64 menyebutkan analisis kebijakan dapat dilakukan dengan menggunakan 3
pendekatan, yaitu pendekatan prospektif, retrospektif dan integratif.
3.6.7 Analisis Sistem Dinamik
Analisis model dinamik dilakukan terhadap variabel-variabel yang telah teridentifikasi yang meliputi aspek ekologi, sosial dan ekonomi. Analisis model
dinamik dilakukan melalui 2 tahap, yaitu pembuatan diagram sebab akibat dan diagram alir. Diagram simpal kausal menunjukkan hubungan antar variabel dalam
proses sistem yang dikaji. Prinsip dasar pembuatannya adalah suatu proses sebagai sebab yang akan menghasilkan keadaan, atau sebaliknya suatu keadaan
sebagai sebab akan menghasilkan proses. Sedangkan diagram alir dibuat berdasarkan persamaan model dinamik yang mencakup variabel keadaan level,
aliran rate, auxiliary, dan konstanta constant. Variabel tersebut berupa lambang-lambang yang digunakan dalam pembuatan model dengan menggunakan
piranti lunak Powersim. Model yang dikembangkan selanjutnya digunakan sebagai alat simulasi. Simulasi ini dilakukan setelah uji validitas dan hasil
pengujian menunjukkan adanya kesesuaian atau keabsahan antara hasil simulasi dengan data empiris Sushil 1993; Muhammadi et al. 2001. Analisis dan simulasi
sistem dinamik dilakukan dengan bantuan program powersim studio 2005E untuk memproyeksikan kecenderungan kondisi perlindungan dan pengelolaan sumber
daya air PLTA.
3.6.8 Verifikasi dan Validasi
Verifikasi model dilakukan sebagai proses uji sahih untuk mengetahui berbagai kelemahan maupun kekurangan, serta identifikasi berbagai persoalan
yang harus diantisipasi dalam kaitan penerapan kebijakan yang dihasilkan Eriyatno Sofyar 2007. Verifikasi diartikan sebagai menyatakan kebenaran,
ketepatan atau kenyataan to establish the truth, accuracy or reality, sedangkan kata valid didefinisikan sebagai mendapatkan hasil kesimpulan yang benar,
berdasarkan persyaratan-persyaratan yang telah ditetapkan Hartrisari 2007 Keabsahan suatu hasil simulasi dapat dilakukan melalui tiga pendekatan.
Setiap pendekatan memerlukan tim pengembangan model yang melakukan
65 verifikasi dan validasi sebagai bagian dari proses pengembangan model.
Pendekatan yang digunakan untuk menentukan suatu model yang valid dalam kajian ini disebut sebagai independent verification and validation IV and V.
Pendekatan ini menggunakan pihak ketiga independent untuk memutuskan validitas suatu model Sargent 1998.
Validitas adalah salah satu kriteria penilaian keobyektifan yang ditunjukkan dengan sejauh mana model dapat menirukan fakta Muhammadi et al. 2001.
Sementara validasi model menurut Sargent 1998 memiliki berbagai teknik untuk melaksanakannya. Kajian ini memanfaatkan face validity terhadap para pakar
guna memeriksa kesesuaian antara prilaku model dengan prilaku sistem yang diwakilinya. Validasi soft system dilakukan terhadap beberapa pakar yang dipilih
secara purposif mewakili keahlian memahami sinergitas konvensi internasional bidang lingkungan hidup dan implementasinya. Validasi dilakukan secara face
validity terhadap para pakar guna memeriksa kesesuaian antara perilaku model hasil kajian dengan perilaku sistem yang diwakilinya.
Untuk model dinamik, kinerja beberapa variabel dilakukan dengan uji statistik. Uji statistik dimaksudkan untuk melihat penyimpangan antara keluaran
simulasi dengan data aktual. Pengujian statistik meliputi uji penyimpangan rata- rata absolut AME, penyimpangan variasi absolut AVE, saringan Kalman KF,
koefisien diskrepansi U-Theils dan Durbin Watson DW Barlas 1998. Absolute means error AME adalah penyimpangan antara nilai rata-rata
simulasi terhadap data aktual. Sedangkan absolute variation error AVE adalah penyimpangan nilai variasi simulasi terhadap data aktual. U-Theils adalah
koefisien diskrepansi antara nilai simulasi dengan data aktual. U-Theils dapat menggambarkan
ada tidaknya
penyimpangan yang
menonjol. Batas
penyimpangan yang dapat diterima untuk AME, AVE dan U-Theils adalah antara 5-10.
66
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Gambaran Umum PLTA 4.1.1 PLTA Saguling dan Cirata di Propinsi Jawa Barat
Guna memanfaatkan debit air yang dialirkan Sungai Citarum, sungai terpanjang dan terbesar di provinsi Jawa Barat luas 1.448.279,25 ha, pemerintah
membuat tiga bendungan dan Pembangkit Listrik Tenaga Air PLTA di sungai ini yaitu PLTA Saguling, PLTA Cirata, dan PLTA Ir. H. Djuanda PLTA
Jatiluhur. Pengoperation ketiga waduk ini diintegrasikan dalam satu pola operasi yang disebut “Pola operasi waduk kaskade Citarum” dengan pendekatan equal
sharing yang dilakukan setiap bulan Oktober oleh ketiga pengelola waduk, yaitu Perum Jasa Tirta II Waduk Jatiluhur, PT Pembangkit Jawa Bali Waduk Cirata,
dan PT Indonesia Power Waduk Saguling. PLTA yang menjadi objek penelitian adalah PLTA Saguling dan PLTA Cirata.
A. PLTA Saguling
PLTA Saguling adalah salah satu unit bisnis pembangkitan di bawah PT. Indonesia Power. PLTA Saguling yang mulai beroperasi tahun 1986 memiliki visi
menjadi perusahaan publik dengan kinerja kelas dunia dan bersahabat dengan lingkungan.
Misi PLTA
Saguling melakukan
usaha dalam
bidang ketenagalistrikan dan mengembangkan usaha-usaha lainnya yang berkaitan,
berdasarkan kaidah industri dan niaga yang sehat, guna menjamin keberadaan dan pengembangan perusahaan dalam jangka panjang.
UPB Saguling mengelola 29 mesin pembangkit yang tersebar di Jawa Barat dengan total kapasitas terpasang 797,36 MW. Keuntungan PLTA ini antara lain
waktu pengoperasian relatif lebih cepat 15 menit, biaya produksi lebih murah karena menggunakan air, rotasi turbin rendah dan tidak mengeluarkan panas
sehingga peralatan jarang mengalami kerusakan. PLTA juga ramah lingkungan, karena tidak adanya proses pembakaran sehingga tidak ada limbah bekas
pembakaran yang ditimbulkan. Dam waduk bertindak cultivation multifungsi, seperti pengendalian banjir dan sistem irigasi sawah.