Nilai Jasa Lingkungan Sumberdaya Air PLTA

97 telah ditetapkan, serta inisiatif sukarela dari stakeholder guna mengimplementasikan kebijakan perlindungan dan pengelolaan sumberdaya air.

4.5 Nilai Jasa Lingkungan Sumberdaya Air PLTA

Perusahaan akan mengembangkan suatu program, bila benefit yang diperoleh lebih besar dari biaya yang dikeluarkan. Benefit akibat perlindungan dan pengelolaan sumberdaya air diperoleh dari jasa yang diberikan ekosistem air yang terlindungi. Jasa ekosistem memberikan use value dan non -use value. Use value terdiri atas direct use value, indirect use value dan option value. Non-use value terkait dengan existence value. Nilai ekonomi dari akibat perlindungan dan pengelolaan sumberdaya air mempertimbangkan seluruh value yang dikandung dari program tersebut jarang sekali dihitung. Berkaitan dengan program pelestaraian sumberdaya air di PLTA, dilakukan analisis valuasi ekonomi akibat program lingkungan dengan mengambil kasus di PLTA Saguling. Analisis data menggunakan pendekatan Total Economic Value TEV yaitu analisis kebijakan untuk menilai manfaat lingkungan secara ekonomis dengan menggabungkan unsur dari berbagai disiplin ilmu yang bersifat deskriptif, valuatif dan normatif. Nilai lingkungan tidak hanya bergantung pada nilai pemanfaatan langsung, namun juga pada seluruh fungsi sumberdaya lain yang memberi nilai ekonomis dan non ekonomis yang setinggi-tingginya. Model ini bertujuan untuk meningkatkan efisiensi pemanfaataan sumberdaya yang dapat diukur secara nyata berdasarkan tolok ukur nilai moneter. Potensi benefit use value dihitung dari market output yang langsung terkait dengan PLTA yaitu nilai produksi listrik, market output tidak langsung dengan PLTA akibat dampak positif dari program lingkungan yang dilakukan PLTA, yaitu nilai produksi ikan, unprices benefit dihitung dari nilai ekowisata, serta ecological function value dihitung dari potensi nilai karbon dari program penghijauan, cadangan air tanah, dan cadangan air waduk. Sedangkan non-use terdiri atas option value, bequest value dan existence value yang dinilai melalui nilai pasar. 98 4.5.1 Nilai Ekonomi Total Jasa Lingkungan Sumberdaya Air PLTA Saguling dan Cirata di Provinsi Jawa Barat Nilai ekonomi total jasa lingkungan sumberdaya air PLTA di Provinsi Jawa Barat terdiri dari nilai guna langsung direct use value, nilai guna tidak langsung indirect use value, dan nilai bukan guna non-use value. Nilai guna langsung terdiri dari nilai produksi listrik, nilai produksi ikan, dan nilai ekowisata. Sementara nilai guna tidak langsung yang juga merupakan nilai fungsi ekologis ecological function value terdiri dari nilai serapan karbon, nilai cadangan air tanah, dan nilai cadangan air waduk. Sementara nilai bukan guna terdiri dari nilai pilihan dan nilai kelestarian.

