73 Perbedaan penanganan yang dilakukan nelayan terhadap hasil tangkapan di
atas juga didasarkan pada perbedaan nilai produk dan tujuan pendistribusinya. Hasil tangkapan tuna yang dianggap oleh nelayan bernilai ekonomis lebih tinggi
dan tujuan ekspor ditangani dengan penanganan khusus yang berbeda bila dibandingkan dengan hasil tangkapan lainnya yang memiliki nilai ekonomis lebih
rendah dari pada tuna dan hanya bertujuan lokal dan nasional. Hasil tangkapan yang didaratkan di PPN Palabuhanratu tidak hanya
mengalami penanganan di atas kapal, tetapi juga akan mengalami penanganan lainnya selama berada di PPN Palabuhanratu. Penanganan tersebut adalah
penanganan di tempat pendaratan di dermaga, di tempat pedagang pengumpul dan di tempat pedagang pengecer. Selain penanganan-penanganan tersebut,
seharusnya terdapat penanganan hasil tangkapan pada saat di TPI, namun hal ini tidak terdapat di PPN Palabuhanratu. Menurut pengamatan di lapangan nelayan di
PPN Palabuhanratu tidak menjual hasil tangkapannya melalui pelelangan di TPI PPN Palabuhanratu, sehingga menyebabkan penanganan hasil tangkapan di TPI
tidak dilakukan. Tidak adanya proses pelelangan di TPI PPN Palabuhanratu juga dikemukakan oleh Hamzah 2011.
5.1 Penanganan di Tempat Pendaratan
1 Penanganan tuna
Ikan tuna Lampiran 3 di PPN Palabuhanratu merupakan hasil tangkapan utama alat tangkap pancing rumpon dan tuna longline. Kedua alat tangkap
tersebut menggunakan cara yang berbeda dalam penanganan hasil tangkapan tuna di tempat pendaratan.
a Penanganan tuna hasil tangkapan pancing rumpon
Berdasarkan hasil pengamatan di lapangan dan wawancara diketahui bahwa nelayan pancing rumpon di PPN Palabuhanratu tidak melakukan penanganan hasil
tangkapan tuna di tempat pendaratan. Hasil tangkapan tuna setelah dikeluarkan dari palka langsung diangkut menuju ke tempat perusahaan pengumpul tuna di
dekat dermaga II. Pengangkutan hasil tangkapan tuna tersebut dilakukan menggunakan gerobak kayu.
74 Tidak adanya penanganan hasil tangkapan tuna yang dilakukan oleh nelayan
pancing rumpon di tempat pendaratan bertujuan untuk mengurangi pengeluaran dan agar hasil tangkapan dapat langsung dibawa dan dijual kepada perusahaan
pengumpul tuna. Jika hasil tangkapan tuna langsung dijual kepada perusahaan pengumpul tuna, maka nelayan akan lebih cepat mendapatkan uang hasil
penjualan hasil tangkapan tuna tersebut. b
Penanganan tuna hasil tangkapan tuna longline Penanganan hasil tangkapan tuna di tempat pendaratan pada alat tangkap
longline dilakukan di atas dermaga. Penanganan yang dilakukan terhadap ikan tuna hasil tangkapan tuna longline di tempat pendaratan dilakukan oleh
perusahaan pengumpul tuna di PPN Palabuhanratu, bukan oleh nelayan. Penanganan yang dilakukan adalah :
Penggunaan terpal sebagai alas tempat ikan tuna dan es curah agar tidak diletakkan di atas lantai dermaga yang kotor Gambar 8.
Gambar 8 Penggunaan terpal sebagai alas ikan pada penanganan tuna di PPN Palabuhanratu tahun 2010.
Pemberian es ke dalam rongga kepala dan perut ikan tuna dengan cara mengganti es sebelumnya yang terdapat di dalam rongga tersebut dengan es
curah yang baru Gambar 9
75
Gambar 9 Pengisian es pada rongga kepala dan perut ikan tuna di PPN
Palabuhanratu tahun 2010. Pemberian es curah pada susunan ikan secara berlapis saat ikan diletakkan dan
disusun di dalam mobil bak tertutup sebelum didistribusikan; dengan urutan es- tuna-es-tuna-es dan seterusnya Gambar 10
Gambar 10 Penyusunan ikan tuna dan es pada mobil bak tertutup tahun 2010. Setelah penanganan selesai dilakukan dan hasil tangkapan tersebut telah
disusun berlapis es di dalam mobil bak tertutup, hasil tangkapan langsung didistribusikan ke luar daerah ke Muara Baru dan Muara Angke di Jakarta untuk
selanjutnya diekspor ke luar negeri. Alat bantu yang digunakan dalam penanganan hasil tangkapan tuna di tempat pendaratan adalah terpal, sedangkan bahan yang
digunakan dalam penanganan adalah es curah.
