147
7 BIAYA PENANGANAN DAN PENDISTRIBUSIAN HASIL TANGKAPAN DI PPN PALABUHANRATU
7.1 Biaya Penanganan
Biaya penanganan merupakan keseluruhan pengeluaran yang dikeluarkan oleh pelaku penanganan untuk melakukan kegiatan penanganan hasil tangkapan.
Biaya penanganan dapat berupa biaya investasi dan dapat berupa biaya produksi yang terdiri dari biaya tetap dan biaya variabel. Berikut ini Tabel 56 adalah
besaran biaya penangana yang dikeluarkan oleh nelayan di tempat pendaratan, oleh pedagangperusahaan pengumpul dan pedagang pengecer di PPN
Palabuhanratu tahun 2010. Tabel 56 Besaran biaya penanganan hasil tangkapan berdasarkan jenisnya di
tempat pedaratan, di tempat pedagangperusahaan pengumpul dan di tempat pedagang pengecer di PPN Palabuhanratu tahun 2010
Jenis ikan Besaran Rp
Biaya
Investasi Biaya produksi
P TFC
TVC TC
A. di tempat pendaratan
1. Tuna hasil tangkapan a. Tuna longline
oleh perusahaan
pengumpul 90.000
28.000 357.000.000 357.028.000 -
b. Pancing rumpon
- -
- -
- 2. Tuna-tuna kecil
- -
- -
- 3. Cakalang
- -
- -
- 4. Tongkol
- -
- -
- 5. Layur
- -
- -
- 6. Ikan kecil
lainnya -
- -
- -
B. di tempat pedagangperusahaan pengumpul
1. Tuna hasil tangkapan a. Tuna longline
Dilakukan perusahaan pengumpul di tempat pendaratan b. Pancing
rumpon 85.425.000
18.835.000 309.370.000 328.205.000 -
2. Tuna-tuna kecil 90.000.000
19.000.000 189.000.000 208.000.000 -
3. Cakalang 5.257.500
5.327.500 34.300.000
39.627.500 -
4. Tongkol 9.007.500
5.702.500 39.100.000
40.002.500 -
148 Lanjutan Tabel 56
Jenis ikan Besaran Rp
Biaya investasi
Biaya produksi P
TFC TVC
TC 5. Layur
a. oleh pedagang pengumpul
90.000 18.000
5.950.000 5.968.000
- b. oleh PT AGB
216.250.000 36.000.000 122.050.000 158.050.000
- 6. Ikan kecil
lainnya 51.315.000
11.665.000 37.440.000
49.105.000 -
C. di tempat pedagang pengecer
1. Tuna Tidak dijual di tempat pedagang pengecer PPN Palabuhanratu
2. Tuna-tuna kecil 1.372.500
855.500 5.950.000
6.805.500 -
3. Cakalang 1.417.500
864.500 2.975.000
3.839.500 -
4. Tongkol 1.417.500
864.500 2.975.000
3.839.500 -
5. Layur 1.387.500
858.500 1.750.000
2.608.500 -
6. Ikan kecil lainnya
277.500 756.500
11.900.000 12.656.500
-
Keterangan : TFC = total fixed costjumlah keseluruhan biaya tetap; TVC = total variable
costjumlah keseluruhan biaya varibel; TC = total costjumlah keseluruhan biaya produksi; P = pinjaman
Biaya investasi dan biaya produksi penanganan hasil tangkapan di tempat pendaratan di PPN Palabuhanratu hanya dikeluarkan untuk penanganan tuna hasil
tangkapan tuna longline. Biaya penanganan tuna hasil tangkapan longline di tempat pendaratan dikeluarkan oleh perusahaan pengumpul tuna, karena kegiatan
tersebut dilakukan oleh perusahaan pengumpul tuna bukan oleh nelayan sub bab 5.1 butir 1. Tidak terdapat biaya penanganan untuk jenis hasil tangkapan lainnya
di tempat pendaratan. Tuna
Berdasarkan Tabel 56 diketahui bahwa biaya investasi yang dikeluarkan oleh perusahaan pengumpul tuna dalam penanganan hasil tangkapan tuna longline
di tempat pendaratan berjumlah Rp 90.000,00. Besaran biaya investasi tersebut terdiri dari pembelian terpal dan pembelian sekop Lampiran 27. Biaya produksi
penanganan tuna hasil tangkapan tuna longline oleh perusahaan pengumpul tuna di PPN Palabuhanratu tahun 2010 berjumlah Rp 375.028.000,00 yang terdiri dari
biaya tetap Rp 28.000,00 dan biaya variabel Rp 357.000.000,00. Biaya tetap yang dikeluarkan terdiri dari biaya penyusutan terpal dan penyusutan sekop, sedangkan
biaya variabelnya merupakan biaya pembelian es.