A. PLTA Saguling

 Nilai Guna Langsung  Nilai Produksi Listrik Nilai produksi listrik merupakan keuntungan yang bisa diperoleh dari penjualan energi listrik yang diproduksi oleh PLTA. Nilai keuntungan ini ditentukan oleh jumlah produksi listrik yang bisa dijual dikurangi biaya produksinya. Produksi listrik PLTA Saguling setiap tahunnya sebesar 2.158 GWh. Berdasarkan statistik listrik PLN, harga jual rata-rata per kWh sebesar Rp 591,11 dengan biaya produksi Rp 463, maka bisa diperoleh keuntungan sebesar Rp 276.008.200.000 atau Rp 276 milyar setiap tahunnya.  Nilai Ekonomi Produksi Ikan Usaha KJA Nilai ekonomi produksi ikan yang berasal dari usaha keramba jaring apung KJA merupakan keuntungan yang bisa diperoleh dari penjualan ikan hasil budidaya setiap tahunnya. Nilai keuntungan ini ditentukan oleh jumlah KJA, jumlah produksi ikan, harga jual ikan, dan biaya usaha budidaya yang dikeluarkan. Berdasarkan data pada Waduk Saguling terdapat 4.514 unit KJA Maulana 2010 dengan rata-rata produksi 2 ton per tahun ikan mas dan ikan nila setiap unitnya. Harga jual ikan mas berkisar sebesar Rp 14.000 per kg dan harga jual ikan nila sebesar Rp 15.000 per kg. Jika biaya produksi yang dikeluarkan Rp 28.731.610.000 per unit KJA setiap 99 tahunnya, maka bisa diperoleh keuntungan sebesar Rp 233.080.390.000 atau Rp 233,08 milyar setiap tahunnya.  Nilai Ekonomi Kegiatan Ekowisata Nilai ekonomi ekowisata di Waduk Saguling dihitung dari besarnya biaya perjalanan wisata yang dikeluarkan oleh setiap pengunjung yang datang setiap tahunnya. Pengunjung yang datang umumnya wisatawan transit ke wilayah ini dan rata rata hanya berkunjung 1 kali dalam setahun. Biaya Pengeluaran terdiri atas biaya transportasi dan biaya akomodasi dan konsumsi. Dari hasil kuesioner diperoleh bahwa biaya rata rata transportasi sebesar Rp 116.000,- dan biaya akomodasi dan konsumsi sebesar Rp 33.000,-. Jadi biaya Pengeluaran sebesar Rp. 149.000,-orang. Berdasarkan hasil survei yang telah dilakukan diperoleh data bahwa rata- rata pengunjung yang datang ke waduk Saguling pada hari-hari biasa Senin-Jumat berkisar 10 orang, sedangkan pada hari libur seperti hari Sabtu dan Minggu dapat mencapai 20 orang pengunjung. Dari data tersebut diketahui jumlah pengunjung rata-rata 4 orang per hari atau 1.460 pengunjung per tahun. Nilai ekonomi wisata di sekitar Waduk Saguling yaitu sebesar Rp. 149.000 x 1.460 pengunjung = Rp 217, 54 juta = Rp. 0,217 milyar setiap tahunnya.  Nilai Guna Tidak Langsung  Nilai Ekonomi Penghijaun Serapan Karbon Nilai ekonomi penyerapan karbon dapat dihitung berdasarkan besarnya kandungan karbon yang tersimpan di dalam vegetasi hutan yang dikonversikan dalam nilai finansial. Menurut Brown dan Peaece 1994 dalam Widada 2004, hutan alam primer, hutan sekunder, dan hutan terbuka memiliki kemampuan menyimpan masing-masing karbon sebesar 283 ton per hektar, 194 ton per hektar, dan 115 ton per hektar. Setiap 1 ton karbon dapat dihargai dengan nilai finansial yang berkisar antara 1 US sampai 28 US Soemarwoto, 2001. Berdasarkan data ini, maka nilai ekonomi penyerapan karbon di kawasan hutan sekitar Waduk Saguling dapat dihitung. Untuk menghindari penilaian yang terlalu tinggi atau terlalu 100 rendah, maka nilai finansial yang diambil adalah nilai tengah dari yang ditetapkan oleh Soemarwoto yaitu sebesar 19 US per ton. Nilai ekonomi penyerapan karbon di sekitar Waduk Saguling , dapat dihitung dengan asumsi sebagai berikut 1. Luas kawasan hutan di sekitar Waduk Saguling 1.403 hektar dimana keseluruhan merupakan hutan sekunder. 