76
2 Penanganan tuna-tuna kecil
Ikan tuna-tuna kecil merupakan hasil tangkapan tuna yang berukuran kurang dari 30 kg. Ikan tuna-tuna kecil di PPN Palabuhanratu merupakan hasil tangkapan
sampingan alat tangkap pancing rumpon, tuna longline dan payang. Nelayan ketiga alat tangkap tersebut tidak melakukan penanganan terhadap tuna-tuna kecil
di tempat pendaratan. Perusahaan pengumpul tuna yang melakukan penanganan terhadap ikan tuna hasil tangkapan tuna longline di tempat pendaratan sub bab
5.1 butir 1, tidak melakukan penanganan hasil tangkapan tuna-tuna kecil hasil tangkapan tuna longline di tempat pendaratan. Hasil tangkapan tuna-tuna kecil
alat tangkap pancing rumpon, tuna longline dan payang hanya dikeluarkan dari palka atau styrofoam lalu diangkut ke tempat perusahaan pengumpul tuna di dekat
dermaga II dengan bantuan gerobak kayu. Tidak adanya penanganan yang dilakukan nelayan ketiga alat tangkap
tersebut terhadap hasil tangkapan tuna-tuna kecilnya dikarenakan tuna-tuna kecil tersebut harganya jauh di bawah tuna dan hanya didistribusikan dengan tujuan
lokal dan nasional. Pedagang lokal dan nasional tidak memiliki standar mutu hasil tangkapan yang mereka terima, sedangkan importir luar negeri memiliki kriteria
mutu hasil tangkapan yang mereka terima. Hal ini membuat nelayan dan perusahaan pengumpul lebih memperhatikan mutu hasil tangkapan yang bisa
didistribusikan dengan tujuan ekspor seperti ikan tuna dan kurang memperhatikan hasil tangkapan dengan tujuan distribusi lokal dan nasional seperti tuna-tuna kecil.
Hal ini sesuai dengan pendapat Pane 2012 yang menyatakan bahwa harga ikan tuna dan layur yang tinggi membuat nelayan PPN Palabuhanratu yang menangkap
ikan tuna dan layur melakukan penanganan dengan lebih baik, contohnya dengan melakukan pengesan bagi ikan tuna dan penyimpanan di dalam kotak styrofoam
berisi es curah bagi ikan layur dan bahkan ikan layur tersebut “digendong” dengan
hati-hati sewaktu pengangkutannya saat pendaratan; yang sebelumnya tidak pernah dilakukan.
3 Penanganan cakalang
Ikan cakalang Lampiran 3 di PPN Palabuhanratu merupakan hasil tangkapan alat tangkap gillnet, pancing rumpon, tuna longline dan payang di PPN
77 Palabuhanratu. Keempat alat tangkap tersebut mempunyai cara penanganan hasil
tangkapan cakalang yang berbeda di tempat pendaratan yaitu : a
Penanganan cakalang hasil tangkapan gillnet Ikan cakalang pada alat tangkap gillnet di tempat pendaratan tidak ditangani
oleh nelayan gillnet. Jumlah hasil tangkapan cakalang pada alat tangkap gillnet biasanya tidak banyak dan tidak selalu didapatkan oleh nelayan pada saat operasi
penangkapan ikan. Jumlahnya yang sedikit membuat hasil tangkapan cakalang langsung didaratkan oleh nelayan dengan diangkat menggunakan tangan untuk
dijual kepada pedagang pengumpul atau pedagang pengecer.
b Penanganan cakalang hasil tangkapan pancing rumpon
Penanganan yang dilakukan oleh nelayan pancing rumpon terhadap hasil tangkapan cakalang yaitu penempatan hasil tangkapan cakalang ke dalam blong di
tempat pendaratan Gambar 11.
a.Ikan dikeluarkan dari palka b.Ikan dimasukkan ke dalam blong Gambar 11 Penanganan ikan cakalang hasil tangkapan pancing rumpon di PPN
Palabuhanratu tahun 2010. Penempatan seperti di atas bertujuan agar hasil tangkapan tidak diletakkan di
lantai dek atau dermaga yang kotor dan tidak diletakkan di atas gerobak tanpa alas pada saat pengangkutan hasil tangkapan ke tempat pengumpul. Penanganan
seperti di atas menyebabkan tidak ada bahan es, garam atau air laut yang digunakan dalam penanganan ikan cakalang hasil tangkapan pancing rumpon di
tempat pendaratan.
