81 tonha di lahan terbuka tanpa vegetasi. Sementara erosi yang masih dapat
ditoleransi sebesar 11,0 tonha. Jadi lahan harus tertutup vegetasi untuk menghindari bahaya erosi DPE 1992.
Sungai yang bermuara di Danau Tondano adalah Sungai Noogan, Sungai Panasen, Sungai Ema. Kondisi debit air minimum Sungai Tondano yang masuk
ke PLTA saat ini berkisar 4,005 – 20,324 m
3
dtk dan maksimum berkisar
53,351 -
181,225 m
3
dtk. PLTA Tanggari I dan II hanya akan beroperasi jika debit air Sungai Tondano minimum 16 m
3
dtk. Debit Sungai Tondano dipengaruhi musim. Wilayah Manado, Tondano, dan Airmadidi memiliki iklim dengan nisbah bulan
kering bulan dengan curah hujan 60 mm berkisar 0 – 14,30 . Faktor lain yang mempengaruhi debit air adanya rumput air di tepian danau sampai sejauh
500 meter dari danau dan erosi dari wilayah sekitarnya. Hal ini merupakan sumber pendangkalan yang menghambat laju air DPE 1992.
4.3 Kualitas Air Sungai di Wilayah PLTA
Kualitas air suatu perairan mencerminkan kualitas lingkungan. Kualitas air waduk sangat dipengaruhi kualitas lingkungan catchment area di wilayah hulu,
perubahan penutupan lahan dan penggunaannya. Kualitas air ini akan mempengaruhi dan menentukan kemampuan hidup jasad perairan tersebut dan
proses teknisproduksi pembangkit listrik. Kelayakan suatu perairan sebagai lingkungan hidup dipengaruhi oleh sifat fisika kimia perairan tersebut Krismono
et al. 1987; Kartamihardja et al. 1987. Data-data yang berkaitan dengan karakteristik fisik dan kimia yang berpengaruh terhadap PLTA meliputi suhu,
TDS, TSS, Fe, COD, DO, H
2
S, pH, NO
3 -2
, dan PO
4 -3
. Analisis kualitas air sungai pada empat PLTA menggunakan uji T berpasangan dan metode deksriptif dengan
membandingkan kualitas air di wilayah PLTA dengan baku mutu kualitas air kelas 4 PP No.822001. Uji T dilakukan untuk mengetahui apakah ada
perbedaan kualitas air di inlet dan outlet PLTA. Bilamana nilai P 0,05 maka H ditolak Siregar 2004.
4.3.1 Kualitas air PLTA Saguling dan Cirata
82 Hasil uji T terhadap kualitas air di inlet dan outlet PLTA dilihat pada Tabel
8. Hasil uji T kualitas air di wilayah PLTA Saguling menunjukkan bahwa secara umum kualitas air di outlet sama dengan kualitas air di inlet. Perbedaan secara
nyata α=0,05 pada kualitas air di inlet dan outlet berdasarkan hasil uji T hanya terlihat pada BOD pada tahun 2005, TSS pada tahun 2008, dan pH tahun 2008
dan tahun 2009. Tabel 8 Hasil uji T kualitas air di PLTA Saguling
Parameter P-Value Saguling
Tahun 2005
2006 2007
2008 2009
2010 Suhu
0,560 0,396
0,426 0,787
0,166 0,076
TDS 0,288
0,117 0,220
0,058 0,102
0,079 TSS
0,620 0,409
0,365 0,031
0,112 0,191
pH 0,433
0,213 0,453
0,021 0,005
0,199 H
2
S 0,391
0,291 0,395
0,221 0,132
0,391 NO
3 -2
0,517 0,600
0,850 0,224
0,155 0,672
PO
4 -3
0,561 0,074
0,637 0,672
0,804 0,342
DO -
- 0,103
0,885 0,240
0,184 COD
0,081 0,833
0,596 0,211
0,467 0,436
BOD 0,039
0,621 0,951
0,146 0,871
0,714 Fe
0,275 0,155
0,078 0,473
0,537 0,116
Ket: nilai P 0,05 maka H ditolak sumber : Siregar 2004 ; - : tidak ada data
Konsentrasi nilai rata-rata median TSS 3 mgL dan pH 7,1 di oulet lebih rendah dibandingkan dengan TSS 4 mgL dan pH 7.9 di inlet pada tahun 2008.
Konsentrasi BOD di outlet 7,85 mgL lebih rendah dibandingkan dengan konsentrasi rata-rata median BOD 8,75 di inlet pada tahun 2005 Lampiran 1.
