142
lama dan menyebabkan banyak kerugian dipihak mereka. Tahun 2006 nelayan rawai didampingi oleh WALHI Riau meminta dukungan dari Gus
Dur yang pada saat itu secara langsung menirimkan surat ke Presiden RI dan Gubernur Riau untuk penyelesaian konflik di perairan Bengkalis. Hasilnya
dikeluarkan SK Gubernur no 17 tahun 2006. Namun hingga saat ini belum ada penyelesaian yang dapat diterima oleh kedua belah pihak yang
berkonflik. Eskalasi konflik yang ditunjukkan oleh Gambar 30, mengindikasikan bahwa
usaha perikanan kurau masih memiliki peluang untuk dapat dijadikan sebagai prime mover dalam pengembangan usaha perikanan tangkap di perairan Provinsi
Riau.
6.4.3 Urutan kejadian konflik
Konflik antara nelayan perairan Bengkalis selanjutnya disebut sebagai ‘nelayan rawai’ dengan nelayan jaring batu di perairan Kecamatan Bantan sudah
berlangsung hampir tiga dasawarsa. Hasil penelitian menunjukkan, konflik sering terjadi di perairan Teluk Pambang Gambar 29, hal ini dikarenakan daerah
penangkapan fishing ground ikan kurau adalah di perairan tersebut. Konflik berkepanjangan ini berawal ketika pemburuan terhadap spesies ikan
kurau di kawasan perairan Kecamatan Bantan mulai meningkat. Data lapangan menunjukkan bahwa perburuan terhadap spesies ikan kurau oleh nelayan rawai
dimulai sejak tahun 1970-an. Pada masa tersebut nelayan rawai melakukan penangkapan ikan kurau dengan mengunakan sampan dayung yang dilengkapi
layar dengan alat tangkap jaring insang permukaan dan rawai. Walaupun dengan mengunakan sampan dayung daerah tangkap fishing ground para nelayan
belum berubah sampai saat ini. Pertikaian antara nelayan rawai dan nelayan jaring batu sejak tahun 1983
tercatat sebanyak 38 kali, sebagian besar adalah penangkapan kapal jaring batu oleh nelayan tadisional. Konflik ini juga telah membuat sekitar 40 kapal jaring
batu di bakar, dan mengakibatkan beberapa orang luka-luka Suara Pembaharuan, 28 April 2004. Nelayan dan pemilik pengusaha jaring batu sebagian besar berasal
dari Kecamatan Rangsang, Kecamatan Tebing Tinggi, Kecamatan Merbau, Kecamatan Bengkalis; Kabupaten Bengkalis dan Tanjung Balai Karimun;
143
Kabupaten Karimun yang merupakan usaha komersil skala ekspor yang didominasi oleh etnis Cina Tionghoa. Memuncaknya konflik di perairan Bengkalis salah
satunya disebabkan oleh semakin meningkatnya upaya penangkapan Gambar 30 dan menurunnya produktivitas penangkapan nelayan terhadap ikan kurau
Gambar 31.
Gambar 29 Wilayah konflik dan pusat konflik antara nelayan rawai dengan
nelayan jaring batu di perairan Bengkalis. Ikan kurau saat ini merupakan target utama nelayan dengan harga ditingkat
nelayan berkisar Rp. 25.000 – 60.000kilogram dan bahkan pada kondisi tertentu
dapat mencapai Rp. 80.000kilogram. Berdasarkan data dari Koperasi Pantai Madani Desa Teluk Pambang, kelas harga ikan kurau berdasarkan bobot berat yaitu; a berat
≤ 3 kg disebut kurau kecilKK dengan harga Rp. 25.000kg; b berat 3,1 – 4,9 kgekor kurau besar sedangKBS harga Rp. 40.000kg; c berat 5
– 12 kgekor kurau besarKB harga Rp. 60.000kg. Jika berat ikan kurau lebih dari 12 kgekor
harganya disamakan dengan ikan kurau kelas KBS. Ukuran berat ikan kurau yang biasa tertangkap nelayan rawai berkisar antara 5
– 25 kgekor. Tingginya harga kurau juga merupakan indikator bahwa ikan kurau merupakan ikan dengan nilai ekonomis
tinggi.
