110
BAB VII PROGRAM PENGEMBANGAN KAPASITAS KELEMBAGAAN KSM
7.1. Latar Belakang Penyusunan Program Pengembangan Kapasitas kelembagaan KSM
Sebagaimana telah dikemukakan bahwa KSM Kelompok Swadaya Masyarakat yang menjadi subjek kajian ini belum berfungsi seperti yang
diharapkan dalam meningkatkan usaha ekonomi produktif para anggotanya. Hal ini dikarenakan fungsi KSM masih sekedar sebagai sarana untuk memperoleh
pinjaman dari P2KP Proyek Penanggulangan Kemisikinan Perkotaan. Disamping itu, para anggota juga belum menyadari akan potensi KSM yang mereka bentuk,
kecuali sebagai sarana untuk dapat menambah modal usaha. Secara konseptual KSM memiliki berbagai fungsi, antara lain sebagai sarana
untuk memperoleh pengetahuan dan keterampilan, sarana untuk menjalin kerjasama baik dengan sesama anggota KSM maupun dengan KSM lain,
kerjasama dengan lembaga pemerintah dan non pemerintah, dan menumbuhkan keswadayaan dalam pengadaan modal usaha. Bila fungsi KSM tersebut dapat
berjalan, maka diharapkan dapat membantu me ningkatkan usaha para anggota yang tergabung di dalamnya. Namun pada kenyataannya, KSM belum berfungsi
seperti yang diharapkan Menurut Ismawan dan Kartjono dalam Mubyarto, 1985:7 KSM yang
mandiri adalah kelompok yang memiliki kemampuan-kemampuan: 1 me ngetahui masalah yang dihadapi, 2 mengetahui potensi yang dimiliki, 3 mengetahui
kekuatan dan kelemahan kelompok, 4 mampu memecahkan masalah, 5 mampu menangkap kesempatan, 6 melakukan proses pendidikanketerampilan melalui
kelompok, 7 melakukan pemupukan modal swadaya, 8 melakukan usaha produktif, dan 9 mampu mengelola proyek stimulan.
Kemandirian KSM dapat dicapai antara lain melalui program pengembangan kapasitas kelembagaan KSM yang melibatkan berbagai pihak seperti anggota KSM,
fasilitator, para pengurus BKM, lembaga pemerintah dan lembaga non pemerintah serta sektor swasta. Tanpa keterlibatan mereka pengembangan kapasitas
111
kelembagaan KSM mustahil dilakukan. Hal yang perlu diingat dalam pengembangan kapasitas kelembagaan KSM adalah kesabaran karena hasilnya
tidak segera kelihatan. Hal ini disebabkan dalam pengembangan kapasitas kelembagaan KSM lebih banyak terjadi proses belajar yang bertujuan untuk
meningkatkan sumber daya kelompok dan sumber SDM anggota kelompok. Dalam proses belajar ter sebut banyak dipengaruhi oleh berbagai faktor seperti kesiapan
dan kemampuan anggota dalam menerima keterampilan dan pengetahuan, kemampuan pemberi materi dalam menyampaikan informasi, dan motivasi anggota
kelompok untuk meningkatkan kapasitas diri dan kelompoknya, dan kesabaran fasilitator yang melakukan pendampingan. Disamping itu, program pengembangan
kapasitas kelembagaan KSM ibarat memperkenalkan budaya baru bagi masyarakat Desa Wonokromo. Hal ini mengingat bahwa KSM yang
mengkhususkan diri dalam kegiatan ekonomi ini, merupakan hal yang relatif baru bagi masyarakat Desa Wonokromo dan bukan merupakan kelompok yang sudah
mengakar dalam kehidupan masyarakat seperti halnya kelompok ronda, kelompok pengajian dan sebagainya.
Sebagaimana telah disebutkan pada Bab 3, bahwa pengembangan kapasitas kelembagaan meliputi beberapa aspek, yaitu tujuan dan harapan
kelompok, struktur kelompok, manajemen kelompok, manajemen keuangan kelompok, norma kelompok, pembelajaran dan kerjasama serta pengadaan fasilitas
kelompok. Karena aspek yang akan disentuh dalam program pengembangan kapasitas kelembagaan kelembagaan cukup banyak, maka perlu dilakukan secara
bertahap sesuai dengan kebutuhan para anggota KSM yang terlibat didalamnya.
7.2. Proses Penyusunan Program Pengembangan Kapasitas Kelembagaan KSM secara Partisipatif