2. Satu hektar hutan sekunder di kawasan hutan sekitar Waduk Saguling menyimpan karbon sebesar menyimpan karbon sebesar 194,00 ton karbon. 3. Nilai karbon sebesar US 19 per ton dimana untuk US 1 = Rp 9.425,85 Adapun nilai ekonomi serapan karbon di kawasan Waduk Saguling adalah = 1403 ha x 194,00 ton x US 19 x Rp. 9425,85 = Rp 35,57 milyar setiap tahunnya.  Nilai Cadangan Air Tanah Jumlah cadangan air tanah di DAS Saguling pada dasarnya merupakan sumber utama bagi air permukaan yang mengalir di Sungai Citarum hulu. Secara tidak langsung air ini juga menjadi pemasok utama pembangkit listrik PLTA Saguling. Sehingga cadangan air tanah ini memiliki potensi ekonomi setara dengan jumlah pembangkitan energi listrik yang bisa dihasilkannya. Besarnya potensi tersebut bisa dihitung dari volume air input yang berasal dari curah hujan di seluruh DAS, dikurangi yang mengalir di air permukaan run off dan penguapan yang terjadi di seluruh permukaan DAS. Berdasarkan data diketahui bahwa luas DAS Waduk Saguling adalah 222.830 ha, dengan rata-rata curah hujan sebesar 3.378 mmtahun dan rata- rata penguapan sebesar 1.116 mmtahun, serta debit air permukaan sebesar 108 m 3 detik. Volume cadangan air tanah dihitung dari volume input curah hujan dikali luas DAS, dikurangi volume output penguapan dikali luas DAS dan aliran permukaan. Setiap m 3 cadangan air tanah ini berpotensi menghasilkan energi listrik senilai Rp 202. Hasil perhitungan menunjukkan volume cadangan air tanah tersebut bernilai sebesar Rp 330.174.373.200 atau Rp 330,17 milyar setiap tahunnya. 101  Nilai Cadangan Air Waduk Seperti hanya cadangan air tanah, air yang tergenang dalam waduk juga berpotensi untuk dikonversi menjadi energi listrik senilai Rp 202m 3 . Potensi ini bisa hilang jika volume air di waduk mengalami pengurangan akibat sedimentasi. Sehingga volume sedimentasi yang masuk ke dalam waduk berpotensi menghilangkan nilai ekonomi cadangan air waduk. Besarnya nilai ekonomi cadangan air waduk sebanding dengan banyaknya sedimen yang masuk ke waduk setiap tahunnya. Berdasarkan data PT Indonesia Power 2010 diketahui rata-rata volume sedimen yang masuk ke dalam Waduk Saguling sebesar 4,2 juta m 3 setiap tahunnya. Sehingga nilai cadangan air waduk yang hilang sebesar Rp 848,4 juta setiap tahunnya.  Nilai Bukan Guna  Nilai Pilihan Nilai pilihan waduk adalah nilai pemanfaatan sumberdaya waduk untuk pemanfaatan dimasa yang akan datang. Nilai pilihan waduk dihitung sama dengan dengan nilai keberadaan di atas yaitu menggunakan metode Contingent Valuation Method CVM yang didasarkan pada seberapa besar seseorang atau masyarakat mau membayar willingness to pay untuk melindungi sumberdaya waduk. Nilai pilihan ini dihitung berdasarkan bagaimana manfaat sumberdaya alam yang terkandung dalam waduk dapat dipertahankan sehingga dapat dimanfaatkan untuk masa yang akan datang. Untuk mengumpulkan data berkaitan dengan nilai pilihan ini, disebarkan kuisioner kepada responden. Hasil penelitian menunjukkan bahwa semua responden menyatakan bahwa Waduk perlu dipertahankan manfaat yang terkandung di dalamnya terutama untuk pemanfaatan dimasa yang akan datang. Terkait dengan kesediaan membayar agar manfaat SDA dalam hutan sekitar waduk tetap dipertahankan, sekitar 50 menyatakan bersedia membayar dan sisanya 50 menyatakan tidak bersedia membayar. Adapun besar biaya yang bersedia dibayarkan untuk mempertahankan manfaat Waduk Saguling adalah sekitar 75 bersedia membayar sebesar Rp. 5.000,- dan hanya sekitar 25 bersedia membayar sebesar Rp. 10.000,-. 