109
4.6 Prioritas Kebijakan Pengelolaan Sumberdaya Air PLTA
Upaya penyelamatan lingkungan merupakan tanggung jawab bersama, sebab fenomena ini menyentuh semua lapisan masyarakat dan institusi dan
kehidupan selanjutnya. Kesadaran akan pentingnya kualitas lingkungan juga merupakan tanggungjawab global, sehingga berbagai kesepakatan dunia
dilakukan untuk meningkatkan kinerja lingkungan. Tekanan konsumen, tekanan
pemerintah dan kekuatan pasar dan kepentingan individu organisasi terhadap perlindungan lingkungan memotivasi
penerapan sistem manajemen lingkungan Uchida 2004. Perlindungan lingkungan berbasis pendekatan sukarela semakin diminati oleh pengambil
keputusan sebagai tool untuk mengajak pencemar berpartisipasi dalam
perlindungan lingkungan Segerson Thomas, 1998. Kehadiran kebijakan sukarela untuk mengurangi ketidakfleksibelan kebijakan mandatori dapat menjadi
salah satu alternatif yang bersinergi dalam mempercepat perlindungan lingkungan. Kebijakan perlindungan berbasis sukarela perlu dirumuskan untuk implementasi
ke depan, mengingat dalam penerapannya banyak pihak yang terkait. Untuk merumuskan desain kebijakan ini menggunakan teknik analisis
hirarki proses AHP. Teknik AHP umumnya dikembangkan untuk memecahkan persoalan yang tidak terstruktur dan komplek dalam kerangka berfikir yang
terorganisir sehingga pengambilan keputusan yang efektif dan menyeluruh dapat dilakukan.
4.6.1 Struktur AHP dan Nilai Eigen
Dalam merumuskan desain kebijakan perlindungan dan pengelolaan sumberdaya air berbasis sukarela di PLTA, terlebih dahulu disusun hierarki
kebijakan untuk mendukung pengambilan keputusan desain kebijakan tersebut. Hierarki kebijakan tersebut disusun berdasarkan justifikasi pakar dimana pakar
menetapkan lima level hierarki yaitu : Level pertama merupakan fokus kebijakan perlindungan dan pengelolaan
sumberdaya air berbasis sukarela di PLTA. Level kedua merupakan faktor-faktor yang mempengaruhimemotivasi
perlindungan dan pengelolaan sumberdaya air berbasis sukarela di PLTA yang
110 terdiri atas tekanan pemerintah, tekanan global, tekanan masyarakat, tekanan
pembeli dan kepentingan PLTA. Level ketiga adalah aktor yang berperan dalam pengembangan kebijakan
perlindungan dan pengelolaan sumberdaya air berbasis sukarela di PLTA antara lain pemerintah, masyarakat, pembeli, investor, dan industri
Level keempat adalah tujuan yang ingin dicapai dalam pengembangan kebijakan dan pengelolaan sumberdaya air berbasis sukarela di PLTA terdiri
atas perlindungan lingkungan, kontinuitas PLTA, pengakuan publik, dan liabilitas lingkungan.
Level kelima adalah alternatif kebijakan perlindungan dan pengelolaan sumberdaya air berbasis sukarela di PLTA yang meliputi penguatan
infrastruktur kelembagaan dan institusional, pemberian insentif dan disinsentif, peningkatan nilai lingkungan internal.
Setiap elemen pada setiap level selanjutnya diboboti oleh pakar dengan menggunakan nilai bobot seperti yang telah ditetapkan oleh Saaty 1993.
Pengolahan data untuk menentukan elemen prioritas dalam pengambilan keputusan kebijakan perlindungan lingkungan berbasis sukarela menggunakan
software Criterium Decision Plus CDP versi 3,0. Hasil sintesis menghasilkan nilai eigen bobot untuk setiap pilihan yang
ada di dalam struktur AHP. Untuk memudahkan dalam interpretasi hasil terhadap nilei eigen maka nilai tersebut dimasukkan dalam struktur AHP secara kumulatif
sebagaimana diperlihatkan pada Gambar 22. Hasil sistesis AHP atas pendapat pakar menunjukkan bahwa faktor yang
berperan memotivasi pengembangan dan implementasi kebijakan sukarela voluntari di PLTA adalah tekanan pemerintah dengan nilai eigen 0,462.
Kemudian tekanan global dengan bobot 0,198. Sedangkan tekanan masyarakat, kepentingan PLTA dan tekanan pembeli memiliki nilai eigen masing sebesar
0.143; 0,111 dan 0,087.
111
Gambar 22 Struktur AHP dan nilai eigen pada hirarki model disain kebijakan perlindungan dan pengelolaan sumberdaya air berbasis
sukarela di PLTA.
112
4.6.2 Konstribusi Peran Setiap Level