Walaupun ada parameter pada tahun yang berbeda tersebut menunjukkan adanya perbedaan nyata
α=0,05 namun hal tersebut tidak menggambarkan hasil keseluruhan tentang kualitas air waduk. Dari Tabel 8 hanya sekitar 6,25 data
yang menunjukkan ada perbedaan nyata. Kualitas air yang tidak berbeda nyata secara statistik α=0,05 sebelum dan sesudah dimanfaatkan oleh PLTA
menunjukkan bahwa PLTA Saguling dalam kegiatan operasionalnya tidak menurunkan kualitas air.
Hasil uji T terhadap kualitas air di inlet dan outlet PLTA Cirata secara umum menunjukkan kualitas air di PLTA Cirata di outlet sama dengan kualitas air
di inlet. Perbedaan secara nyata α=0,05 kualitas air di inlet dan outlet hanya
terlihat pada konsentrasi TDS pada tahun 2010 dan phosfat pada tahun 2009.
83
Tabel 9 Hasil uji T kualitas air di PLTA Cirata
Parameter P-Value
Tahun 2005
2006 2007
2008 2009
2010 Suhu
0,391 0,406
0,467 0,989
0,074 0,134
TDS 0,116
0,759 0,217
0,163 0,110
0,007 TSS
0,225 0,401
0,886 0,372
0,375 0,577
pH 0,532
0,118 0,623
0,139 0,097
0,059 H
2
S 0,391
- 0,227
0,333 0,459
0,193 NO
3 -
0,381 0,198
0,759 0,310
0,627 0,284
PO4
-3
_ 0,103
0,153 0,571
0,722 0,034
0,470 DO
0,861 0,779
0,373 0,192
0,018 0,832
COD 0,960
0,904 0,207
0,781 0,080
0,638 BOD
0,892 0,378
0,348 0,692
0,096 0,521
Fe 0,319
0,389 0,735
0,428 0,108
0,541 Ket: nilai P 0,05 maka H
ditolak sumber : Siregar 2004 ; - : tidak ada data
Konsentrasi rata-rata median TDS 150 mgL di outlet Cirata pada tahun 2010 lebih tinggi dibandingkan konsentrasi TDS 112 mgL di inlet. Konsentrasi
phosfat 0,26 mgL di outlet lebih tinggi dibandingkan di inlet 0,23 mgL pada 2009 sebagaimana tertera pada Lampiran 2. Walaupun terdapat dua parameter
pada tahun yang berbeda menunjukkan adanya perbedaan nyata namun hal tersebut tidak menggambarkan hasil keseluruhan tentang kualitas air waduk atau
hanya sekitar 3,08 data yang menunjukkan ada perbedaan nyata. Dengan demikian k
ualitas air tidak berbeda nyata secara statistik α=0,05 sebelum dan sesudah dimanfaatkan oleh PLTA Cirata. Hal ini menunjukkan bahwa PLTA
Cirata dalam kegiatan operasionalnya tidak menurunkan kualitas air. Analisis hasil uji T memperlihatkan secara statistik kualitas air kelas IV di
inlet dan outlet PLTA Saguling dan PLTA Cirata tidak berbeda nyata α=0,05.
Proses konversi energi potensial air sungai menjadi energi mekanik kemudian energi listrik di pembangkit tidak ada indikasi adanya tambahan material dalam
kegiatan konversi energi tersebut. Sehingga air yang keluar dari turbin pembangkit listrik tenaga air tidak menambah beban lingkungan. Air yang keluar
dari turbin PLTA bukan merupakan sisa kegiatan PLTA Penjelasan pasal 38 ayat 1 dari PP Nomor 822001.
Berdasarkan data sebaran kualitas air di Waduk Saguling dan Citara secara keseluruhan masih di bawah ambang batas dari baku mutu untuk Kelas 4 PP
No.822001, kecuali untuk parameter Biological Oxygen Demand BOD.