Legend:
Wilayah konflik nelayan rawai vs jaring batu
Wilayah pusat konflik Teluk Pambang
Pulau Bengkalis
144
Gambar 30 Upaya penangkapan alat tangkap jaring batu dan rawai.
Gambar 31 Produktivitas penangkapan alat tangkap rawai dan jaring batu. Formulasi data lapangan terhadap latar belakang konflik ditampilkan dalam
bentuk urutan kejadian untuk menunjukkan kronologi terjadinya konflik berdasarkan tahun, bulan dan tanggal sesuai dengan skalanya. Urutan kejadian
konflik nelayan tradisional rawai Kecamatan Bantan dengan jaring batu dari tahun 1970-an sampai 2008 disajikan pada Tabel 26.
0,002 0,004
0,006 0,008
0,01 0,012
0,014
2002 2003
2004 2005
2006 2007
Tahun
p ro
d u
k ti
v it
as a
la t
t o
n t
ah u
n
jaring kurau rawai
200000 400000
600000 800000
1000000 1200000
1400000
2002 2003
2004 2005
2006 2007
Tahun
U pa
ya ta
ng ka
p t
ri p
jaring kurau rawai
145
Tabel 25 Kronologi terjadinya konflik nelayan rawai dan nelayan jaring batu
WAKTU KRONOLOGI KEJADIAN
SKALA DAN INTENSITAS LOKASI
KETERANGAN
1970 sd 1980
Nelayan perairan Bengkalis menangkap ikan kurau dengan rawai mengunakan
sampan dayung Belum terindikasi adanya konflik
Perairan Bengkalis
Nelayan kurau diduga telah beroperasi di peraairan Bengkalis, tetapi karena sumber
daya kurau masih banyak, sehingga kehadiran mereka belum mengganggu nelayan rawai
1981 Pemburuan terhadap ikan kurau mulai
sering dilakukan oleh nelayan jaring batu dengan menggunakan kapal motor.
Belum terindikasi adanya konflik Perairan
Bengkalis Tercatat sebanyak 40 unit kapal jairng kurau
tela beroperasi di peraiarn Bengkalis. Saat ini belum terindikasi adanya persaingan usaha
penangkapan ikan kurau
1983 Perkelahian nelayan jaring batu dengan
nelayan rawai di laut. Kapal jaring batu menabrak
sampan nelayan rawai Nelayan rawai mendapat
intimidasi aparat yang melindungi nelayan jaring batu
Karena ketakutan masyarakat melarikan diri ke Malaysia
Teluk Pambang Maraknya perburuan terhadap ikan kurau oleh
nelayan dari luar Pulau Bengkalis mulai mengganggu nelayan rawai
1984 Nelayan jaring batu leluasa beroperasi di
perairan Bantan Nelayan rawai berusaha
menghindari perkelahian Perairan Bantan
Nelayan rawai tidak melakukan perlawanan, karena takut akan adanya aparat di kapal
nelayan jaring batu
1985 Dinas perikanan melakukan penangkapan
satu unit kapal motor jaring batu Jaring batu beroperasi di daerah
penangkapan nelayan rawai Teluk Pambang
kapal jering kurau yang tertangakp diserahkan ke polisi untuk diproses
alat rawai yang rusak di ganti oleh pengusaha jaring batu
1986 Penangkapan satu unit jaring batu oleh
nelayan rawai dan dibawa ke pantai Desa Teluk Pambang
Kapal jaring batu menabrak rawai Teluk Pambang
Nelayan rawai melaporkan kejadian ini ke aparat, tetapi tidak mendapat tanggapan.