102 Dari kisaran kesediaan membayar tersebut, jika dirata-ratakan maka dapat diketahui besaran kesediaan membayar setiap responden yaitu sebesar Rp. 12.500,00orang Berdasarkan data di atas, dihitung nilai pilihan waduk yaitu nilai manfaat WTP dikalikan dengan jumlah penduduk di wilayah penelitian. Berdasarkan data statistik, jumlah penduduk di sekitar waduk sebanyak 618.479 jiwa, sehingga nilai pilihan Waduk Saguling = Rp 12.500 x 618.479 jiwa = Rp 7.730.987.500 atau Rp 7,73 milyar.  Nilai Kelestarian Waduk Nilai kelestarian waduk juga dihitung dengan metode Contingent Valuation Method CVM. Nilai kelestarian waduk dihitung berdasarkan pentingnya dilestarikan kawasan waduk terutama untuk mempertahankan fungsinya sebagai kawasan konservasi air untuk operasional PLTA dan kebutuhan air bagi masyarakat sekitar. Pengumpulan data dilakukan dengan menyebarkan kuisioner untuk 120 responden. Informasi yang ingin digali dalam kuisioner dituangkan dalam bentuk pertanyaan. Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan bahwa semua responden menyatakan bahwa waduk perlu dilestarikan untuk mempertahankan fungsinya sebagai kawasan konservasi air dan pemenuhan kebutuhan air bagi masyarakat. Berkaitan dengan kesediaan membayar untuk melestarikan fungsi Waduk, sekitar 62,5 menyatakan bersedia membayar dan 37,2 menyatakan tidak bersedia membayar. Adapun besar biaya yang bersedia dibayarkan untuk melestarikan Waduk adalah sekitar 37,5 bersedia membayar sebesar Rp. 5.000, sekitar 12,5 bersedia membayar sebesar Rp. 10.000 dan sekitar 12,5 bersedia membayar sebesar Rp. 15.000 serta sisanya yaitu sekitar 37,3 tidak bersedia membayar. Dari kisaran kesediaan membayar tersebut, jika dirata- ratakan maka dapat diketahui besaran kesediaan membayar setiap responden yaitu sebesar Rp. 15.000,00orang . Berdasarkan data di atas, dapat dihitung nilai kelestarian waduk yaitu nilai kelestarian WTP dikalikan dengan jumlah kepala keluarga di wilayah penelitian. Jumlah kepala keluarga sebanyak diasumsikan ¼ dari jumlah 103 penduduk atau setiap keluarga rata-rata terdiri dari 4 orang. Nilai Pelestarian Waduk = Rp 15.000,00 x 35.638 jiwa4 = Rp 2.319.296.250 2,31 milyar setiap tahunnya.  Nilai Ekonomi Total Nilai ekonomi total perlindungan dan pengelolaan sumberdaya air di PLTA Saguling merupakan jumlah dari keseluruhan nilai guna langsung, nilai guna tidak langsung, dan nilai bukan guna disajikan dalam Tabel 13. Berdasarkan hasil penelitian seperti diuraikan di atas dapat disimpulkan bahwa perlindungan dan pengeloaan sumberdaya air di PLTA dengan studi kasus di PLTA Saguling memiliki nilai ekonomi yang cukup besar terkait pemanfaatan jasa lingkungan waduk. Nilai ekonomi ini dihitung dari perbaikan sistem perlindungan dan pengelolaan sumberdaya air PLTA dan perbaikan hubungan antara perusahaan PLTA dengan masyarakat sekitar sebagai manfaat utama yang diperoleh PLTA Saguling. Tabel 13 Nilai ekonomi total jasa lingkungan sumberdaya air PLTA Saguling No Parameter Jumlah Rp 1 Nilai Benefit Listrik 276.008.200.000 2 Nilai Keuntungan Ikan 233.080.390.000 3 Nilai Ekowisata 217.540.000 Nilai Guna Langsung 509.306.130.000 4 Nilai Serapan Karbon 35.577.531.494 5 Nilai Potensi Cadangan Air 330.174.373.200 6 Nilai Potensi Kelestarian Air 848.400.000 Nilai Guna Tidak Langsung 366.600.304.694 7 Option Value 7.730.987.500 8 Preservation Value 2.319.296.250 Nilai Bukan Guna 10.050.283.750 Nilai Ekonomi Total 885.956.718.444 Besar nilai ekonomi total Total Economic Value dari pengelolaan sumberdaya air di PLTA Saguling mencapai Rp. 885.956.718.444 atau sekitar Rp. 0,885 triliyun.

