Stakeholder dalam Pengelolaan Sumberdaya Air PLTA

90 PLTA. Sementara tinjauan regulasi legal review dijadikan dasar pelaksanaan pengelolaan sumberdaya air PLTA yang taat aturan.

4.4.1 Stakeholder dalam Pengelolaan Sumberdaya Air PLTA

Stakeholder yang teridentifikasi terkait dengan pengelolaan sumberdaya air PLTA meliputi Kementerian Kehutanan, Kementerian Pekerjaan Umum, Kementerian ESDM, Kementerian Pertanian, Kementerian Kelautan dan Perikanan, Kementerian Lingkungan Hidup, PerhutaniHTI, PLN, Dinas Kehutanan, Dinas Pekerjaan Umum, Perusahaan Pengguna, Masyarakat, Pemerintah Daerah, Investor, P3B dan LSM. Hasil justifikasi pakar mengenai tingkat kepentingan dan pengaruh stakeholder terhadap pencapaian program pengelolaan sumberdaya air di PLTA ditunjukkan pada Tabel 12. Tabel 12 Matrik analisis stakeholder perlindungan sumberdaya air di PLTA Pemangku kepentingan Tingkat Kepentingan Tingkat Pengaruh Kementerian Kehutanan Tinggi Tinggi Kementerian Pekerjaan Umum Tinggi Tinggi PerhutaniHTI Tinggi Tinggi Kementerian ESDM Tinggi Tinggi Kementerian Kelautan dan Perikanan PLN Kementerian Lingkungan Hidup KLH PLTA Tinggi Tinggi Tinggi Tinggi Tinggi Tinggi Tinggi Tinggi Dinas Kehutanan Dinas Pekerjaan Umum Kementerian Pertanian DPRD Tinggi Tinggi Tinggi Rendah Rendah Rendah Rendah Tinggi Perusahaan pengguna Tinggi Rendah Masyarakat Tinggi Rendah Pemerintah Daerah Rendah Tinggi Investor Rendah Tinggi LSM P3B Rendah Rendah Rendah Rendah Sumber : data primer dari justifikasi pakar Hasil pendapat pakar mengenai besarnya tingkat kepentingan dan pengaruh masing-masing stakeholder dipetakan dalam empat kuadaran yaitu kuadaran I, II, III, dan IV yang menunjukan posisi kepentingan dan pengaruh masing-masing stakeholder. Melalui pemetaan ini, dapat diketahui peran masing-masing 91 stakeholder. Adapun posisi digambarkan seperti pada Gambar Gambar 21 Pemetaan para pemangku kepentingan dan pengaruhnya Gambar 21 menunjukkan kepentingan stakeholder terkait Ketiga kelompok pemangku stakeholder sekunder dan stakeholder stakeholders atau stakeholder pengaruh yang relatif lebih Stakeholder sekunder secondary pengaruh dalam proses penentuan Sementara stakeholder ekternal Masyarakat 0.00 1.00 2.00 3.00 4.00 5.00 0.00 1.00 K e p e n ti n ga n Stakeholders Primer Stakeholders Sekunder Stakeholders Eksternal posisi setiap stakeholder berdasarkan hasil pemetaan Gambar 21. para pemangku kepentingan PLTA berdasarkan tingkat kepentingan dan pengaruhnya. menunjukkan bahwa terdapat 3 kelompok pemangku terkait pengelolaan sumberdaya air berbasis sukarela. pemangku kepentingan tersebut adalah stakeholder primer, stakeholder eksternal. Stakeholder primer primary stakeholder kunci memiliki tingkat kepentingan tinggi dengan lebih rendah dalam proses penentuan kebijakan econdary stakeholders memiliki tingkat kepentingan proses penentuan kebijakan dengan proporsi relatif sama ekternal external stakeholders memiliki tingkat PLN Persero PLTA Kementerian ESDM Kemenhut Kementerian PU Kementan KLH Pemda DPRD Dinas PU Dishut Dinas LH Masyarakat Perusahaan Pengguna LSM P3B Kementerian KP Perhutani Investor 2.00 3.00 4.00 5.00 Pengaruh ders ders Stakeholders pemetaan berdasarkan tingkat pemangku berbasis sukarela. primer, rimary tinggi dengan kebijakan. ngan dan sama. tingkat 92 kepentingan relatif lebih rendah dengan pengaruh yang tinggi dalam proses penentuan kebijakan. Stakeholder kunci terdiri dari Kementerian Kehutanan, PLN Persero, PLTA, PerhutaniHTI, Dinas LH, Dinas Kehutanan, Dinas PU, Perusahaan Pengguna dan masyarakat. Kementerian Kehutanan Kemenhut menjadi pihak yang memiliki pengaruh dan tingkat kepentingan tertinggi. Hal ini diterkait mungkinkan karena aspek pengelolaan sumberdaya air sangat dekat dengan wilayah hulu DAS yang sebagian besar merupakan kawasan hutan yang menjadi tupoksi Kemenhut. Kemenhut