146
Tabel 25 lanjutan
WAKTU KRONOLOGI KEJADIAN
SKALA DAN INTENSITAS LOKASI
KETERANGAN
1987 Bentrokan nelayan rawai dengan nelayan
jaring batu Kapal jaring batu menabrak rawai
Teluk Pambang Melalui perundingan yang di fasilitasi oleh
dinas, nelayan rawai mendapat ganti rugi Rp. 90.000
1988 -1990 Bentrokan di laut
Kapal jaring batu menabrak rawai Kapal jaring batu merusak rawai dan
nelayan rawai membalas dengan memotong pelampung jaring batu
Nelayan jaring batu melibatkan aparat KAMLA dalam pengopersian
alatnya Teluk Pambang
Nelayan rawai mulai berani melakukan perlawanan, walaupun tidak secara terbuka,
yaitu dengan memotong pelampung jaring batu. Akibatnya nelayan rawai diminta untuk
membayar ganti rugi sebesar Rp 2.000.000
1991 Penangkapan jaring batu oleh nelayan
rawai Beroperasi di kawasan tangkap
nelayan rawai Teluk Pambang
Jaring batu diberi peringatan secara lisan 1993
– 1994
Bentrokan di laut Jaring batu menabrak dan merusak
rawai Tindakan tersebut dibalas oleh
nelayan rawai dengan mengiris tali jaring batu dan ditinggal lari.
Teluk Pambang Nelayan rawai mulai berani melakukan
perlawanan
1995 Dinas Perikanan Bengkalis, Camat
Bantan, Kades Desa Teluk Pambang melakukan patroli
Tiga unit kapal jaring batu ditangkap karena melanggar perjanjian yang
telah dibuat sebelumnya Teluk Pambang
Perjanjian antara nelayan jaring batu dengan dinas dan institusi yang terlibat dalam patroli,
yaitu nelayan jaring batu tidak boleh beroperasi
di wilayah Tanjung Jati sampai Tanjung Sekodi 1996
Bentrokan di laut Jaring batu menabrak rawai
Teluk Pambang Nelayan jaring batu melakukan pelanggaran
perjanjian
147
Tabel 25 lanjutan
WAKTU KRONOLOGI KEJADIAN
SKALA DAN INTENSITAS LOKASI
KETERANGAN
1997 Nelayan rawai melakukan ronda laut
Menangkap dua unit kapal jaring batu
Teluk Pambang Nelayan rawai secara bersama melakukan
pengamanan siang dan malam di perairan Bengkalis
7 Juli 1998 Masyarakat menangkap jaring batu lalu di
bawa ke pantai Tiga unit jaring batu dibakar di
pantai Teluk Pambang
Karena tidak ada kepastian peradilan dari aparat, masyarakat memilih untuk melakukan
pembakaran unit jaring batu yang ditangkap
8 Juli 1999 Masyarakat Desa Teluk Pambang
mengadakan penangkapan kapal jaring batu yang beroperasi di perairan Teluk
Pambang Tiga unit kapal jaring batu di bawa
ke pantai Teluk Pambang
Ronda laut terus dilakukan oleh nelayan rawai.
20 Juli 1999
Terjadi penangkapan kapal jaring batu di antara perairan Bantan Air dan Muntai
Jaring batu dibakar dan kapal ditarik ke pantai
Bantan Air Nelayan jaring batu tidak menghormati
kesepakatan bersama 29 Jan 2000 Masyarakat Desa Teluk Pambang
melakukan penangkapan kapal jaring batu Dua kapal jaring batu tertangkap dan
dibawa ke pantai Teluk Pambang
Nelayan jaring batu tidak menghormati kesepakatan bersama
12 Feb 2000
Masyarakat Desa Selat Baru melakukan penangkapan
Satu kapal jaring batu di tahan masyarakat
Selat Baru Nelayan jaring batu tidak menghormati
kesepakatan bersama 18 Mai
2000 Nelayan Desa Selat Baru dan Desa Teluk
Pambang yang tergabung dalam SNKB melakukan penangkapan
Lima unit kapal jaring batu tertangkap
Teluk Pambang Nelayan jaring batu tidak menghormati
kesepakatan bersama
9 Sep 2000 Nelayan yang tergabung dalam SNKB
melakukan penangkapan kembali Dua unit kapal jaring batu ditahan
oleh SNKB Jangkang
Nelayan jaring batu tidak menghormati kesepakatan bersama
148
Tabel 25 lanjutan
WAKTU KRONOLOGI KEJADIAN
SKALA DAN INTENSITAS LOKASI
KETERANGAN
25 Feb 2001
SNKB melakukan penangkapan kapal jaring batu di perairan Teluk Pambang
Satu unit jaring batu ditahan Teluk Pambang
Nelayan jaring batu tidak menghormati kesepakatan bersama
1 Juni 2001 SNKB melakukan penangkapan jaring
batu di perairan Desa Teluk Pambang. Tiga unit kapal jaring batu yang
berasal dari Kec. Merbau berhasil ditangkap. Satu unit dibakar
ditengah laut. Dan dua unit lainnya di bawa kepantai.
