85 214.059 kg P, dan di Waduk Cirata mengandung 6.611.787 kg N dan 1.041.417
kg P Garno 2002. Sementara peningkatan jumlah KJA terus meningkat hingga berjumlah 7209 petak unit pada tahun 2010 di Waduk Saguling dan sebanyak
51418 unit di Waduk Cirata. Jumlah ini telah melewati kapasitas daya dukung waduk. Daya dukung Waduk Saguling hanya dapat menampung 4514 unit petak
KJA Maulana 2010, sedangkan daya dukung Waduk Cirata dapat menampung sebanyak 24000 unit petak KJA Hapsari 2010.
Hal penting lainnya adalah keberlangsungan fungsi waduk juga tergantung pada kondisi keadaan lahan di sekitar daerah tangkapan air DTA. Berbagai
penggunaan lahan sebagaimana diuraikan dalam analisis perubahan penutupan lahan lahan dapat menghasilan berbagai bahan pencemar atau limbah yang akan
mengalir ke perairan waduk. Hal ini dapat memberikan dampak negatif terhadap lingkungan perairan waduk.
Adanya dinamika kualitas air di kedua waduk tersebut menunjukkan bahwa PLTA tidak bisa berhenti melakukan pengendalian terhadap kualitas air yang akan
dimanfaatkannya meskipun secara statistik kualitas air waduk di wilayah PLTA Saguling dan Cirata masih sesuai untuk keperluan operasional PLTA. Pendekatan
sukarela untuk perlindungan lingkungan dan sumberdaya air perlu ditunjukkan dengan adanya konsistensi untuk mempertahankan kualitas air dan melebihi
beyond ketentuan dan persyaratan yang berlaku atau yang ditetapkan pihak yang berwenang. Selain itu, keberlanjutan sumberdaya air juga berarti
keberlanjutan operasional PLTA itu sendiri. Walaupun pelestarian kualitas air inlet PLTA, terutama di bagian hulu, di luar kendali manajemen PLTA,
manajemen PLTA harus mengkomunikasikan kepada stakeholder terkait yang memanfaatkan danatau berkepentingan terhadap sumberdaya air waduk.
4.3.2 Kualitas Air PLTA Tanggari I dan II
Hasil uji T terhadap kualitas air di inlet dan outlet PLTA Tanggari I dapat dilihat pada Tabel 10. Hasil uji T menunjukkan bahwa secara umum kualitas air di
outlet sama dengan kualitas air di inlet. Perbedaan secara
nyata α=0,05 pada kualitas air di inlet dan outlet berdasarkan hasil uji T hanya terlihat pada
konsentrasi BOD pada tahun 2006 dan COD pada tahun 2009.
86
Tabel 10 Hasil uji T kualitas air di wilayah PLTA Tanggari I
Parameter P-Value Tanggari I
2005 2006
2007 2008
2009 2010
Suhu 0,500
0,252 0,224
- 0,151
0,675 TDS
0,500 1,000
0,055 0,143
0,116 0,779
TSS 0,305
0,642 0,295
0,062 0,387
0,170 pH
- 0,391
0,090 0,238
0,209 0,570
H
2
S -
- 0,393
- 0,541
- NO
3 -2
0,063 0,391
0,483 0,236
0,478 0,313
PO
4 -3
- 0,391
- -
- 0,807
DO -
- -
- -
- COD
0,514 0,206
0,248 0,134
0,013 -
BOD 0,823
0,048 0,340
0,204 0,379
- Fe
- 0,100
0,346 -
0,232 0,604
Ket: nilai P 0,05 maka H ditolak sumber : Siregar 2004 ; - : tidak ada data
Pada tahun 2005, konsentrasi rata-rata median BOD 5,93 mgL di oulet lebih rendah
dibandingkan dengan BOD 6,01 mgL di inlet. Sedangkan konsentrasi rata-rata median COD 11,35 mgL di outlet lebih tinggi
dibandingkan dengan COD 10,40 mgL di inlet pada tahun 2009 sebagaimana tertera pada Lampiran 3. Walaupun dua parameter yang pada tahun yang berbeda
tersebut menunjukkan adanya perbedaan nyata namun hal tersebut tidak menggambarkan hasil keseluruhan tentang kualitas air waduk atau hanya sekitar
4,35 data di wilayah PLTA Tanggari I yang menunjukkan ada perbedaan nyata α=0,05. Kualitas air di Tanggari I tidak berbeda nyata secara statistik α=0,05
