tangkap jaringnet Andarto dan
Sutedjo 1993. FAO 1999 mengklasifikasian perikanan yang selektif bagi beberapa negara menggolongkan perikanan di Indonesia pada dua 2 katagori
24
yaitu : perikanan skala kecil menggunakan mesin luar sebesar 10 HP atau 5 GT dan daerah operasinya pada zona I atau jalur 1 4 mil dari garis pantai dan
yang menggunakan mesin luar sebesar 50 HP atau 25 GT dengan jalur operasinya pada zona II atau jalur 2 4 mil
– 8 mil sedangkan perikanan skala besar merupakan perikanan industri yang menggunakan mesin dalam dengan
kekuatan 200 HP atau 100 GT dan jalur operasinya pada jalur 3 dan 4 8 mil - 12 mil dan atau 12 mil. Soekarsono 1995 mengklasifikasikan kapal menurut
fungsinya diantaranya kapal perikanan terdiri dari kapal tonda troller, kapal rawai dasar bottom longliner, kapal rawai tuna tuna longliner, kapal pukat
cincin purse seiner, kapal jaring insang gillnetter, kapal bubu pot fishing vessel, kapal pukat udang shrimp trawler, kapal set net, kapal pengangkut ikan
dan jenis kapal lainnya.
2.4.3 Nelayan
Nelayan sebagai tenaga kerja pada perahukapal penangkapan merupakan orang yang terlibat langsung dalam kegiatan penangkapan, sehingga termasuk
salah satu faktor penting dalam menentukan keberhasilan suatu operasi penangkapan.
Nelayan adalah orang yang secara aktif melakukan pekerjaan dalam operasi penangkapan ikanbinatang air lainnya. Ahli mesin dan juru masak yang bekerja
diatas kapal penangkapan dikatagorikan nelayan yang walaupun tidak melakukan aktivitas menangkap DJPT-DKP 2002. Selanjutnya dalam Undang-Undang no.
31 Tahun 2004 tentang Perikanan mendefinisikan nelayan adalah orang yang mata pencahariannya melakukan penangkapan ikan. Undang-Undang No 9 Tahun 1985
mendefinisikan alat penangkap ikan sebagai sarana dan perlengkapan atau benda- benda lainnya yang dipergunakan untuk menangkap ikan, dengan melihat dan
menyimak definisi yang ada maka dapat disimpulkan bahwa armada perikanan tangkap merupakan kumpulan atau sekelompok unit penangkapan ikan yang
melakukan kegiatan operasi penangkapan ikan pada suatu perairan bersama- sama.
Secara resmi di Indonesia nelayan diklasifikasikan sebagai berikut DJPT- DKP 2002 :
25
1 Nelayan penuh, yaitu nelayan yang seluruh waktu kerjanya digunakan untuk
melakukan pekerjaan operasi penangkapan ikanbinatang air lainnya. 2
Nelayan sambilan, yaitu nelayan yang sebagian besar waktu kerjanya digunakan untuk melakukan pekerjaan operasi penangkapan ikanbinatang
air lainnya. 3
Nelayan sambilan tambahan, nelayan yang sebagian kecil waktunya digunakan untuk melakukan pekerjaan penangkapan ikanbinatang air
lainnya. Profil nelayan tradisional walaupun pada umumnya cukup terampil
menggunakan peralatan yang dimilikinya dengan sarana penangkapan ikan dan kemampuan yang sangat terbatas dan seringkali sulit untuk ditingkatkan ke arah
yang lebih modern. Posisi ekonomi nelayan yang sangat rendah diakibatkan karena modal terbatas, produktivitas yang rendah dengan hasil tangkapan ikan
yang tidak menentu sebagai akibat pengaruh musim, juga dengan jaminan pemasaran ikan yang tidak menentu karena masih terdapatnya berbagai kendala
dalam penentuan harga jual pada tingkat nelayan. Hal lain yang juga menarik adalah kondisi psikologis dan sosologis masyarakat nelayan, umumnya berada
dalam lingkungan hidup sosial yang cenderung tidak memikirkan hari depannya, dan karenanya kurang kesadaran untuk menyimpan sebagian pendapatan yang
diperolehnya terutama pada saat musim ikan DJPT –DKP 2003.
2.5 Analisis Konflik