Berbagai Kegiatan dalam Program Pengembangan Kapasitas kelembagaan KSM

114

7.3. Berbagai Kegiatan dalam Program Pengembangan Kapasitas kelembagaan KSM

Penyusunan program pengembangan kapasitas kelembagaan KSM yang dilakukan bersama-sama dengan anggota kelompok kedua KSM menghasilkan beberapa kegiatan. Beberapa kegiatan dalam program pengembangan kapasitas kelembagaan KSM Maju Lancar meliputi: 1 perumusan tujuan dan harapan kelompok, 2 pembentukan norma kelompok dan pembentukan komitimen untuk mematuhi norma, 3 pelatihan kewirausahaan, 4 pembentukan kerjasama antar anggota kelompok, 5 pembentukan jejaring KSMlembaga lain, 6 membantu anggota KSM menambah modal usaha. Adapun kegiatan yang ada dalam program pengembangan kapasitas kelembagaan KSM Teratai meliputi: 1 perumusan tujuan dan harapan kelompok, 2 pembentukan norma kelompok, 3 mengadakan pertemuan rutin, 4 pendampingan pengelolaan dana kelompok, 5 pembentukan kerjasama antar anggota KSM, 7 pembentukan kerjasama dengan KSMlembaga lain, 8 pendampingan pemasaran hasil kerajinan dan peningkatan kualitas produk 9 pendampingan mencari tambahan modal usaha, 10 pelatihan keterampilan industri rumah tangga, dan 11 pelatihan kewirausahaan. Perumusan tujuan dan harapan kelompok merupakan hal yang sangat penting untuk dilakukan mengingat tujuan dan harapan kelompok akan menentukan ke arah mana tujuan KSM. Bila tujuan dan harapan KSM sudah terbentuk maka KSM akan memiliki arah dan tujuan yang hendak dicapai. Pembentukan tujuan dan harapan kelompok hendaknya dapat mengakomodasi kepentingan seluruh anggota kelompok. Perumusan tujuan dan harapan kelompok dapat dilakukan oleh seluruh anggota kelompok yang didampingi oleh fasilitator. Perumusan tujuan dan harapan kelompok perlu dilakukan baik oleh KSM Teratai maupun KSM Maju Lancar karena tujuan dan harapan kedua KSM baru terbatas menginginkan pinjaman dari P2KP. Pembentukan norma kelompok perlu dilakukan perlu dilakukan oleh kedua KSM karena kedua kelompok tersebut belum memiliki norma tertulis. Bila sudah ada norma tertulis dan sanksi-sanksi sudah ditetapkan, maka norma tersebut akan cenderung dipatuhi oleh para anggotanya. Tujuan pembentukan norma kelompok 115 adalah mengatur kehidupan berkelompok dalam rangka mencapai tujuan kelompok yang telah ditetapkan dalam perumusan tujuan dan harapan kelompok. Pendampingan dalam mengelola dana kelompok perlu dilakukan terhadap KSM Teratai karena dana kelompok yang ada meskipun jumlahnya masih sedikit belum dikelola secara optimal untuk kepentingan kelompok. Bila kelompok dapat mengelola dana kelompok dengan baik diharapkan KSM dapat mandiri dalam memperoleh modal usaha dan tidak tergantung dari program pemerintah. Pendampingan pengelolaan dana kelompok ini dapat dilakukan oleh BKM yang selama ini telah berhasil mengelola dana BLM, Peguruan Tinggi ataupun instansi pemerintah. Mengadakan pertemuan rutin perlu dilakukan oleh KSM Teratai, karena kelompok ini sama sekali belum pernah mengadakan pertemuan rutin. Pertemuan rutin perlu dilakukan untuk menjalin komunikasi yang intensif antar anggota kelompok dan meningkatkan kohesifitas kelompok serta sebagai sarana untuk berbagi masalah. Kegiatan ini dapat dilakukan dengan memberikan penyadaran kepada setiap anggota kelompok tentang pentingnya pertemuan rutin yang dapat dilakukan oleh seorang fasilitator. Pelatihan kewirausahaan sangat perlu dilakukan mengingat kemampuan manajemen dan kemampuan para anggota KSM yang masih rendah. Keterampilan dan pengatahuan tentang kewirausahaan diharapkan dapat membangkitkan motivasi dan kemampuan manajemen serta kemampuan untuk memasarkan produk yang dihasilkan. Sehingga pada akhirnya anggota KSM dalam meningkatkan usahanya, yang pada gilirannya dapat meningkatkan pendapatan. Pelatihan ini dapat dilakukan dengan menjalin kerjasama dengan BKM, praktisi bisnissektor swasta, dan Perguruan Tinggi. Adapun dana dapat berasal dari swadaya anggota KSM, dana kelompok ataupun BKM. Pembentukan