Daerah dan Musim Penangkapan Ikan 1

68 Sumber : PPN Palabuhanratu, 2010 b data diolah kembali Gambar 7 Grafik perkembangan jumlah nelayan di PPN Palabuhanratu tahun 2000-2009. Pertumbuhan rata-rata jumlah nelayan di PPN Palabuhanratu dari tahun 2005 sampai tahun 2009 adalah 10,34. Pertumbuhan tersebut terdiri dari peningkatan dan penurunan jumlah nelayan. Menurut Tabel 28 dan Gambar 7 diketahui bahwa jumlah nelayan di PPN Palabuhanratu dari tahun 2005 sampai dengan tahun 2007 cenderung meningkat setiap tahunnya. Penurunan jumlah nelayan terjadi pada tahun 2008 sebesar 34,9 dan kembali meningkat pada tahun 2009. Hal ini dipengaruhi oleh jumlah armada di PPN Palabuhanratu, dimana jumlah armada pada tahun 2008 menurun dan kembali meningkat pada tahun 2009 Tabel 26 dan Gambar 5.

4.3.5 Daerah dan Musim Penangkapan Ikan 1

Daerah Penangkapan Ikan Salah satu faktor penentu keberhasilan operasi penangkapan ikan adalah penentuan daerah penangkapan ikan fishing ground. Metode yang digunakan oleh nelayan PPN Palabuhanratu dalam menentukan daerah penangkapan ikan DPI umumnya berpedoman pada tanda-tanda alam seperti air yang berbusa, burung yang terbang dekat permukaan air dan warna air yang lebih gelap. Penentuan DPI juga dilakukan berdasarkan pengalaman nelayan pada trip-trip penangkapan ikan sebelumnya. 0.000 1.000 2.000 3.000 4.000 5.000 6.000 7.000 2005 2006 2007 2008 2009 Ju m lah o ran g Tahun 69 Berikut ini adalah DPI berdasarkan armada dan alat tangkap di PPN Palabuhanratu tahun 2010 : Tabel 29 Daerah penangkapan ikan di PPN Palabuhanratu tahun 2010 Sumber: PPN Palabuhanratu, 2010 b Daerah penangkapan ikan yang menjadi tujuan nelayan PPN Palabuhanratu dalam operasi penangkapannya yaitu Teluk Palabuhanratu, Ujung Genteng, Bayah, Binuangen, Cidaun, Ujung Kulon, Sumatera, Jawa Tengah dan Samudera Jenisukuran kapal Jenis alat tangkap Daerah penangkapan ikan 1. Perahu Motor Tempel PMT Payang Teluk Palabuhanratu, Ujung Genteng, Bayah, Binuangeun Pancing ulur Teluk Palabuhanratu Rampus Teluk Palabuhanratu Trammel net Teluk Palabuhanratu 2. Kapal Motor KM 10 GT Purse seine Teluk Palabuhanratu, Ujung Genteng Bagan Teluk Palabuhanratu Gillnet Ujung Genteng, Cidaun, Ujung Kulon, Samudera Hindia Pancing ulur Teluk Palabuhanratu, Ujung Genteng Rawai Teluk Palabuhanratu, Ujung Genteng Trammel net Teluk Palabuhanratu, Ujung Genteng Pancing tonda Samudra Hindia Payang Teluk Palabuhanratu, Ujung Genteng, Bayah, Binuangeun 3. Kapal Motor KM 11-20 GT Gillnet Sumatera, Jawa Tengah, Ujung Genteng, Cidaun, Ujung Kulon, Samudera Hindia Rawai Sumatera, Jawa Tengah, Ujung Genteng, Cidaun, Ujung Kulon 4. Kapal Motor KM 21-30 GT Gillnet Sumatera, Jawa Tengah, Ujung Genteng, Cidaun, Ujung Kulon, Samudera Hindia Rawai Sumatera, Jawa Tengah, Ujung Genteng, Cidaun, Ujung Kulon Tuna longline Samudra Hindia 5. Kapal Motor KM 30 GT Gillnet Sumatera, Jawa Tengah, Ujung Genteng, Cidaun, Ujung Kulon, Samudera Hindia Rawai Sumatera, Jawa Tengah, Ujung Genteng, Cidaun, Ujung Kulon Tuna longline Samudra Hindia 70 Hindia Tabel 29. Namun terdapat beberapa DPI yang paling sering menjadi tujuan nelayan yaitu Teluk Palabuhanratu, Ujung Genteng dan Samudera Hindia. Perahu motor tempel yang mengoperasikan alat tangkap payang, beroperasi di sekitar Perairan Teluk Palabuhanratu, Ujung Genteng, Bayah dan Binuangeun, sedangkan alat tangkap pancing ulur, rampus dan trammel net beroperasi hanya di sekitar teluk Palabuhanratu . Kapal motor berukuran ≤ 10 GT memiliki DPI di sekitar Teluk Palabuhanratu, perairan selatan Jawa hingga ke Samudera Hindia. Kapal motor ukuran 11-30 GT dan 30 GT beroperasi di DPI perairan Ujung Genteng, Cidaun, Ujung Kulon, perairan sekitar Sumatera dan Samudera Hindia. Keberagaman DPI bagi kapal-kapal perikanan di PPN Palabuhanratu dikarenakan perbedaan kemampuan mesin kapal, penyesuaian kapal terhadap kondisi alam dan alat tangkap yang dioperasikan. 