84 Biological Oxygen Demand BOD atau kebutuhan oksigen biologis merupakan
jumlah oksigen yang diperlukan agar bahan buangan yang ada di dalam air dapat diurai oleh mikroorganisma. Dinamika kualitas air inlet di Waduk Saguling untuk
parameter BOD tahun 2005, tahun 2007 hingga tahun 2010 adalah kurang baik. Sebaran konsentrasi BOD telah melewati ambang batas dari baku mutu untuk
Kelas 4 Lampiran 5. Hal tersebut juga terjadi di waduk di PLTA Cirata. Dinamika kualitas air BOD di waduk di Cirata telah melewati ambang baku mutu
Kelas 4 dari PP No. 822001 pada tahun 2005, 2006, dan 2008 Lampiran 6. Perairan yang memiliki nilai BOD yang tinggi tidak cocok bagi kepentingan
perikanan dan pertanian. PLTA harus memperhatikan dinamika kualitas air baik di inlet dan outlet,
sebelum dan sesudah dimanfaatkan oleh PLTA. Sesuai dengan komitmen manajemen puncak untuk selalu memenuhi ketentuan yang berlaku dan mencegah
terjadinya polusi dan kerusakan lingkungan yang diikuti dengan melakukan perbaikan secara berkelanjutan. Evaluasi kualitas air terhadap pemenuhan regulasi
audit internal maupun tinjauan manajemen tidak hanya difokuskan dampak kualitas air terhadap operasional PLTA, PLTA sebagai pemanfaat sumberdaya
perlu memperhatikan keseimbangan ekosistem antara wilayah hulu dan hilir baik dalam aspek ekonomi dan pelestarian lingkungan sehingga multifungsi air tetap
dapat dipertahankan. Konsentrasi Fe meskipun tidak ditetapkan persyaratan baku mutunya dalam PP No. 822001, Fe yang teroksidasi di dalam air berwarna
kecoklatan dan tidak dapat larut dapat mengakibatkan penggunaan air menjadi terbatas untuk keperluan fungsi lainnya.
Selain itu diketahui bahwa air yang terdapat pada waduk di PLTA Saguling dan Cirata digunakan juga untuk aktivitas lain seperti untuk kegiatan
budidaya keramba jaring apung KJA. Aktivitas KJA merupakan salah satu bentuk untuk mengurangi dampak sosial ekonomi saat pendirian PLTA dan
pembangunan waduk dengan jumlah maksimum yang ditetapkan. Sisa limbah pakan ikan dari kegiatan KJA akan menurunkan kualitas air waduk. Peningkatan
kontentrasi nitrat dan phosfat dapat terjadi karena masuknya bahan pencemar yang mengandung unsur N dan P seperti dari pakan ikan. Limbah yang berasal
dari KJA tahun 1996-2000 di Waduk Saguling mengandung 1.359.028 kg N dan
85 214.059 kg P, dan di Waduk Cirata mengandung 6.611.787 kg N dan 1.041.417
kg P Garno 2002. Sementara peningkatan jumlah KJA terus meningkat hingga berjumlah 7209 petak unit pada tahun 2010 di Waduk Saguling dan sebanyak
51418 unit di Waduk Cirata. Jumlah ini telah melewati kapasitas daya dukung waduk. Daya dukung Waduk Saguling hanya dapat menampung 4514 unit petak
KJA Maulana 2010, sedangkan daya dukung Waduk Cirata dapat menampung sebanyak 24000 unit petak KJA Hapsari 2010.
Hal penting lainnya adalah keberlangsungan fungsi waduk juga tergantung pada kondisi keadaan lahan di sekitar daerah tangkapan air DTA. Berbagai
penggunaan lahan sebagaimana diuraikan dalam analisis perubahan penutupan lahan lahan dapat menghasilan berbagai bahan pencemar atau limbah yang akan
mengalir ke perairan waduk. Hal ini dapat memberikan dampak negatif terhadap lingkungan perairan waduk.
Adanya dinamika kualitas air di kedua waduk tersebut menunjukkan bahwa PLTA tidak bisa berhenti melakukan pengendalian terhadap kualitas air yang akan
dimanfaatkannya meskipun secara statistik kualitas air waduk di wilayah PLTA Saguling dan Cirata masih sesuai untuk keperluan operasional PLTA. Pendekatan
sukarela untuk perlindungan lingkungan dan sumberdaya air perlu ditunjukkan dengan adanya konsistensi untuk mempertahankan kualitas air dan melebihi
beyond ketentuan dan persyaratan yang berlaku atau yang ditetapkan pihak yang berwenang. Selain itu, keberlanjutan sumberdaya air juga berarti
keberlanjutan operasional PLTA itu sendiri. Walaupun pelestarian kualitas air inlet PLTA, terutama di bagian hulu, di luar kendali manajemen PLTA,
manajemen PLTA harus mengkomunikasikan kepada stakeholder terkait yang memanfaatkan danatau berkepentingan terhadap sumberdaya air waduk.
4.3.2 Kualitas Air PLTA Tanggari I dan II