Masalah Sosial PETA SOSIAL MASYARAKAT

58 sebagian besar pedagang pada pasar malam tersebut justru berasal dari desadaerah lain dan hanya sedikit yang berasal dari Desa Wonokromo. Pasar desa yang luasnya 0,4 hektar dan terletak di perempatan Wonokromo bisa menampung ratusan pedagang. Namun demikian, pasar tersebut hanya buka tiga hari dalam lima hari menurut perhitungan Jawa, yaitu Legi, Pahing dan Wage. Sementara dua hari yang lain para pedagang pindah ke pasar Desa Pleret yang jaraknya sekitar satu setengah kilometer. Pasar tersebut banyak didatangi pembeli baik untuk dikonsumsi sendiri ataupun dijual lagi secara eceran. Kios-kios yang berdiri di pinggir pasar adalah milik Desa Wonokromo dan dijadikan sumber pemasukan desa. Bangunan-bangunan kios tersebut masih sangat sederhana dan pemerintah desa berencana merenovasi kios-kios tersebut. Di sepanjang jalan di sebelah Timur Balai Desa Wonokromo banyak terdapat kios-kios yang jumlahnya lebih dari 50 buah. Kios-kios tersebut semuanya menjual onderdil sepeda motor baik baru ataupun bekas. Onderdil- onderdil tersebut berasal dari luar Kabupaten Bantul. Banyak orang berdatangan dari luar Bantul untuk membeli onderdil sepeda motor. Kios-kios tersebut milik masyarakat Desa Wonokromo yang disewakan kepada orang dari luar Desa Wonokromo untuk berjualan onderdil sepeda motor. Pada mulanya kios-kios tersebut hanya beberapa buah dan makin lama makin banyak jumlahnya. Pemerintah Desa Wonokromo saat ini sedang membangun pusat perdagangan di sebelah Barat Balai Desa Wonokromo. Pembangunan tersebut diserahkan kepada pengembang dan ditawarkan kepada masyarakat di Desa Wonokromo dan sekitarnya untuk membeli kios tersebut dengan sistem hak pakai.