Teluk Pambang Nelayan jaring batu tidak menghormati
kesepakatan bersama
29 Apr 2002
Pembakaran kapal jaring batu yang melakukan penangkapan ikan di perairan
Jangkang di bawah 4 mil laut 2 unit kapal jaring batu dibakar oleh
masyarakat Desa Jangkang Jangkang
Nelayan jaring batu tidak menghormati kesepakatan bersama
20 Okt 2002
SNKB kembali menagkap kapal jaring batu di perairan Teluk Pambang
Satu unit kapal jaring batu tertangkap dan dibawa kepantai.
Teluk Pambang Nelayan jaring batu tidak menghormati
kesepakatan bersama 6 Jan 2003
Nelayan jaring batu melakukan penyerangan kepada nelayan rawai
Nelayan rawai mengalami luka dibagian kepala dengan 17 jahitan
karena dipukul dengan besi oleh nelayan jaring batu
Teluk Pambang Tahun ini mulai terjadi bentrokan fisik dan
merupakan puncak konflik
1 Mar 2003 Nelayan jaring batu melakukan
penyanderaan pompong nelayan rawai 1 unit pompong nelayan rawai
disandera oleh nelayan jaring batu Teluk Pambang
Konflik semakin terbuka 16 Juni
2003 Perang terbuka antara nelayan rawai
dengan nelayan jaring batu 1 satu orang nelayan rawai cedera
terkena panah, 3 tiga Orang nelayan rawai dan 1 satu unit
pompong nelayan rawai disandera 6 enam orang nelayan dan 1 unit
kapal jaring batu disandera oleh nelayan rawai
Teluk Pambang
149
Tabel 25 lanjutan
WAKTU KRONOLOGI KEJADIAN
SKALA DAN INTENSITAS LOKASI
KETERANGAN
3 Juli 2003 Penyanderaan nelayan Desa Kembung
Luar oleh nelayan jaring batu 2 orang nelayan kembung luar
beserta 1 unit pompong disandera oleh nelayan jaring batu
Teluk Pambang
Akhir 2003 Terjadi penangkapan kapal jaring batu di
antara perairan Desa Jangkang dan Desa Selat Baru
2 unit kapal jaring batu di bakar Selat Baru
8 Jan 2004 Penangkapan jaring batu oleh masyarakat
Desa Selat Baru 2 unit kapal jaring batu ditahan
masyarakat Selat Baru
Feb 2004 Penyandraan warga Teluk Pambang oleh
nelayan jaring batu 1 orang warga yang pulang
berdagang dari malaysia disandera selama 2 hari
Rangsang
Juli 2004 Penangkapan jaring batu yang beroperasi
di bawah 4 mil oleh SNKB dimotori oleh masyarakat Desa Selat Baru bersama
Aparat Kepolisian Bengkalis dan Sekcam Bantan
1 Unit jaring batu diamankan aparat, 1 orang pengusaha jaring batu Jang
Karim di proses serta 1 orang nelayan Selat Baru di tahan tuduhan
penganiayaan
Kejadian ini berbuntut Aksi demo Nelayan Rawai ke DPRD Bengkalis.