78 c
Penanganan cakalang hasil tangkapan tuna longline Ikan cakalang hasil tangkapan tuna longline tidak ditangani oleh nelayan di
tempat pendaratan. Sesaat setelah didaratkan, ikan cakalang langsung diangkut menggunakan gerobak kayu ke tempat pedagang pengumpul di pasar belakang
TPI. Sama halnya dengan hasil tangkapan tuna-tuna kecilnya, tidak adanya penanganan terhadap hasil tangkapan cakalang dikarenakan harga jual cakalang
berada di bawah harga tuna dan hanya didistribusikan lokal atau ke daerah lain di luar PPN Palabuhanratu.
d Penanganan cakalang hasil tangkapan payang
Di tempat pendaratan, ikan cakalang hasil tangkapan payang yang disimpan di dalam blong langsung didaratkan oleh nelayan tanpa dikeluarkan dari blong dan
tanpa ditangani telebih dahulu. Blong-blong yang berisi ikan cakalang setelah sampai di atas dermaga langsung diangkut ke tempat pedagang pengumpul di
pasar belakang TPI menggunakan bantuan gerobak kayu. Tidak adanya penanganan yang dilakukan di tempat pendaratan menurut nelayan payang karena
jarak antara tempat pendaratan dermaga pendaratan di depan TPI ke tempat pedagang pengumpul pasar belakang TPI sangat dekat. Nelayan payang juga
berpendapat kalau ada atau tidaknya penanganan yang dilakukan di tempat pendaratan tidak merubah harga ikan saat dijual kepada pedagang pengumpul,
selain itu tidak adanya penanganan juga dapat mengurangi biaya yang harus dikeluarkan oleh nelayan.
4 Penanganan tongkol
Ikan tongkol Lampiran 3 di PPN Palabuhanratu merupakan hasil tangkapan dua jenis alat tangkap yang terdapat di PPN Palabuhanratu yaitu alat
tangkap payang dan pancing rumpon. Penanganan hasil tangkapan tongkol pada kedua alat tangkap tersebut sedikit berbeda. Berikut ini adalah penanganan hasil
tangkapan tongkol pada masing-masing alat tangkap di atas : a
Penanganan tongkol hasil tangkapan payang Alat tangkap payang merupakan alat tangkap one day fishing, yang
berangkat melaut pada pagi hari dan mendaratkan hasil tangkapannya pada sore
79 sampai malam hari. Trip penangkapan yang demikian menyebabkan sebagian
besar kapal payang di PPN Palabuhanratu tidak memiliki palka, sehingga nelayan paying menggunakan blong sebagai wadah hasil tangkapan utamanya. Kalaupun
di kapal payang tersebut tersedia palka, palka tersebut hanya digunakan sebagai tempat meletakkan blong yang berisi hasil tangkapan. Hal ini sesuai dengan
pendapat Pane 2008 yang menyatakan bahwa payang sering menggunakan blong, yang berfungsi sebagai pengganti palka karena payang tidak memiliki
palka. Blong juga digunakan pada saat pendaratan dan penjualan ikan di TPI. Nelayan payang tidak melakukan penanganan terhadap hasil tangkapan
tongkol yang didaratkan. Hal ini karena nelayan payang tidak mempedulikan penanganan di tempat pendaratan, menurut mereka jarak dari tempat pendaratan
dermaga pendaratan di depan TPI ke tempat pedagang pengumpul pasar belakang TPI sangat dekat dan adanya penanganan tidak merubah harga ikan
pada saat dijual kepada pedagang pengumpul, terutama pada saat musim ikan. Blong-blong yang berisi hasil tangkapan tongkol langsung didaratkan dan
diangkut menuju ke tempat pedagang pengumpul dengan bantuan gerobak kayu.
b Penanganan tongkol hasil tangkapan pancing rumpon
Sistem penanganan yang dilakukan nelayan pancing rumpon terhadap hasil tangkapan tongkolnya di tempat pendaratan adalah penempatan hasil tangkapan
ke dalam wadah baru. Hasil tangkapan tongkol di tempat pendaratan ditempatkan ke dalam blong milik pengumpul. Penempatan hasil tangkapan tersebut bertujuan
agar hasil tangkapan tidak diletakkan di lantai dek atau dermaga yang kotor dan tidak diletakkan di atas gerobak tanpa alas pada saat pengangkutan hasil
tangkapan ke tempat pengumpul.