kerjasama dan jejaring perlu dilakukan oleh kedua KSM mengingat selama ini belum ada kerjasama yang terjalin, baik antar sesama anggota KSM maupun dengan KSMlembaga lain yang dapat mempermudah dalam hal pemasaran, memperoleh bahan baku, ataupun memperoleh pengetahuan 116 dan keterampilan. Sebelum dilakukan kerjasama dengan “pihak luar”, sebaiknya antar anggota kelompok menjalin kerjasama terlebih dulu, baik dalam hal memperoleh bahan baku, pemasaran produk, ataupun dalam hal memperoleh keterampilan dan pengetahuan yang dapat bermanfaat untuk meningkatkan usaha. Hal ini dimungkinkan karena setiap anggota KSM pasti mempunyai informasi, keterampilan dan pengetahuan yang dapat bermanfaat bagi anggota yang lain. Misalnya, salah seorang anggota KSM yang memiliki keterampilan membuat kue kering dapat menularkan keterampilannya tersebut pada anggota yang lain. Hal ini bisa dilakukan melalui komunikasi yang itensif dalam pertemuan kelompok. Untuk KSM Teratai yang belum mengadakan pertemuan rutin, sebelum menjalin kerjasama antar anggota seharusnya diadakan pertemuan rutin kelompok terlebih dahulu, karena selama ini belum ada. Kerjasama dengan KSM lain, BKM, Perguruan Tinggi, Instansi pemerintah, dan LSM juga perlu dilakukan untuk berbagai kepentingan seperti memperoleh keterampilan dan pengetahuan, memperluas pemasaran, dan memperoleh pendampingan dalam meningkatkan usaha. Kerjasama ini dapat dilakukan dalam waktu yang tidak terbatas dan tidakkurang membutuhkan dana. Yang diperlukan dalam hal ini adalah kemampuan untuk menjalin komunikasi dengan berbagai pihak tersebut yang dapat didampingi oleh seorang fasilitator Pelatihan keterampilan industri rumah tangga perlu dilakukan terhadap KSM Teratai mengingat masih ada anggota KSM yang merasa belum mantap dengan usaha yang dijalankannya dikarenakan rendahnya permintaaan terhadap produksi yang dihasilkan, kesulitan pemasaran dan semakin banyaknya saingan. Penambahan keterampilan industri rumah tangga diharapkan dapat menjadi alternatif dalam menambah pendapatan disamping usaha yang telah dimiliki. Pelatihan ini dapat diberikan oleh LSM, Lembaga Pengabdian Masyarakat yang berasal dari Perguruan Tinggi ataupun instansi pemerintah yang memiliki kewenangan dalam bidang tersebut. Dana pelatihan ini dapat berasal dari KSM, BKM, Perguruan Tinggi, dan instansi pemerintah. Dana dari di Perguruan Tinggi biasanya tidak berupa uang, melainkan berupa pemberian keterampilan yang dikoordinir oleh Lembaga Pengabdian Masyarakat yang ada di setiap Perguruan Tinggi. Sementara peran dari instansi pemerintah dapat berupa pemberian 117 keterampilan yang biasanya di lakukan oleh Dinas Pertanian dan Dinas Perindagkop Perindustrian, Perdagangan dan Koperasi. Pendampingan untuk memperoleh tambahan modal usaha perlu dilakukan terhadap KSM Maju lancar dan KSM Teratai, karena sebagian besar anggota kedua KSM tersebut merasakan bahwa pinjaman dari P2KP masih kurang. Pendampingan dapat dilakukan dengan membantu anggota KSM untuk dapat memiliki akses ke perbankan karena bagi sebagian besar anggota KSM, dunia perbankan dipersepsikan sebagai sesuatu yang sulit untuk dijangkau. Pendampingan untuk memasarkan hasil kerajinan dan peningkatan kualitas produk perlu dilakukan terhadap KSM Teratai. Hal ini perlu dilakukan mengingat anggota kelompok yang memiliki usaha kerajian peci rajut sulit memasarkan hasil produknya dikarenakan semakin banyak saingan dan kualitas produk yang dihasilkan masih rendah. Peningkatan kualitas hasil kerajianan perlu dilakukan terlebih dulu sebelum dilakukan upaya memperluas pemasaran. Hal ini bisa dilakukan oleh seorang fasi litator yang mengetahui tentang informasi pasar bagi hasil kerajinan peci rajut pemasaran dan bekerjasama dengan KSM lain yang memiliki anggota dengan jenis usaha serupa. Berikut ini akan disajikan tabel tentang rencana program pengembangan kapasitas kelembagaan KSM yang menjadi subjek kajian: 125

BAB VIII KESIMPULAN DAN REKOMENDASI