Profil Kelompok Swadaya Masyarakat

81

BAB VI PROFIL DAN KAPASITAS KELOMPOK SWADAYA MASYARAKAT

6.1. Profil Kelompok Swadaya Masyarakat

Desa Wonokromo menjadi salah satu dari dua desa yang menjadi lokasi pelaksanaan program P2KP di Kecamatan Pleret, karena merupakan salah satu desa yang termasuk dalam kategori “kota” di Kecamatan Pleret. Desa Wonokromo mendapat BLM Bantuan Langsung Masyarakat dari program P2KP sebesar 250 juta rupiah. Sebagian dari dana tersebut, yaitu sebesar 55 juta rupiah digunakan untuk membangun sarana fisik, yaitu pengerasan jalan yang ada 12 dusun yang ada di Desa Wonokromo. Sementara sisanya dipinjamkan kepada masyarakat yang memiliki usaha ekonomi produktif dan masuk dalam kategori miskin. Adapun syarat untuk memperoleh pinjaman tersebut adalah membentuk kelo mpok yang dinamakan dengan Kelompok Swadaya Masyarakat KSM. KSM bermunculan setelah adanya sosialisasi bahwa ada pinjaman dari pemerintah melalui program P2KP dengan sistem tanggung renteng mensyaratkan anggota masyarakat yang termasuk kategori miskin untuk bergabung dalam kelompok bila ingin memperoleh pinjaman. Pada awal sosialisasi, belum banyak yang berminat untuk mengajukan pinjaman, sehingga seorang aparat desa memiliki usaha material ikut membentuk kelompok guna memperoleh pinjaman tersebut, termasuk beberapa orang tokoh masyarakat yang memiki usaha. Seperti yang dikemukakan oleh Bp. Drs. Swt, M.Pd Ketua BKM Wonokromo berikut ini: “Pada masa-masa awal dikenalkan program pinjaman dari P2KP, masih sedikit masyarakat yang berminat untuk mengajukan pinjaman. Sehingga beberapa aparat desa dan tokoh masyarakat yang sebetulnya tidak termasuk dalam kategori miskin ikut mengajukan pinjaman”. Namun demikian, seiring dengan berjalannya waktu, semakin banyak masyarakat yang memiliki usaha ekonomi produktif dan berasal dari golongan miskin yang berminat untuk memperoleh pinjaman dan pada tahun 2005 ada 31 KSM yang memperoleh pinjaman dari P2KP. 82 Sebelum ada program P2KP Di Desa Wonokromo, belum ada kelompok yang latar belakang pembentukannya berdasarkan kepentingan ekonomi. Kelompok yang ada baru terbatas pada kepentingan-kepentingan agama dan sosial seperti kelompok pengajian, kelompok ronda, kelompok Dasa Wisma dan sebagainya. Meskipun ada kegiatan arisan dalam kelompok-kelompok tersebut, sifatnya hanya sebagai pengikat dan daya tarik bagi para anggotanya agar secara rutin hadir dalam pertemuan tersebut. Disamping itu, jumlah uang yang dibayarkan dalam arisan tersebut relatif sedikit berkisar antara seribu hingga lima ribu rupiah dan kurang bisa diandalka n sebagai akumulasi modal. Dengan demikian Kelompok Swadaya Masyarakat yang bernuansa kepentingan ekonomi merupakan hal baru bagi masyarakat Desa Wonokromo. Menurut keterangan dari beberapa ketua KSM yang ada di Desa Wonokromo, pertemuan yang sifatnya rutin di antara anggota kelompok tidak pernah dilakukan dan hanya ada satu kelompok yang mengadakan pertemuan rutin, yaitu KSM Maju Lancar. Seperti halnya yang dikemukakan oleh salah satu petugas UPK Desa Wonokromo Bpk H. Wdn berikut ini: “KSM mriki mboten wonten engkang ngawontanaken pakempalan rutin, kejawi KSM Maju Lancar ing Dusun Ketonggo” KSM di sini tidak ada yang mengadakan pertemuan rutin, kecuali KSM Maju Lancar di Dusun Ketonggo. Pada tahun 2005 ada 32 KSM yang menikmati pinjaman kredit dari P2KP. Semua KSM beranggotakan mereka yang memiliki usaha ekonomi produktif perdagangan dan industri rumah tangga. Pada awal pelaksanaan P2KP ada KSM yang anggotanya mempunyai usaha perikanan, namun tidak dapat membayar angsuran dikarenakan kegagalan usaha. Akhirnya, BKM mengambil kebijakan bahwa yang dapat memperoleh pinjaman hanya mereka yang mempunyai usaha perdagangan dan industri rumah tangga, karena sebagian besar dari mereka dapat membayar angsuran dengan lancar.

6.2. Analisis terhadap Kapasitas Kelembagaan KSM