5 Penanganan layur
Ikan layur Lampiran 3 ditangkap menggunakan alat tangkap pancing atau rawai yang melakukan operasi penangkapan ikan dengan sistem one day fishing.
Hal ini membuat hasil tangkapan secara umum hanya disimpan di dalam styrofoam atau disatukan dan diikat menggunakan tali. Penjelasan ini sesuai
dengan Pane 2008, yang menyatakan nelayan rawai layur menggunakan
80 styrofoam sejak penangkapan, pendaratan sampai pemasaran hasil tangkapan
sebagai wadah. Menurut pengamatan di lapangan diketahui bahwa pada saat pendaratan styrofoam yang berisi ikan layur atau hasil tangkapan layur yang
disatukan dalam bentuk ikatan langsung diangkat ke atas dermaga oleh nelayan menggunakan tangan untuk langsung dijual kepada pengumpul tanpa ditangani
terlebih dahulu. Menurut nelayan yang menangkap layur, tidak adanya penanganan karena
penanganan memerlukan biaya dan mereka merasa berat dengan biaya tersebut. Selain itu menurut nelayan hasil tangkapan layur tersebut langsung di tangani
setelah sampai di tangan pedagang pengumpul atau pedagang pengecer, sehingga mereka tidak perlu melakukan penanganan dan hanya perlu secepatnya menjual
hasil tangkapan layur tersebut kepada pedagang pengumpul atau pedagang pengecer.
6 Penanganan ikan kecil lainnya tembang, layang, selar dan lainnya
Ikan tembang, layang, kuwe, kakap, selar, kembung, udang rebon, cumi dan ikan kecil lainnya merupakan hasil tangkapan gillnet, rampus, bagan dan alat
tangkap tradisional lainnya. Umumnya alat tangkap tersebut tidak menggunakan es dalam penanganan hasil tangkapannya dan hasil tangkapan hanya dimasukkan
kedalam keranjang bambu, styrofoam atau karung. Nelayan tidak melakukan penanganan terhadap ikan-ikan tersebut di tempat
pendaratan. Nelayan menyatakan bahwa mereka tidak melakukan penanganan terhadap hasil tangkapan di tempat pendaratan karena ada atau tidaknya
penanganan hasil tangkapan di tempat pendaratan harga jual hasil tangkapan tersebut sama saja. Jadi pada saat pendaratan wadah-wadah yang berisi hasil
tangkapan dibawa langsung oleh nelayan memakai tangan tanpa bantuan apapun ke atas dermaga. Sesampai di atas dermaga, hasil tangkapan tersebut langsung
dijual kepada pedagang pengecer, pedagang pengumpul yang sebagian besar adalah pemilik coldstorage pribadi atau pengolah yang telah menunggu mereka
di atas dermaga. Berdasarkan pembahasan dari sub bab 5.1 ini dapat disimpulkan bahwa
penanganan hasil tangkapan di tempat pendaratan secara keseluruhan belum
81 dilakukan. Penanganan hanya dilakukan terhadap ikan tuna hasil tangkapan tuna
longline, cakalang hasil tangkapan pancing rumpon dan tongkol hasil tangkapan pancing rumpon. Penanganan yang dilakukan terhadap tuna hasil tangkapan tuna
longline adalah pemberian es curah, sedangkan penanganan terhadap cakalang dan tongkol hasil tangkapan pancing rumpon adalah penempatan hasil tangkapan
ke dalam wadah. Tidak adanya penanganan beberapa hasil tangkapan di tempat pendaratan
dikarenakan menurut pendapat nelayan yang menangkap hasil tangkapan tersebut ada atau tidaknya penanganan di tempat pendaratan tidak mempengaruhi harga
jual hasil tangkapan tersebut, jarak pengangkutan yang dekat, harga jual hasil tangkapan tersebut yang tidak tinggi dan dengan tidak adanya penanganan dapat
mengurangi biaya yang harus dikeluarkan oleh nelayan. Secara garis besar dapat disimpulkan bahwa tidak adanya penanganan hasil tangkapan di tempat
pendaratan disebabkan kurangnya kesadaran nelayan untuk mempertahankan mutu hasil tangkapannya.
5.2 Penanganan di Tempat Pedagang atau Perusahaan Pengumpul