2 Musim Penangkapan Ikan Menurut pengelola PPN Palabuhanratu dan nelayan di PPN Palabuhanratu, kegiatan penangkapan ikan di PPN Palabuhanratu tidak dilakukan setiap hari sepanjang tahun. Hal ini dikarenakan kegiatan penangkapan ikan bergantung kepada cuaca dan musim penangkapan ikan. Musim penangkapan ikan yang dikenal masyarakat perikanan Palabuhanratu yaitu musim barat Desember-Maret dan musim timur Juni-Agustus. Selanjutnya pengelola PPN Palabuhanratu dan nelayan PPN Palabuhanratu menyatakan bahwa sebagian besar nelayan di PPN Palabuhanratu tidak melakukan operasi penangkapan di laut ketika musim barat. Hampir semua nelayan tidak melakukan aktivitas penangkapan ikan, terutama untuk kapal-kapal ukuran kecil 10GT. Hal ini karena pada musim ini sering terjadi angin sangat kencang, ombak yang besar dan hujan lebat. Berbeda dari musim barat, pada saat musim timur keadaan perairan relatif lebih tenang, angin yang bertiup tidak terlalu kencang dan jarang terjadi hujan. Keadaan ini memungkinkan bagi nelayan untuk turun ke laut. Musim peralihan diantara musim barat dan timur dikenal sebagai musim “Liwung”. 71 5 KONDISI AKTUAL PENANGANAN DAN MUTU HASIL TANGKAPAN DI PPN PALABUHANRATU Penanganan hasil tangkapan dalam usaha penangkapan ikan memegang peran yang sangat penting, hal ini dikarenakan hasil tangkapan dalam usaha penangkapan ikan mempunyai karakteristik yang mudah busuk dan rusak. Penanganan terhadap hasil tangkapan akan mempengaruhi mutu hasil tangkapan yang ditangani, dikarenakan penanganan mampu membantu mempertahankan mutu hasil tangkapan. Berdasarkan tinjauan pustaka sub bab 5.2 Junianto 2003 yang menyatakan mutu hasil tangkapan sebenarnya tidak dapat ditingkatkan lagi, namun hanya dapat dipertahankan dengan menghentikan metabolisme bakteri yang ada di dalam tubuhnya. Salah satu cara yang dapat digunakan yaitu dengan penyimpanan dengan es untuk mengurangi degradasi atau penurunan kesegaran fisik, mencegah penurunan mutu dan penciutan karena hasil tangkapan mengering. Hal ini sesuai dengan pendapat Moeljanto 1982 vide Hardani 2008 yaitu semakin tinggi suhu maka kecepatan membusuk juga semakin besar, sebaliknya bila suhu ikan selalu dipertahankan serendah-rendahnya maka proses pembusukan bisa diperlambat. Penanganan hasil tangkapan seharusnya dilakukan semenjak hasil tangkapan baru saja dinaikkan ke atas kapal. Berdasarkan hasil wawancara kepada responden nelayan longline, pancing rumpon atau pancing tonda, payang, bagan, rawai layur dan gillnet diperoleh cara penanganan hasil tangkapan yang didaratkan di PPN Palabuhanratu pada saat di atas kapal Tabel 30. Hasil tangkapan mendapatkan perlakuan yang berbeda-beda pada saat di atas kapal, pada ikan tuna dan tuna-tuna kecil diberikan penanganan berupa pembuangan insang dan isi perut, lalu khusus untuk tuna hasil tangkapan longline dilakukan pembungkusan ikan dengan plastik sebelum dimasukkan ke dalam palka. Ikan cakalang, tongkol dan layur hanya dimasukkan ke dalam styrofoam atau blong berlapis es curah dengan urutan penyusunan es-ikan-es-ikan-es. Penanganan yang diberikan pada ikan kecil lainnya tembang, selar, pepetek dan lainnya tidak sebaik penanganan hasil tangkapan lainnya karena hasil tangkapan ini sebagian besar ditempatkan di dalam wadah tanpa diberi es curah. 