Ikhtisar PETA SOSIAL MASYARAKAT

61

4.8. Ikhtisar

Permasalahan utama yang ada di Desa Wonokromo adalah kemiskinan dan pengangguran. Kemiskinan terjadi pada hampir 20 persen Kepala Keluarga dari 3895 Kepala Keluarga yang ada. Sementara angka reit pengangguran mencapai 28,06 persen dari 6742 orang penduduk usia kerja. Jumlah tersebut akan semakin bertambah dengan bertambahnya lulusan SLTP, SLTA yang tidak dapat melanjutkan pendidikannya ke jenjang yang lebih tinggi atau tidak mendapatkan pekerjaan. Kemiskinan dan pengangguran tersebut antara lain disebabkan oleh semakin sempitnya kepemilikan lahan pertanian dan langkanya lapangan pekerjaan di Desa Wonokromo, sehingga sebagian besar penduduk mencari pekerjaan sebagai buruh di kota Yogyakarta. Pekerjaan sebagai buruh dengan gaji rendah dan tidak tetap menyebabkan mereka sulit untuk meningkatkan taraf kehidupan karena gaji mereka hanya cukup untuk kebutuhan makan sehari-hari. Di samping itu kesulitan untuk memperoleh modal yang cukup untuk menambah modal juga dialami oleh mereka yang bergerak dalam sektor perdagangan dan industri rumah tangga. Di samping faktor struktural sempitnya lahan pertanian dan sulitnya mencari pekerjaan, kemiskinan di Desa Wonokromo juga disebabkan oleh faktor kultural. Faktor kultural yang paling dominan adalah kurangnya motivasi masyarakat untuk meningkatkan tingkat pendapatan. Hal ini dikarenakan adanya semboyan hidup nrimo ing pandum merasa puas dengan apa yang sudah dimiliki yang dimiliki sebagian besar masyarakat Desa Wonokromo. Disamping itu kemampuan manajemen yang rendah dalam menjalankan usaha juga menjadi kendala untuk meningkatkan skala usaha bagi mereka yang bergerak di sektor perdagangan dan industri rumah tangga. Pendidikan penduduk Desa Wonokromo relatif baik generasi mudanya rata-rata tamat SLTA, namun tidak diikuti oleh ketrampilan dan motivasi yang kuat untuk berwirausaha. Harapan mereka adalah memperoleh pekerjaan kantoran di kota, sementara saat ini untuk memperoleh pekerjaan yang sesuai dengan pendidikan merupakan hal yang sulit. Sebagian dari mereka yang tamat 62 SLTA dengan terpaksa ikut menjadi buruh seperti orang tuanya, karena tidak memperoleh pekerjaan di sektor formal. Masyarakat Desa Wonokromo masih menjalankan tradisi yang diturunkan secara turun temurun seperti upacara adat Rebo Pungkasan, selamatan terhadap bayi yang sedang dikandung pada usia kandungan tujuh bulan mitoni, selamatan terhadap orang yang sudah meninggal, selamatan rumah yang baru di bangun dan sebagainya. Kelompok yang ada di Desa Wonokromo sebagian besar mempunyai tujuan sosial dan keagamaan seperti kelompok ronda, kelompok Dasa Wisma, kelompok yasinan, kelompok pengajian dan sebagainya. Sementara kelompok yang mempunyai tujuan ekonomi Kelompok Swadaya Masyarakat merupakan hal yang relatif baru bagi masyarakat Desa Wonokromo dan motivasi pembentukannya masih sekedar ingin memperoleh pinjaman dari P2KP. 63

BAB V TINJAUAN TERHADAP PROGAM P2KP

5.1. Deskripsi Kegiatan

Pada awal tahun 2000 di Desa Wonokromo diadakan sosialisasi tentang adanya program P2KP Proyek Penanggulangan Kemiskinan Perkotaan oleh Pemerintah Desa Wonokromo kepada masyarakat desa dalam forum yang dinamakan dengan Musbangdes Musyawarah Pembangunan Desa. Desa Wonokromo dijadikan salah satu dari dua lokasi pelaksanaan program P2KP karena desa ini masuk dalam kategori “kota” di Kecamatan Pleret di samping Desa Pleret yang menjadi ibu kota kecamatan. Setelah diadakan sosialisasi melalui pertemuan Musbangdes yang dihadiri oleh berbagai unsur masyarakat, kemudian diputuskan bahwa Desa Wonokromo menerima program P2KP. Setelah itu kemudian dibentuk BKM Badan Keswadayaan Masyarakat yang bertugas mengelola BLM Bantuan Langsung Masyarakat. BKM dibentuk secara musyawarah oleh masyarakat Desa Wonokromo yang personilnya terdiri atas berbagai unsur seperti pemuda, PKK, tokoh masyarakat dan sebagainya. Namun demikian tidak ada satupun dari unsur aparat desa yang terlibat dalam kepengurusan BKM. Kepengurusan BKM terdiri atas ketua, sekretaris, bendahara, UPK Unit Pengelola Keuangan yang terdiri atas lima orang anggota dan anggota BKM yang terdiri atas 12 orang yang merupakan wakil dari 12 dusun yang ada di Desa Wonokromo. Setelah BKM terbentuk, kemudian diadakan musyawarah oleh para pengurus dan anggota BKM tentang penggunaan BLM Bantuan Langsung Masyarakat yang besarnya dua ratus lima puluh juta rupiah. Dalam musyarawah tersebut diputuskan bahwa sebagian dana 55 juta rupiah tersebut digunakan untuk pembangunan sarana fisik pengerasan jalan di dua belas dusun dan sisanya 195 juta rupiah dipinjamkan kepada masyarakat untuk menambah modal usaha. Sebagaimana yang tertera dalam pedoman umum pelaksanaan P2KP, syarat untuk meminjam dana BLM adalah membentuk KSM Kelompok Swadaya Masyarakat.