menjadi pihak yang paling berpengaruh dalam proses penyusunan kebijakan strategis terkait pengelolaan sumberdaya air PLTA, karena output kebijakan Kemenhut mampu menjangkau semua pihak terkait. Pada kelompok tengah stakeholder primer kunci, PLTA menjadi pihak yang paling berkepentingan, sehingga harus menjadi pihak yang proaktif pada tataran operasional. PLTA perlu melakukan komunikasi eksternal dan kerjasama dengan stakeholder kunci lain agar program perlindungan dan pengelolaan sumberdaya air PLTA tercapai. Stakeholder yang memenuhi kriteria tersebut yaitu Kemenhut, PLN dan Perhutani di tataran pusat, serta Dinas LH, Dinas Kehutanan, Dinas PU, perusahaan pengguna, dan masyarakat pada tataran daerah. Sementara masyarakat menjadi pihak kunci yang berkepentingan, tetapi memiliki pengaruh yang relatif rendah. Hal ini menunjukkan bahwa masyarakat merupakan pihak kunci yang lebih banyak menerima dampak kebijakan pengelolaan sumberdaya air. Oleh karena itu, setiap proses penyusunan dan pengambilan kebijakan tetap harus melibatkan masyarakat yang akan menjadi objek penerima dampak di tataran hilir pelaksanaan kebijakan. PLTA harus melibatkan masyarakat agar dapat berpartisipasi secara aktif dalam pelaksanaan kebijakan pada tataran operasional. Program lingkungan yang tidak melibatkan masyarakat tidak akan berhasil. Mereka banyak bergantung pada sumberdaya alam di wilayah ini untuk pemenuhan kebutuhan hidup sehari-hari. Kepentingan masyarakat lebih dipengaruhi oleh kebutuhan mereka akan kelestarian sumberdaya untuk menopang hidup mereka. Masyarakat sebagian besar bersedia lahannya dijadikan lahan untuk rehabilitasi Sundawati Sanudin 2009. 93 Kementerian PU, Kementerian ESDM, Kementerian Kelautan dan Perikanan, Kementerian Pertanian, dan Kementerian Lingkungan Hidup menjadi institusi pusat yang bisa mendukung program pengelolaan sumberdaya air berbasis sukarela. Hal ini disebabkan, semua institusi pusat ini berada pada kuadran stakeholder sekunder. Pada kuadran ini juga terdapat DPRD dan Pemda sebagai lembaga daerah yang bisa mendukung keberhasilan program. Sementara pihak swasta yang berada pada kuadran ini adalah pihak investor. Kelompok ini penting untuk mendukung program konservasi SDA namum perlu pemberdayaan dalam tataran operasional. PLTA harus mengajak dan meminta dukungan pihak- pihak tersebut. Pemda dan investor patut diajak kerjasama dalam tataran operasional. Pemda berperan sebagai fasilitator dan pemberian izin yang terkait dengan program lingkungan. Investor meskipun memiliki tingkat kepentingan yang rendah namun penting diperhatikan karena memiliki tingkat pengaruh dalam pembentukan opini green product PLTA di pasar internasional. LSM dan Pusat Penyaluran dan pengatur Beban P3B memiliki tingkat kepentingan dan pengaruh yang relatif rendah dalam konservasi sumberdaya air. PLTA perlu memperhatikan kebutuhan P3B terkait dengan kebutuhan energi listrik yang dibuutuhkan. LSM dapat diajak untuk membantu memberikan advokasi dan pelatihan kepada masyarakat. PLTA perlu mengembangkan upaya untuk membangun potensi kolaborasi yang dapat dikembangkan dari stakeholder ini. Upaya konservasi sumberdaya air tidak dapat dikerjakan sendiri, tetapi membutuhkan upaya bersama dari berbagai pihak. Sebagai pihak yang memanfaatkan sumberdaya air, PLTA perlu mengetahui tipikal dan concern masing-masing stakeholder guna menetapkan kunci keberhasihan. Secara umum stakeholder memiliki perhatian lebih pada kredibilitas dan kemudahan aksesibilitas data, dan ingin mengetahui apakah tujuan pengelolaan sumberdaya air PLTA sesuai dengan strategi lingkungan mereka. Komunikasi eksternal perlu dilakukan lebih intensif dengan pemangku kepentingan guna keberhasilan program lingkungan PLTA dan memperoleh akseptasi mereka.

4.4.2 Tinjauan Regulasi dalam Pengelolaan Sumberdaya Air PLTA