B. PLTA Cirata

104  Nilai Guna Langsung  Nilai Produksi Listrik Berdasarkan perhitungan yang sama, maka potensi nilai ekonomi produksi listrik PLTA Cirata yang bisa diperoleh sebesar Rp 182.385.400.000 atau Rp 182,38 milyar setiap tahunnya. Nilai ini diperoleh karena PLTA Cirata memproduksi rata-rata energi listrik sebesar 1.426 GWh setiap tahunnya.  Nilai Ekonomi Produksi Ikan Usaha KJA Sementara potensi nilai ekonomi produksi ikan PLTA Cirata dipengaruhi oleh daya dukung waduk terhadap jumlah KJA maksimum yang bisa diusahakan, yaitu sejumlah 24.000 unit Hapsari 2010. Jumlah ini memungkinkan diperolehnya nilai ekonomi produksi budidaya perikanan sebesar Rp 1.239.240.000.000 atau Rp 1,23 triliun setiap tahunnya.  Nilai Ekonomi Kegiatan Ekowisata Jmlah kunjungan wisatawan sebanyak 17.516 setiap tahun ke lokasi sekitar PLTA Cirata berkontribusi terhadap nilai ekonomi kegiatan ekowista. Berdasarkan jumlah wisatawan tersebut, maka potensi nilai ekonomi yang bisa diperoleh dari kegiatan ekowisata di sekitar PLTA Cirata sebesar Rp 2.627.400.000 atau Rp 2,62 milyar setiap tahunnya.  Nilai Guna Tidak Langsung  Nilai Ekonomi Penghijaun Serapan Karbon Luasan lahan yang telah direboisasi seluas 525 ha di sekitar PLTA Cirata menghasilkan potensi nilai ekonomi penyerapan sebesar Rp 18.250.856.732 atau Rp 18,25 milyar setiap tahunnya.  Nilai Cadangan Air Tanah DAS Waduk Cirata yang merupakan perluasan dari DAS Waduk Saguling memiliki cadangan air tanah yang lebih banyak. DAS Cirata mencakup wilayah seluas 465.286 ha dengan curah hujan rata-rata 2.557 mmtahun dan penguapan rata-rata 1.116 mmtahun. Berdasarkan kondisi tersebut, diperoleh potensi nilai ekonomi cadangan air tanah PLTA Cirata sebesar Rp 222.230.744.400 atau Rp 222,23 milyar setiap tahunnya.  Nilai Cadangan Air Waduk 105 Waduk Cirata yang berada di hilir Waduk Saguling tentu saja menerima erosi dan sedimentasi yang lebih besar. Hal ini disebabkan luas DAS yang lebih besar, sehingga perhitungan potensi nilai ekonomi cadangan air waduk PLTA Cirata menghasilkan nilai sebesar Rp 961.520.000 atau Rp 0,96 milyar setiap tahunnya.  Nilai Bukan Guna  Nilai Pilihan Jumlah penduduk di sekitar Waduk Cirata yang berjumlah sebesar 234.322 jiwa berpengaruh terhadap besarnya nilai pilihan. Berdasarkan perhitungan potensi nilai pilihan PLTA Cirata sebesar Rp 2.929.025.000 atau Rp 2,92 milyar setiap tahunnya.  Nilai Kelestarian Waduk Jumlah penduduk tersebut berkontribusi juga terhadap banyaknya kepala keluarga KK yang bermukim di sekitar Waduk Cirata. Hal ini menghasilkan perhitungan potensi nilai ekonomi kelestarian waduk PLTA Cirata sebesar Rp 878.707.500 atau Rp 0,87 milyar setiap tahunnya.  