Selat Baru
8 Agt 2004 Penangkapan jaring batu oleh SNKB
I unit jaring batu ditahan dan ABK kapal jaring batu di aniaya nelayan
Rawai. dari keterangan SNKB, masyarakat melampiaskan emosinya
karena penagkapan Jang Karim yang dianggap gembong jaring batu pada
beberapa hari sebelunnya tidak mendapat sanksi apa-apa dari
kepolisian Teluk Pambang
150
Tabel 25 lanjutan
WAKTU KRONOLOGI KEJADIAN
SKALA DAN INTENSITAS LOKASI
KETERANGAN
Okt 2005 Nelayan Kecamatan Bantan meminta
bantuan ke DPRD Riau DPRD Riau menyurati Danlanal,
Guskanlamabar dan KASAL, untuk membantu penyelesaian masalah
yang melibatkan kesatuan Pekanbaru
Belum ada tanggapan dari instansi terkait hingga saat ini
2006 Nelayan yang tergabung dalam SNKB
dengan di dampingi oleh WALHI Riau meminta dukungan Gus Dur
- Jakarta
Gus Dur saat itu juga langsung menyurati Presiden RI dan Gubernur Riau
2006 Dikeluarkannya SK Gubernur Riau No 17
tahun 2006, tentang pelarangan pengoperasian jaring batu di perairan
Bengkalis hingga 12 mil laut -
Pekanbaru SK Gubernur ini keluar sebagai hasil dari
surat Gus Dur
15 Juni 2006
Nelayan jaring batu mengepung nelayan rawai dan membakar 1 buah pompong
rawai - terjadi perkelahian jarak dekat,
10 orang nelayan rawai terluka - Polisi menangkap beberapa orang
nelayan rawai yang dituduh membunuh nelayan jaring batu
- satu unit kapal nelayan berbendera Malaysia yang
dibawa oleh nelayan Desa Kembung Luar dibakar dan ABK
disandera oleh nelayan jaring batu
Teluk Pambang dan perairan
Ransang Barat Masyarakat dalam kondisi tegang, trauma
dan ketakutan
16-18 Juni 2006
Nelayan Kecamatan Bantan melakuakn ronda baik di laut mapun di darat,
terutama di malam hari Berjaga-jaga, dikarenakan
adannya isu penyerangan oleh nelayan jaring batu
Para ibu anak-anak dievakuasi ke tempat yang lebih aman
Kecamatan Bantan
Nelayan Kecamatan Bantan memperketat pengamanan di desa mereka
nelayan yang terlibat langsung insiden 15 Juni banyak yang lari ke hutan
151
Tabel 25 lanjutan
WAKTU KRONOLOGI KEJADIAN
SKALA DAN INTENSITAS LOKASI
KETERANGAN
Juli 2006 Nelayan Kecamatan Bantan tidak melaut
sejak insiden 15 Juni Tidak ada jaminan keamanan melaut
dari aparat kepolisian Kecamatan
Bantan Nelayan berencana meminta suaka politiuk
bagi 10 ribu jiwa ke Malaysia 16 Nov
2006 Terjadi penculikan di laut oleh nelayan
jaring batu 4 orang nelayan rawai hilang di
perairan Selat Malaka dan belum kembali hingga saat ini
Teluk Pambang Belum
diketahui penyebabnya,
tetapi disinyalir masih terkait dengan konflik yang
terjadi 31 Maret
– 2 April
2008 KOMNA HAM mendapat temuan di
lokasi tentang dampak konflik terhadap nelayan dan keluarganya
KOMNAS HAM meminta Pemprov dan Pemkab mencari solusi untuk
konflik yang terjadi Pekanbaru
Banyak anak-anak nelayan yang putus sekolah, tingkat kesehatan yang menurun
Himbauan untuk Polres Bengkalis agar bersikap independen dalam melakukan
tugas pengawasan Himbauan untuk Pemkab Bengkalis untuk
lebih serius menangani konflik yang terjadi di wilayahnya
April 2008 Nelayan yang tergabung dakam SNKB
1500 orang melakukan aksi massa ke Kantor Bupati Bengkalis
Mendesak Pemkab Bengkalis dan Pemprov Riau untuk membuat Perda
dengan segera atas SK Gubernur No 17 tahun 2006
Kabupaten Bengkalis
Nelayan merasa belum ada kepastian hukum sebagai hasil dari perjuangan mereka selama
ini
April 2008 -
Dibentuknya mediasi dalam penyelesaian konflik antara nelayan
rawai dengan jaring batu Teluk Pambang
Sumber: diolah dari data primer wawancara dan data sekunder Yayasan Laksana Samudera; Co-fish Project, Harian Pagi Riau Pos, Mingguan SEBATI, Edisi 16Tahun I 3-9 Juli 2003, WALHI Riau, Firdaus 2005 , website resmi Pemprov Riau, Riau Mandiri Online dan berbagai sumber
152
6.4.4 Pemetaan konflik