65
2 Memfasilitasi proses pengambilan keputusan oleh masyarakat untuk menerimamenolak P2KP dan jika masyarakat menerima P2KP, atas
nama warga mengajukan surat ke Bappeda Kabupaten Bantul dan KMW Konsultan Manajemen Wilayah;
3 Memfasilitasi terselenggaranya pertemuan pengurus RTRW dan masyarakat dengan KMWfasilitator, dan kader masyarakat dalam upaya
menyebarluaskan informasi dan pelaksanaan P2KP; 4 Membantu memfasilitasi proses pembentukan kelembagaan komunitas;
5 Memfasilitasi koordinasi dan sinkronisasi kegiatan yang terkait dengan penanggulangan kemiskinan; termasuk peninjauan lapangan;
6 Memfasilitasi pelaksanaan pemetaan swadaya dalam rangka pemetaan kemiskinan dan potensi sumberdaya komunitas yang dilaksanakan
masyarakat; 7 Memfasilitasi dan mendukung penyusunan Program Jangka Menengah
Penanggulangan Kemiskinan PJM Pronangkis dan program tahunannya oleh masyarakat yang diorganisasikan oleh BKM;
8 Mendorong tumbuh kembangnya proses pembangunan partisipatif di desa Wonokromo;
9 Memberikan laporan bulanan pelaksanaan P2KP di desa Wonokromo kepada pemerintah di atasnya Kecamatan Pleret.
10 Berkoordinasi dengan fasilitator, kader masyarakat dan BKM, memfasilitasi penyelesaian masalah dan konflik serta penanganan
pengaduan yang muncul dalam pelaksanaan P2KP di Desa Wonokromo.
5.1.2. Sumber Biaya
Pelaksanaan Proyek P2KP memakai dua sumber dana yaitu 1 pinjaman bank dunia dan 2 APBN Anggaran Pendapatan Negara, APBD Anggaran
Pendapatan Daerah Propinsi dan APBD Kabupaten. Dana pinjaman dari Bank Dunia antara lain digunakan untuk: a BLM Bantuan Langsung Masyarakat, b
Kegiatan pemberdayaan masyarakat seperti pendampingan tim fasilitator, lokakarya dan pelatihan masyarakat. Sementara itu pemerintah Indonesia
Pusat, Propinsi dan Kabupaten mengalokasikan dana untuk Biaya Operasional Proyek BOP, termasuk BOP PJOK Penanggung Jawab Operasional Kegiatan
dan BOP Kalurahandesa. Desa Wonokromo mendapatkan dana untuk BOP
66
sebesar Rp 1.500.000,- yang diberikan tiap semester masing-masing Rp 750.000,-
BLM Bantuan Langsung Masyarakat yang diperuntukkan untuk Desa Wonokromo adalah sebesar dua ratus lima puluh juta rupiah. Lima puluh lima
juta di antaranya digunakan untuk dana stimulan bagi 7 dusun yang digunakan untuk pengerasan jalan. Sementara sisanya 195 juta rupiah oleh BKM melalui
Unit Pengelola Keuanan dipinjamkan kepada 28 KSM Kelompok Swadaya Masyarakat dengan bunga 18 persen pertahun. Pemasukan dana yang
diperoleh dari bunga pinjaman tersebut, lima puluh persen diantaranya digunakan untuk pengembangan modal, dan sisany a digunakan untuk biaya
operasional Unit Pengelola Keuangan UPK dan sebagian lagi dikembalikan kepada KSM.
Dari tahun ke tahun ke tahun dana yang dikembangkan melalui kredit kepada KSM semakin bertambah. Perkembangan dana tersebut dapat dilihat
pada tabel berikut ini:
Tabel.9: Jumlah Modal Usaha Kredit P2KP Desa Wonokromo dari Tahun 2000 sampai dengan Tahun 2004
NO. Tahun
Jumlah Modal 1.
2. 3.
4. 5.
6. Awal tahun 2000
Akhir tahun 2000 Akhir tahun 2001
Akhir tahun 2002 Akhir tahun 2003
Akhir tahun 2004 Rp 195.000.000,-
Rp 210.019.900,- Rp 224.054.039,-
Rp 256.092.180,- Rp 282.135.680,-
Rp 336.907.725,-
Sumber: Laporan Kegiatan P2KP Desa Wonokromo th 2004
Pada tahun 2003 sebagian keuntungan yang diperoleh dari bunga pinjaman digunakan untuk memberikan beasiswa kepada 12 anak tidak mampu
yang berasal dari 12 dusun yang ada di desa Wonokromo. Masing-masing anak memperoleh beasiswa sebesar Rp 60.000,- untuk waktu satu tahun. Pada tahun
2004, sebagian bunga juga digunakan untuk merenovasi gedung yang tadinya digunakan untuk Puskesmas. Gedung tersebut kini digunakan untuk Kantor BKM
dan Perpustakaan Desa. Ada beberapa masalah yang berkaitan dengan kegiatan pemberian kredit
melalui P2KP. Permasalahan tersebut adalah jumlah dana BLM yang dirasa masih kurang, mengingat banyak masyarakat Desa Wonokromo yang bergerak
67
di sektor perdagangan dan industri tumah tangga membutuhkan banyak modal. Saat ini banyak KSM mengajukan pinjaman, namun harus antri dalam waktu
yang cukup lama hingga dua bulan, karena terbata snya dana yang tersedia. Permasalahan yang lain adalah kredit macet, meskipun bila dibandingkan
dengan desa lain yang ada di Kabupaten Bantul kredit macet di desa Wonokromo relatif kecil. Menurut Ketua BKM, jumlah kredit macet sejak awal
pelaksanaan sekitar 20 juta rupiah. Prosentase kredit macet dalam proyek P2KP dapat dilihat dalam tabel berikut ini:
Tabel.10: Prosentase Kredit Macet P2KP di Desa Wonokromo dari Tahun 2000 sampai dengan Tahun 2004
NO. TAHUN
PROSENTASE KREDIT MACET 1.
2. 3.
4. 5.
Tahun 2000 Tahun 2001
Tahun 2002 Tahun 2003
Tahun 2004 2
7 0,41
0,43 0,3
Sumber: Laporan Kegiatan P2KP Desa Wonokoromo tahun 2004
Dengan demikian dapat diketahui bahwa prosentase kredit macet mengalami penurunan dari tahun ke tahun. Hal ini dikarenakan semakin ketatnya
BKM dalam menyeleksi pengajuan pinjaman dari KSM. Bila ada KSM yang sampai terlambat membayar angsuran, maka tidak akan diijinkan untuk
memperoleh pinjaman lagi. Ketegasan BKM tersebut dapat memberi pelajaran kepada KSM yang lain untuk selalu membayar angsuran sesuai dengan waktu
yang telah ditentukan.
5.1.3. Pendekatan