Nilai Ekonomi Total Nilai ekonomi total perlindungan dan pengelolaan sumberdaya air di PLTA Cirata merupakan jumlah dari keseluruhan nilai guna langsung, nilai guna tidak langsung, dan nilai bukan guna disajikan dalam Tabel 14. Hasil perhitungan di atas menunjukkan bahwa perlindungan dan pengeloaan sumberdaya air di PLTA dengan studi kasus di PLTA Cirata juga memiliki nilai ekonomi yang cukup besar terkait pemanfaatan jasa lingkungan waduk. Nilai ekonomi ini dihitung dari perbaikan sistem perlindungan dan pengelolaan sumberdaya air PLTA dan perbaikan hubungan antara perusahaan PLTA dengan masyarakat sekitar sebagai manfaat utama yang diperoleh PLTA Cirata. Besar nilai ekonomi total dari pengelolaan sumberdaya air di PLTA Cirata mencapai Rp. 1.669.503.653.632 atau sekitar Rp. 1,66 triliyun. Tabel 14 Nilai ekonomi total jasa lingkungan sumberdaya air PLTA Cirata No Parameter Jumlah Rp 1 Nilai Benefit Listrik 182.385.400.000 106 2 Nilai Keuntungan Ikan 1.239.240.000.000 3 Nilai Ekowisata 2.627.400.000 Nilai Guna Langsung 1.424.252.800.000 4 Nilai Serapan Karbon 18.250.856.732 5 Nilai Potensi Cadangan Air 222.230.744.400 6 Nilai Potensi Kelestarian Air 961.520.000 Nilai Guna Tidak Langsung 241.443.121.132 7 Option Value 2.929.025.000 8 Preservation Value 878.707.500 Nilai Bukan Guna 3.807.732.500 Nilai Ekonomi Total 1.669.503.653.632 4.5.2 Nilai Ekonomi Total Jasa Lingkungan Sumberdaya Air PLTA Tanggari I dan Tanggari II di Provinsi Sulawesi Utara Nilai ekonomi total jasa lingkungan sumberdaya air PLTA di Provinsi Sulawesi Utara terdiri dari nilai NET PLTA Tanggari I dan II. Berbeda dengan PLTA di Provinsi Jawa Barat, PLTA di Provinsi Sulawesi Utara hampir seluruh parameternya memiliki fungsi ekonomi secara bersama. Fungsi ekonomi jasa lingkungan yang dihitung terpisah hanya nilai produksi listrik masing-masing PLTA. Sehingga nilai ekonomi total PLTA Tanggari I dan II merupakan jumlah nilai ekonomi produksi listrik masing-masing PLTA ditambah nilai ekonomi parameter lainnya secara bersama-sama. Persamaan dan teknik perhitungan yang digunakan sama dengan yang dilakukan pada PLTA di Provinsi Jawa Barat.  Nilai Guna Langsung  Nilai Produksi Listrik Berdasarkan perhitungan, potensi nilai ekonomi produksi listrik PLTA Tanggari I yang bisa diperoleh sebesar Rp 1.164.350.440 atau Rp 1,16 milyar setiap tahunnya. Sementara potensi nilai ekonomi produksi listrik PLTA Tanggari II adalah sebesar Rp 1.391.374.859 atau Rp 1,39 milyar setiap tahunnya. Sehingga total nilai produksi listrik untuk PLTA Tanggari I dan II adalah sebesar Rp 2.555.725.299 atau Rp 2,55 milyar per tahunnya.  Nilai Ekonomi Produksi Ikan Usaha KJA Potensi nilai ekonomi produksi ikan PLTA Tanggari I dan II dengan keberadaan KJA sebanyak 6000 unit. Hal ini menghasilkan potensi nilai 107 ekonomi produksi ikan sebesar Rp 235.350.000.000 atau Rp 0,23 triliun setiap tahunnya.  