Kebijakan dan Perencanaan Sosial

72 anggota masyarakat yang terwakili dalam forum Musbangdes memunculkan tanggung jawab para pengurus dan anggota BKM untuk mengelola dana BLM dengan baik. Tanggung jawab para pengurus dan anggota BKM merupakan perwujudan dari modal sosial yang bersumber dari kepercayaan dan harapan masyarakat. Pelayanan yang dilakukan BKM terhadap KSM yang mengajukan pinjaman dan membayar angsur an juga merupakan salah satu bentuk modal sosial. Dalam pembentukan KSM juga terlihat adanya modal sosial dimana para anggota mengembangkan hubungan-hubugan aktif dan adanya saling percaya di antara para anggotanya. Suatu KSM tidak akan solid dan berlangsung lama jika tidak ada komunikasi yang baik dan kepercayaan diantara anggotanya. Kepercayaan tersebut yang menjadi dasar adanya sistem tanggung renteng yang menjadi jaminan kelompok tersebut untuk memperoleh pinjaman. Gerakan Sosial merupakan suatu bentuk perilaku atau tindakan kolektif yang melibatkan sekelompok orang yang membaktikan diri untuk mendorong atau menolak suatu perubahan sosial Baldridge dalam Nasdian dan Utomo, 2004:13. Mengacu pengertian tersebut, pelaksanaan proyek P2KP merupakan suatu bentuk gerakan sosial, karena melibatkan sekelompok orang anggota KSM, UPK dan BKM yang membaktikan diri untuk mendorong suatu perubahan sosial, yaitu menanggulangi kemiskinan dan meningkatan pendapatan para anggota KSM.