4.7. Masalah Sosial

Masalah sosial yang cukup menonjol di Desa Wonokromo adalah kemiskinan dan pengangguran. Dari data yang dibuat oleh petugas dari BKKBN yang dibuat pada tahun 2003 menunjukkan bahwa di Desa Wonokromo ada sekitar 908 Kepala Keluarga dari 3.895 kepala Keluarga yang ada yang termasuk dalam kategori miskin. Data tersebut menunjukkan bahwa kemiskinan terjadi pada lebih dari 20 persen dari Kepala Keluarga yang ada. 59 Kemiskinan terjadi antara lain karena terbatasnya lahan pertanian dan rendahnya harga produk pertanian. Sempitnya lahan menyebabkan sektor pertanian tidak menjadi sektor andalan di desa Wonokromo. Langkanya lapangan pekerjaan di desa, yang dikarenakan sempitnya lahan pertania n membuat sebagian besar penduduk usia kerja pergi ke kota yang tidak jauh jaraknya dari Desa Wonokromo. Sebagian besar mereka bekerja sebagai buruh bangunan dan pabrik. Setiap pagi mereka berangkat ke kota dan sore harinya pulang kembali ke rumah. Rendahnya upah buruh dan ketidakpastian pekerjaan rentan PHK dan harus mencari pekerjaan di tempat baru bila proyek pembangunan selesai membuat para buruh tersebut tidak mempunyai penghasilan yang pasti. Mereka kadang-kadang tidak mempunyai pekerjaan dalam jangka waktu seminggu, dua minggu bahkan satu bulan, sampai ada yang menawari pekerjaan. Pekerjaan apapun mereka lakukan untuk memperoleh uang seperti menjadi tukang becak atau kuli angkut. Dalam kondisi tidak mempunyai penghasilan, mereka dapat bertahan hidup karena mereka masih tinggal dengan orang tua atau saudara. Masalah sosial lain yang sangat penting adalah pengangguran yang cukup banyak jumlahnya. Data yang ada dalam Profil Desa Wonokromo menunjukkan bahwa jumlah penduduk usia usia kerja ada 6742 orang, penduduk usia kerja yang sudah bekerja ada 4.850 orang termasuk para buruh tidak tetap dan jumlah penduduk usia kerja yang belum bekerja ada 1892 orang. Dari data tersebut dapat diperoleh angka Reit Pengangguran, yaitu sebesar 28,06 persen. Jumlah tersebut akan semakin bertambah dengan semakin meningkatnya jumlah lulusan SLTA, Akademi maupun Sarjana. Lokasi strategis dan pasar desa yang dimiliki Desa Wonokromo justru lebih banyak dimanfaatkan oleh orang yang berasal dari luar Desa Wonokromo. Pedagang yang ada di Pasar Wonokromo hanya sepuluh persen yang berasal dari Desa Wonokromo dan sisanya berasal dari luar Desa Wonokromo bahkan luar kecamatan. Kios-kios dan toko yang ada juga lebih banyak dimanfaatkan oleh orang-orang dari luar Desa Wonokromo. Ha l ini disebabkan karena terbatasnya modal dan kemampuan untuk berdagang di kalangan masyarakat 60 Desa Wonokromo. Seperti yang dikemukakan oleh Sekretaris Desa Wonokromo berikut ini: “Tiyang Wonokromo sekedik ingkang saget dagang. Ingkang manfaataken kios -kios lan peken malah sanes saking Wonokromo. Bakul wonten peken namung sedoso persen ingkang saking deso Wonokromo. Ingkang nyewo kios lan bikak toko ugi kathah ingkang saking njawi”. Orang Wonokromo sedikit yang bisa berdagang. Yang memanfaatkan kios-kios dan pasar malah bukan dari Wonokromo. Pedagang di pasar hanya sepuluh persen yang berasal dari Desa Wonokromo. Yang menyewa kios dan buka toko juga banyak yang dari luar Keberadaan banyak pesantren di Desa Wonokromo mempunyai dampak yang cukup signifikan pada masyarakat Desa Wonokromo. Sejak kecil masyarakat sudah dibiasakan untuk mempelajari ilmu agama Islam kitab kuning di pondok pesantren disamping ilmu umum yang diperoleh di bangku sekolah formal. Orang yang menguasai ilmu agama akan mendapatkan status yang tinggi di masyarakat, apalagi bila dapat menjadi guru mengaji atau bahkan Kyai dan mendirikan Pondok Pesantren. Kehidupan dunia dan harta bagi sebagian besar masyarakat dianggap tidak penting. Pemahaman yang sempit tentang agama Islam telah menyebabkan masyarakat kurang mempunyai semangat untuk meningkatkan perekonomian mereka. Tradisi pesantren yang menekankan pada ibadah yang bersifat ritual telah mendarah daging dalam tubuh masyarakat. Hal tersebut nampak dalam kegiatan rutin yang ada di masyarakat, seperti tahlilan, yasinan, upacara selamatan dan sebagainya. Ikatan emosional dan ketaatan yang begitu tinggi terhadap Kyai mempunyai sumbangan yang cukup besar dalam membentuk karakter dan pribadi dalam setiap individu dalam masyarakat, yang akhirnya menjadi budaya masyarakat. Nilai-nilai dan norma yang diajarkan Kyai akan diinternalisasi oleh para santrinya dan masyarakat yang ada di sekitar Pondok Pesantren. Tradisi pesantren yang lebih mengutamakan kehidupan akhirat dan ibadah ritual membuat sebagian besar masyarakat kurang memiliki kemauan untuk meningkatkan perekonomian. Ada semboyan hidup yang dimiliki oleh sebagian besar masyarakat Desa Wonokromo, yaitu sugih nrimo dan sugih sabar. Artinya, setiap orang hendaknya bersikap menerima dan bersyukur dengan apa yang dimiliki dan sabar dengan kesulitan yang dialami. 61

4.8. Ikhtisar