sebelum dan sesudah dimanfaatkan oleh PLTA, menunjukkan bahwa PLTATanggari I dalam kegiatan operasionalnya tidak menurunkan kualitas air
sungat yang dimanfaatkannya . Hasil uji T terhadap kualitas air di inlet dan outlet PLTA Tanggari II dapat
dilihat pada Tabel 11. Hasil uji T menunjukkan bahwa secara umum kualitas air di PLTA Tanggari II di outlet sama dengan kualitas air di inlet. Berdasarkan hasil
uji T perbedaan secara nyata α=0,05 kualitas air di inlet dan outlet hanya terlihat
pada suhu dan COD pada tahun 2006, dan pH, BOD, NO
3 -2
pada tahun 2008. Tabel 11 Hasil uji T kualitas air di wilayah PLTA Tanggari II
Parameter P-Value
2005 2006
2007 2008
2009 2010
Suhu 0,156
0,036 0,346
0,706 0,443
0,878 TDS
0,070 0,008
0,241 0,202
0,456 0,626
87
TSS -
0,071 0,387
- 0,313
0,082 pH
0,500 0,474
- 0,005
0,092 0,339
H
2
S -
- -
- 0,421
- NO
3 -2
0,698 0,718
- 0,002
0,171 0,949
PO
4 -3
- -
- -
- 0,252
DO -
- -
- -
- COD
0,358 0,121
0,123 0,237
0,391 -
BOD 0,218
0,383 0,689
0,036 0,391
- Fe
- 0,252
0,929 -
0,656 0,064
Ket: nilai P 0,05 maka H ditolak sumber : Siregar 2004 ; - : tidak ada data
Konsentrasi rata-rata median pada tahun 2006 COD 25,85 mgL di oulet Tanggari II adalah lebih tinggi dibandingkan COD 22,5 mgL di inlet.
Sementara pada tahun 2008, konsentrasi rata-rata median di outlet Tanggari II untuk NO
3 -2
, BOD dan pH lebih rendah dibandingkan di inlet sebagaimana terlihat pada Lampiran 4. Dengan demikian Kualitas air di Tanggari II secara
umum tidak berbeda nyata secara statistik α=0,05 sebelum dan sesudah
dimanfaatkan oleh PLTA. Hal ini menunjukkan bahwa PLTA dalam kegiatan operasionalnya tidak menurunkan kualitas air sungai yang dimanfaatkannya.
Secara keseluruhan kualitas air di inlet PLTA Tanggari I dan Tanggari II masih di bawah ambang batas dari baku mutu untuk Kelas 4 dari PP No.822001
sebagaimana ditunjukkan pada Lampiran 7 dan 8. Namun demikian dinamika kualitas air parameter COD dan Fe di PLTA Tanggari I dan Tanggari II
cenderung lebih tinggi di wilayah outlet dibandingkan di wilayah inlet meskipun tetap masih di bawah baku mutu untuk Kelas 4 PP No.822001. Adanya
kecenderungan konsentrasi COD dan Fe yang selalu lebih tinggi di wilayah outlet dibandingkan dengan di inlet perlu di evaluasi lebih lanjut oleh manajemen PLTA.
Dinamika konsentrasi COD di outlet Tanggari I dan II Gambar 19 dan 20 juga cenderung lebih tinggi dibandingkan di wilayah inlet mungkin disebabkan adanya
aktivitas pemakaian bahan pelumas dalam pemeliharaan peralatan pembangkit yang relatif tua tahun 1984 dan tahun 1987. Kenaikan konsentrasi besi
kemungkinan terjadi karena adanya korosi pada mesin yang sudah relatif lama berumur kurang lebih 26 tahun. Konsentrasi Fe yang melebihi 0,3 ppm dapat
menyebabkan air bersifat toksik Krismono et al. 1987, Kartamihardjo et al. 1987.
88
Gambar 19 Nilai median konsentrasi COD inlet-outlet di PLTA Tanggari I tahun 2005-2010.
Gambar 20 Nilai median konsentrasi COD inlet-outlet di PLTA Tanggari II tahun 2005-2010.
Selain itu air sungai Tondano juga digunakan untuk aktivitas lainnya. Oleh karena itu PLTA tetap harus memperhatikan kelestarian sumberdaya air tersebut
sehingga multifungsi sumberdaya air tetap terpelihara. Keberlanjutan sumberdaya air juga berarti keberlanjutan operasional PLTA.
4.4 Institusi dan Regulasi Terkait Pengelolaan Sumberdaya Air PLTA