5.4. Kebijakan dan Perencanaan Sosial

Menurut Suharto 2004:36-40, kebijakan sosial dapat dikelompokkan dalam beberapa kategori berdasarkan pelaksanaannya, keberlanjutannya, dan permasalahannya. Menurut pelaksanaannya model kebijakan sosial dibagi dua, yaitu Model Imperatif dan Model Indikatif. Model kebijakan sosial imperatif adalah kebijakan sosial yang terpusat, dimana seluruh tujuan-tujuan sosial, jenis, sumber, dan jumlah pelayanan sosial, semuanya ditentukan oleh pemerintah. Kebijakan indikatif merupakan kebijakan sosial yang mengupayakan kesamaan visi dan aspirasi seluruh masyarakat. Pemerintah hanya menentukan sasaran kebijakan secara garis besar, sedangkan pelaksanaannya dilakukan sepenuhnya oleh masyarakat atau badan swasta. Kebijakan sosial indikatif disebut juga 73 dengan kabijakan sosial partisipatif. Kebijakan sosial dalam P2KP merupakan kombinasi antara kebijakan sosial imperatif dan indikatif, karena tujuan-tujuan, jenis, dan sumber dana serta jumlahnya ditentukan oleh pemerintah pusat, sementara pelaksanaannya dilakukan oleh masyarakat sepenuhnya Menurut ruang lingkupnya, kebijakan sosial dibedakan atas Model Universal dan Model Selektivitas. Model universal merupakan kebijakan sosial yang diarahkan untuk mengatur dan memenuhi kebutuhan pelayanan sosial warga masyarakat secara menyeluruh, tanpa membedakan usia, jenis kelamin dan status sosial. Sementara kebijakan sosial selektifitas ditujukan untuk memenuhi kebutuhan sosial anggota masyarakat tertentu saja. P2KP hanya diperuntukkan bagi masyarakat miskin saja, sehingga P2KP termasuk dalam kebijakan sosial selektivitas. Berdasarkan kemantapan dan keberlanjutannya, kebijakan sosial dibedakan atas model residual dan model institusional. Menurut model residual, kebijakan sosial hanya diperlukan apabila lembaga-lembaga alamiah keluarga tidak dapat menjalankan fungsinya, sehingga bersifat temporer. Model institusional mengatakan bahwa kebijakan sosial perlu dirumuskan tanpa mempertimbangkan berfungsi tidaknya lembaga-lembaga alamiah, bersifat ajeg, melembaga dan berkesinambungan. Dalam hal ini P2KP merupakan kebijakan sosial institusional, karena tanpa mempertimbangkan keberfungsian lembaga alamiah, bersifat melembaga dan berkesinambungan. Bedasarkan jenis permasalahannya, kebijakan sosial dikelompokkan menjadi model kategorikal dan model komprehensif. Kebijakan sosial kategorikal adalah kebijakan sosial yang hanya difokuskan untuk mengatasi permasalahan sosial tertentu saja. Sementara kebijakan sosial komprehensif tidak hanya untuk mengatasi satu bidang masalah, melainkan beberapa masalah sosial yang terkait diatur dan dirumuskan secara terintegrasi dalam satu formulasi kebijakan sosial terpadu. P2KP termasuk dalam kategori kebijakan sosial komprehensif, karena bergerak dibidang perekonomian, pembangunan fisik, perumahan, dan pelayanan sosial. Namun demikian, pelaksanaan P2KP di Desa Wonokromo masih meliputi bidang perekonomian yang terlihat dalam pemberian pinjaman kepada KSM, pembangunan fisik pengerasan jalan dan pelayanan sosial pemberian beasiswa kepada anak yatim. 74 Perencanaan merupakan serangkaian kegiatan yang dilakukan guna memilih alternatif yang terbaik dari sejumlah alternatif yang ada untuk mencapai tujuan tertentu. Menurut Conyers sebagaimana dikutip oleh Suharto 2004:32, perencanaan sebaiknya tidak dipandang sebagai aktivitas yang terpisah dari kebijakan, tetapi merupakan bagian dari proses pengambilan keputusan yang amat kompleks. Pelaksanaan P2KP di Desa Wonokromo diawali dengan keputusan masyarakat dan Pemerintah Desa untuk menerima program P2KP. Setelah dana BLM cair dan BKM telah terbentuk, kemudian dilakukan perencanaan mengenai penggunaan dana tersebut. Proses perencanaan melibatkan segala unsur masyarakat yang tergabung dalam BKM. Dana BLM direncanakan untuk mengatasi sejumlah masalah sosial yang ada di Desa Wonokromo dengan tetap mengacu pada pedoman teknis dan pedoman pelaksanaan P2KP. Setelah melalui proses diskusi, maka diputuskan bahwa sebagian dana BLM 55 juta rupiah dipergunakan sebagai dana stimulan untuk membangun pengerasan jalan di 12 dusun mengingat kondisi jalan di Desa Wonokromo masih buruk. Pengerasan jalan ini diharapkan dapat membuka akses perekonomian masyarakat Desa Wonokromo. Sementara sebagian besar dana BLM 195 juta rupiah dipinjamkan kepada anggota masyarakat yang memiliki usaha produktif. Dua kebijakan tersebut merupakan upaya untuk mengatasi kemiskinan yang ada di Desa Wonokromo. Perencanaan ke depan BKM Desa Wonokromo akan memberi pelatihan ketrampilan kepada para pemuda yang masih belum mendapatkan pekerjaan. Pelaksanaan pelatihan tersebut akan bekerja sama dengan Dinas Tenaga Kerja Kabupaten Bantul. Rencana ini sebagai upaya untuk mengatasi masalah pengangguran yang ada di Desa Wonokromo. Seperti yang dikemukakan ketua BKM berikut ini: “Kami menyadari bahwa di Desa Wonokromo masih banyak orang yang belum mendapatkan pekerjaan, untuk itu kami merencanakan akan bekerja sama dengan Dinas Tenaga Kerja Kabupaten Bantul untuk memberi pelatihan ketrampilan kepada para pemuda yang belum bekerja agar mereka lebih mudah memperoleh pekerjaan”. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa P2KP merupakan kebijakan pemerintah pusat dalam upaya menanggulangi kemiskinan. Namun demikian pelaksanaan kegiatan P2KP dan penggunaan dana BLM diserahkan kepada masing-masing kelurahandesa sejak dari perencanaan hingga pelaksanaan rencana tersebut. Masyarakat Desa Wonokromo diberi kebebasan untuk 75 membuat perencanaan sesuai dengan kondisi dan masalah sosial yang ada dengan memperoleh pendampingan dari Faskel Fasilitator Kelurahan dan KMW Konsultan Manajemem Wilayah.

5.5. Analisis Kritis terhadap P2KP