PLTA Tanggari I dan II di Propinsi Sulawesi Utara

69

4.1.2 PLTA Tanggari I dan II di Propinsi Sulawesi Utara

Energi listrik di Sulawesi Utara bersumber dari sistem pembangkitan PLTA Tonsea Lama, PLTA Tanggari I, PLTA Tanggari II, PLTD Manado dan PLTD Bitung. PLTA yang menjadi objek penelitian adalah PLTA Tanggari I dan II. Kedua PLTA ini menggunakan sumber energi gravitasi “air terjun” Sungai Tondano yang bersumber dari Danau Tondano dengan hulunya Desa Tolour dan bermuara di Pantai Manado. Panjang Sungai Tondano hampir 40 km. Tahun 2006 Manajemen puncak PLTA Tanggari I dan Tanggari II memutuskan untuk menerapkan sistem manajemen lingkungan pada pengelolaan dan pengoperasian PLTA. PLTA Tanggari I berlokasi di Desa Tanggari termasuk Kecamatan Airmadidi Kabupaten Minahasa Utara Provinsi Sulawesi Utara. Terletak pada 124º 56’ 11” BT dan 1º 21’ 26” LU. PLTA Tanggari I dibangun pada tahun 1984 dan beroperasi pada tahun 1987. PLTA Tanggari I memiliki dua unit mesin, dengan kapasitas daya terpasang sebesar 18 MW. PLTA Tanggari II berlokasi di Desa Tanggari Kecamatan Airmadidi Kabupaten Minahasa Utara Provinsi Sulawesi Utara. Terletak pada 124º 56’ 49” BT dan 1º 22’ 16” LU. PLTA Tanggari II dibangun pada tahun 1995 dan mulai beroperasi pada tahun 1998. PLTA Tanggari II mampu membangkitkan tenaga listrik dengan kapasitas daya terpasang sebesar 19 MW dengan tegangan sebesar 13.2 KV. Tipe pambangkit run off river aliran langsung, dengan headrace tunnel yang mempunyai panjang 800 meter, diameter 2.6 meter, tinggi jatuh 103 meter, dan debit maksimum sebesar 16,5 m 3 detik. Apabila Sungai Tondano sudah tidak mampu menyalurkan debit air sebesar 16 m3s pada saat permukaan Danau Tondano mencapai elevasi 629,27 Low lower LevelLWL, maka pengoperasian PLTA menjadi terganggu. Pendangkalan dasar sungai sejak mulut danau hingga pintu pengambilan intake PLTA Tonsea lama baik yang ditimbulkan oleh bahan sedimen maupun tumbuhan ganggang yang tumbuh subur sepanjang 2 - 3 kilometer di hulu sungai mempengaruhi pengoperasian PLTA Tanggari. Debit air terus berkurang dapat menggangggu perputaran turbin. 70 Sungai Tondano mulai dari mulut danau hingga PLTA Tonsea lama melewati tengah kota Manado. Hampir di sepanjang tepi sungai telah dihuni oleh penduduk. Tidak mengherankan Sungai Tondano juga merupakan tempat pembuangan sampah baik oleh pemukim maupun oleh pasar kota. Sampah yang diperkirakan 5 – 6 ton per hari sangat terasa gangguannya dalam pengoperasian turbin. Danau Tondano sejak dahulu merupakan sumber ikan tawar bagi penduduk. Kini perkembangan nelayan meningkat dan penggunaan sistem “keramba” untuk meningkatkan volume tanggakan ikan. Sistem keramba menggunakan tepian danau untuk dijadikan tempat pemeliharaan ikan yang diberi makanan tertentu pellet dsb. Kondisi ini menyebabkan kadar nitrogen dalam air yang mendorong pertumbuhan gulma air. PLTA Tanggari juga mengalami permasalahan pasokan air akibat waktu tempuh air dari Tonsea Lama sampai intake PLTA Tanggari. Lamanya waktu tempuh disebabkan oleh kondisi dasar sungai yang terlalu banyak hambatan berupa batuan dan sampah buangan disamping profil sungai yang tidak teratur. 4.2 Perubahan Penggunaan Lahan di Wilayah PLTA 4.2.1 Perubahan Penggunaan Lahan pada DAS Citarum