17 4
Pemetaan kualitas quality mapping Berdasarkan kualitas hasil tangkapan dapat dipetakan daerah pasar tujuan
pendistribusian suatu hasil tangkapan. Pemetaan ini dapat menunjukkan kecendrungan permintaan dan daya beli suatu daerah terhadap hasil tangkapan
yang didistribusikan. Peta kualitas akan sangat membantu dalam memprediksi dan menggambarkan permintaan konsumen dan trend konsumsi komoditi perikanan.
5 Skema arus barang niaga commodity flow chart
Merupakan bagan alir kegiatan pendistribusian hasil tangkapan yang menunjukkan jalur pendistribusian serta komponen yang terlibat dalam proses
pendistribusian hasil tangkapan dari produsen sampai ke konsumen. Pada peta ini digambarkan secara jelas struktur kelembagaan atau organisasi dari kegiatan
pendistribusian hasil tangkapan. Tujuannya adalah untuk melihat saluran atau pola pendistribusian mana yang memungkinkan kegiatan pendistribusian yang paling
efisien.
2.5 Pelabuhan Perikanan
Berdasarkan Departemen Kelautan dan Perikanan 2010 pada pasal 41 ayat 1 Undang-Undang Republik Indonesia No 45 tahun 2009 tentang Perikanan,
pelabuhan perikanan dalam mendukung kegiatan yang berhubungan dengan pengelolaan dan pemanfaatan sumberdaya ikan dan lingkungannya, pelabuhan
perikanan berfungsi sebagai : 1
Pelayanan tambat dan labuh kapal perikanan 2
Pelayanan bongkar muat 3
Pelayanan pembinaan mutu dan pengolahan hasil perikanan 4
Pemasaran dan distribusi ikan 5
Pengumpulan data tangkapan dan hasil perikanan 6
Tempat pelaksanaan penyuluhan dan pengembangan masyarakat nelayan 7
Pelaksanaan kegiatan operasional kapal perikanan 8
Tempat pelaksanaan pengawasan dan pengendalian sumberdaya ikan 9
Pelaksanaan kesyahbandaran 10
Tempat pelaksanaan fungsi karantina ikan
18 11
Publikasi hasil pelayanan sandar dan labuh kapal perikanan dan kapal pengawas kapal perikanan
12 Tempat publikasi hasil riset kelautan dan perikanan
13 Pemantauan wilayan pesisir dan wisata bahari
14 Pengendalian lingkungan
Menurut Lubis 2006, salah satu fungsi pelabuhan yaitu sebagai kepentingan komersil. Fungsi ini timbul karena pelabuhan perikanan sebagai
tempat awal untuk mempersiapkan pendistribusian produk hasil tangkapan melalui transaksi pelelangan hasil tangkapan. Selanjutnya pedagang atau bakul
hasil tangkapan akan mengambil hasil tangkapan yang telah dilelang atau dibeli secara cepat dan diberi es untuk mempertahankan mutu hasil tangkapan tersebut.
Para pedagang atau bakul hasil tangkapan tersebut lalu mendistribusikan hasil tangkapan dalam bentuk segar dengan menggunakan truk, mobil bak terbuka yang
dilapisi styrofoam, atau mobil yang dilengkapi dengan alat pendingin. Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan Nomor PER. 16MEN2006 vide
Departemen Kelautan dan Perikanan 2006 menyatakan bahwa klasifikasi pelabuhan perikanan dibagi menjadi empat yaitu Pelabuhan Perikanan Samudera
PPS atau tipe A, Pelabuhan Perikanan Nusantara PPN atau tipe B, Pelabuhan Perikanan Pantai PPP atau tipe C dan Pangkalan Pendaratan Ikan PPI atau tipe
D. Klasifikasi tersebut didasarkan kepada kriteria pada Tabel 3. Beberapa contoh pelabuhan perikanan yang terdapat di Indonesia berdasarkan klasifikasi tersebut
adalah : 1.
Pelabuhan Perikanan Samudera PPS : PPS Nizam Zachman Jakarta, PPS Bungus, PPS Belawan, PPS Cilacap dan PPS Kendari
2. Pelabuhan Perikanan Nusantara PPN : PPN Palabuhanratu, PPN Sibolga,
PPN Pekalongan dan PPN Brondong 3.
Pelabuhan Perikanan Pantai PPP : PPP Muncar, PPP Blanakan, PPP Bojomulyo dan PPP tasik Agung
4. Pangkalan Pendaratan Ikan PPI : PPI Cisolok, PPI Cituis, PPI Muara Angke
dan PPI Jetis
19 Tabel 3 Kriteria tipe pelabuhan perikanan di Indonesia
Pelabuhan Perikanan
Kriteria 1. Samudera A
a. Melayani kapal perikanan yang melakukan kegiatan
perikanan di laut Teritorial, Zona Ekonomi Eksklusif dan laut lepas
b. Memiliki fasilitas tambat labuh untuk kapal perikanan
berukuran sekurang-kurangnya 60 GT c.
Panjang dermaga sekurang-kurangnya 300 m, kedalaman kolam sekurang-kurangnya minus 3 m
d. Mampu menampung sekurang-kurangnya 100 kapal
perikanan atau jumlah keseluruhan sekurang-kurangnya 6.000 GT kapal perikanan sekaligus
e. Hasil tangkapan yang didaratkan sebagian untuk ekspor
f. Terdapat industri perikanan
2. Nusantara B a.
Melayani kapal perikanan yang melakukan kegiatan perikanan di laut Teritorial dan Zona Ekonomi Ekslusif
Indonesia. b.
Memiliki fasilitas tambat labuh untuk kapal perikanan berukuran sekurang-kurangnya 30 GT
c. Panjang dermaga sekurang-kurangnya 150 m,
kedalaman kolam sekurang-kurangnya minus 3 m d.
Mampu menampung sekurang-kurangnya 75 kapal perikanan atau jumlah keseluruhan sekurang-kurangnya
2.250 GT kapal perikanan sekaligus e.
Hasil tangkapan yang didaratkan sebagian untuk ekspor 3. Pantai C
a. Melayani kapal perikanan yang melakukan kegiatan
perikanan di perairan pedalaman, perairan kepulauan dan laut Teritorial
b. Memiliki fasilitas tambat labuh untuk kapal perikanan
berukuran sekurang-kurangnya 10 GT c.
Panjang dermaga sekurang-kurangnya 100 m, kedalaman kolam sekurang-kurangnya minus 2 m
d. Mampu menampung sekurang-kurangnya 30 kapal
perikanan atau jumlah keseluruhan sekurang-kurangnya 300 GT kapal perikanan sekaligus
4. Pangkalan Pendaratan Ikan
D a.
Melayani kapal perikanan yang melakukan kegiatan perikanan di perairan pedalaman dan perairan
kepulauan b.
Memiliki fasilitas tambat labuh untuk kapal perikanan berukuran sekurang-kurangnya 3 GT
c. Panjang dermaga sekurang-kurangnya 50 m, kedalaman
kolam sekurang-kurangnya minus 2 m d.
Mampu menampung sekurang-kurangnya 20 kapal perikanan atau jumlah keseluruhan sekurang-kurangnya
60 GT kapal perikanan sekaligus
Sumber : Departemen Kelautan dan Perikanan 2006
20
2.6 Analisis Pengujian Perbedaan Mutu Hasil Tangkapan : Mann-Whitney