72 Tabel 30 Cara penanganan hasil tangakapan di atas kapal berdasarkan jenis ikan di PPN Palabuhanratu tahun 2010 Jenis ikan Cara penanganan di atas kapal 1. Tuna Thunnus sp.  Tuna longline : insang dan isi perut dibuang, rongga kepala dan perut diberi es curah, ikan dibungkus dengan plastik, ditimbang, diberi label, lalu dimasukkan kedalam palka dengan sistem pendingin air es  Pancing rumpon : insang dan isi perut ikan dibuang, lalu rongga kepala dan perut diisi dengan es curah, baru kemudian ikan dimasukkan ke dalam palka berisi es curah 2. Tuna-tuna kecil Thunnus sp.  Tuna longline : sama dengan HT tuna  Pancing rumpon : ikan dimasukkan ke dalam palka berisi es curah biasanya menggunakan es curah yang telah digunakan pada penanganan tuna pada trip sebelumnya; urutan penempatan es dan ikan : es-ikan-es-ikan-es 3. Cakalang Katsuwonus pelamis  Pancing rumpon, longline dan payang : ikan dimasukkan ke dalam palka, blong atau styrofoam berisi es curah, ikan dan es curah disusun di dalam palka atau styrofoam secara berlapis dengan urutan es-ikan-es-ikan-es-ikan-es  Gillnet : ditempatkan diatas dek begitu saja atau disatukan dengan hasil tangkapan kecil lainnya butir 6 4. Tongkol Auxis sp.  Ikan ditempatkan ke dalam blong, diberi es curah, ikan dan es curah ditempatkan dengan urutan : es-ikan-es-ikan-es 5. Layur Trichiurus savala  Penempatan ikan dilakukan menggunakan styrofoam, di dalam styrofoam ikan disusun berlapis dengan es curah  Terkadang jika jumlah ikan sedikit, maka ikan hanya disatukan dan diikat menggunakan tali 6. Ikan kecil lainnya  Biasanya ikan ditempatkan ke dalam styrofoam, keranjang bambu atau karung tanpa diberi es curah. Hanya sedikit nelayan yang memberi hasil tangkapan mereka es curah Adanya perbedaan penanganan yang dilakukan oleh nelayan terhadap hasil tangkapan di atas kapal dikarenakan antara lain perbedaan jenis hasil tangkapan dan perbedaan lama trip penangkapan ikan yang dilakukan. Umumnya armada perikanan yang melakukan trip penangkapan ikan selama 3 hari atau lebih menggunakan es curah dalam penanganan hasil tangkapannya di atas kapal, sedangkan armada perikanan yang one day fishing jarang menggunakan es curah dalam penanganan hasil tangkapannya. Armada perikanan one day fishing yang paling banyak menggunakan es curah dalam penanganan hasil tangkapannya di atas kapal adalah payang. 73 Perbedaan penanganan yang dilakukan nelayan terhadap hasil tangkapan di atas juga didasarkan pada perbedaan nilai produk dan tujuan pendistribusinya. Hasil tangkapan tuna yang dianggap oleh nelayan bernilai ekonomis lebih tinggi dan tujuan ekspor ditangani dengan penanganan khusus yang berbeda bila dibandingkan dengan hasil tangkapan lainnya yang memiliki nilai ekonomis lebih rendah dari pada tuna dan hanya bertujuan lokal dan nasional. Hasil tangkapan yang didaratkan di PPN Palabuhanratu tidak hanya mengalami penanganan di atas kapal, tetapi juga akan mengalami penanganan lainnya selama berada di PPN Palabuhanratu. Penanganan tersebut adalah penanganan di tempat pendaratan di dermaga, di tempat pedagang pengumpul dan di tempat pedagang pengecer. Selain penanganan-penanganan tersebut, seharusnya terdapat penanganan hasil tangkapan pada saat di TPI, namun hal ini tidak terdapat di PPN Palabuhanratu. Menurut pengamatan di lapangan nelayan di PPN Palabuhanratu tidak menjual hasil tangkapannya melalui pelelangan di TPI PPN Palabuhanratu, sehingga menyebabkan penanganan hasil tangkapan di TPI tidak dilakukan. Tidak adanya proses pelelangan di TPI PPN Palabuhanratu juga dikemukakan oleh Hamzah 2011.

5.1 Penanganan di Tempat Pendaratan