Nilai Ekonomi Kegiatan Ekowisata Potensi nilai ekonomi yang bisa diperoleh dari kegiatan ekowisata di sekitar PLTA Tanggari I dan II sebesar Rp 9.317.430.000 atau Rp 9,31 milyar setiap tahunnya. Hal ini diperoleh berdasarkan rata-rata jumlah wisatawan yang berkunjung sebanyak 34.509 orang setiap tahunnya. Selain itu, hal ini diperoleh dari besarnya pengeluaran wisatawan yang berupa biaya transportasi dan biaya akomodasi selama melakukan kunjungan wisata.  Nilai Guna Tidak Langsung  Nilai Ekonomi Penghijaun Serapan Karbon Saat ini di sekitar PLTA Tanggari I dan II telah dilakukan penghijauan seluas 125 ha. Luas areal penghijauan tersebut menghasilkan potensi nilai ekonomi penyerapan karbon di sekitar PLTA Tanggari I dan II sebesar Rp 4.342.960.388 atau Rp 4,34 milyar setiap tahunnya.  Nilai Cadangan Air Tanah Potensi nilai ekonomi cadangan air tanah PLTA Tanggari I dan II berada pada DAS Tondano seluas 24.708 ha. DAS seluas ini dengan tingkat curah hujan tahunan rata-rata sebesar 1.936 mm menghasilkan potensi ekonomi cadangan air tanah senilai Rp 481.745.760 atau Rp 0,48 milyar setiap tahunnya.  Nilai Cadangan Air Sungai Sementara cadangan air sungai yang menjadi potensi ekonomi PLTA Tanggari I dan II senilai Rp 404.000.000 atau Rp 0,40 milyar setiap tahunnya.  Nilai Bukan Guna  Nilai Pilihan Nilai pilihan pada PLTA Tanggari I dan II dihitung dari rata-rata WTP sebesar Rp 12.500 dikalikan dengan jumlah penduduk di sekitar PLTA. Hasil perhitungan menunjukkan potensi nilai pilihan sebesar Rp 331.975.000 atau Rp 0,33 milyar setiap tahunnya. 108  Nilai Kelestarian Waduk Berdasarkan perhitungan yang sama dengan nilai pilihan, tetapi terhadap jumlah KK di sekitar PLTA Tanggari I dan II diperoleh nilai ekonomi kelestarian menurut penduduk diperoleh sebesar Rp 99.592.500 atau Rp 0,09 milyar setiap tahunnya.  Nilai Ekonomi Total Nilai ekonomi total perlindungan dan pengelolaan sumberdaya air di PLTA Tanggari I dan II disajikan dalam Tabel 15. Tabel 15 Nilai ekonomi total jasa lingkungan sumberdaya air PLTA Tanggari I dan II No Parameter Jumlah Rp 1 Nilai Benefit Listrik 2.555.725.299 2 Nilai Keuntungan Ikan 235.350.000.000 3 Nilai Ekowisata 9.317.430.000 Nilai Guna Langsung 247.223.155.299 4 Nilai Serapan Karbon 4.342.960.388 5 Nilai Potensi Cadangan Air 481.745.760 6 Nilai Potensi Kelestarian Air 404.000.000 Nilai Guna Tidak Langsung 5.228.706.148 7 Option Value 331.975.000 8 Preservation Value 99.592.500 Nilai Bukan Guna 431.567.500 Nilai Ekonomi Total 251.492.054.088 Hasil perhitungan menunjukkan bahwa perlindungan dan pengeloaan sumberdaya air di PLTA dengan studi kasus di PLTA Tanggari I dan II juga memiliki nilai ekonomi yang relatif besar terkait pemanfaatan jasa lingkungan sumberdaya air, meskipun tidak sebesar PLTA di Provinsi Jawa Barat. Hal ini disebabkan kapasitas produksi listrik dan potensi ekonomi lainnya yang memiliki skala lebih kecil. Nilai ekonomi total dari pengelolaan sumberdaya air di PLTA Tanggari I dan II mencapai Rp. 251.492.054.088 atau sekitar Rp. 0,25 triliyun. 109

4.6 Prioritas Kebijakan Pengelolaan Sumberdaya Air PLTA