149 Perusahaan pengumpul tuna mengeluarkan biaya investasi Rp 85.425.000,00
untuk melakukan penanganan tuna hasil tangkapan pancing rumpon. Berdasarkan Lampiran 27 diketahui biaya investasi tersebut terdiri dari pembelian terpal,
sekop, alat checker dan pengadaan coldstorage. Perusahaan pengumpul tuna di PPN Palabuhanratu pada tahun 2010 mengeluarkan biaya produksi penanganan
tuna hasil tangkapan pancing rumpon sebesar Rp 328.205.000,00 Tabel 57. Biaya tersebut terdiri dari biaya tetap penyusutan terpal, penyusutan sekop,
penyusutan checker, penyusutan coldstorage, perawatan coldstorage dan sewa bangunan dengan jumlah Rp 18.835.000,00 dan biaya variabel upah karyawan,
listrik, pembelian es dan air dengan jumlah Rp 309.370.000,00 Lampiran 27. Tuna-tuna kecil
Besaran biaya investasi yang dikeluarkan oleh perusahaan pengumpul untuk penanganan tuna-tuna kecil di tempat pedagang pengumpul berdasarkan Tabel 59
berjumlah Rp 90.000.000,00 yang digunakan untuk pengadaan coldstorage, sedangkan besaran biaya investasi yang dikeluarkan oleh pedagang pengecer
berjumlah Rp 1.372.500,00 yang digunakan untuk pembelian terpal, kotak plastik, styrofoam dan ember Lampiran 28.
Komposisi biaya produksi penanganan tuna-tuna kecil di PPN Palabuhanratu yang dikeluarkan oleh pedagang pengumpul terdiri biaya tetap
sewa bangunan dan penyusutan kotak plastik dan biaya variabel upah karyawan dan pembelian es. Biaya tetap dan variabel tersebut masing-masing berjumlah
Rp 19.000.000,00 dan Rp 189.000.000,00, sehingga biaya produksi penanganan tuna-tuna kecil di PPN Palabuhanratu tahun 2010 berjumlah Rp 208.000.000,00.
Biaya produksi penanganan tuna-tuna kecil yang dikeluarkan oleh pedagang pengecer di PPN Palabuhanratu tahun 2010 berjumlah Rp 6.805.500,00. Biaya
tersebut merupakan penjumlahan dari biaya tetap Rp 855.500,00 dan biaya variabel Rp 5.950.000,00. Biaya tetapnya terdiri dari penyusutan terpal,
penyusutan styrofoam, penyusutan kotak plastik, penyusutan ember dan sewa bangunan, sedangkan biaya variabelnya dikeluarkan untuk pengadaan es
Lampiran 28.
150 Cakalang
Penanganan cakalang memerlukan biaya investasi dengan jumlah Rp 5.357.500,00 bagi pedagang pengumpul dan Rp 1.417.500,00 bagi pedagang
pengecer. Besaran biaya investasi oleh pedagang pengumpul berdasarkan Lampiran 29 merupakan pengeluaran untuk pembelian ember, blong dan kotak
plastik. Biaya investasi yang dikeluarkan oleh pedagang pengecer untuk penanganan cakalang merupakan pengeluaran untuk pembelian terpal, kotak
plastik, styrofoam dan pembelian ember Lampiran 29. Berdasarkan Tabel 57 didapatkan bahwa pada tahun 2010 pedagang
pengumpul di PPN Palabuhanratu mengeluarkan biaya produksi penanganan cakalang sebesar Rp 39.627.500,00. Biaya tersebut terdiri dari biaya tetap sebesar
Rp 5.327.500,00 penyusutan ember, penyusutan blong, penyusutan kotak plastik dan sewa bangunan dan biaya variabel sebesar Rp 34.300.000 upah karyawan
dan pembelian es. Tabel 57 juga memberikan informasi jumlah biaya produksi yang dikeluarkan oleh pedagang pengecer untuk melakukan penanganan cakalang
yaitu sebesar Rp 3.839.000,00 yang terdiri dari biaya tetap Rp 864.000,00 dan biaya variabel Rp 2.975.000,00. Komponen biaya tetapnya adalah penyusutan
terpal, penyusutan kotak plastik, penyusutan, penyusutan styrofoam, penyusutan ember dan sewa bangunan, sedangkan biaya variabelnya merupakan biaya
pembelian es. Tongkol
Biaya investasi yang dikeluarkan oleh pedagang pengumpul untuk melakukan penanganan terhadap tongkol berjumlah Rp 9.007.500,00 yang terdiri
dari pembelian ember, blong dan kotak plastik. Biaya investasi yang dikeluarkan oleh pedagang pengecer untuk penanganan tongkol sama dengan penanganan
cakalang yaitu sebesar Rp 1.417.500,00 yang terdiri dari pembelian terpal, kotak plastik, styrofoam dan pembelian ember.
Penanganan hasil tangkapan tongkol di PPN Palabuhanratu tahun 2010 membutuhkan biaya produksi sebesar Rp 40.002.500. Biaya tersebut merupakan
penjumlahan dari biaya tetap Rp 5.702.500,00 dan biaya variabel Rp 39.100.000. Berdasarkan Lampiran 30 diketahui bahwa biaya tetap dikeluarkan dalam bentuk
151 penyusutan ember, penyusutan blong, penyusutan kotak plastik dan sewa
bangunan. Lampiran 30 juga memberikan informasi bahwa biaya variabel dikeluarkan dalam bentuk upah karyawan dan pembelian es. Biaya produksi
penanganan tongkol oleh pedagang pengecer di PPN Palabuhanratu tahun 2010 berjumlah Rp 3.839.000,00 yang terdiri dari biaya tetap Rp 864.000,00
penyusutan terpal, penyusutan kotak plastik, penyusutan, penyusutan styrofoam, penyusutan ember dan sewa bangunan dan biaya variabel Rp 2.975.000,00 biaya
pembelian es. Layur
Penanganan layur di PPN Palabuhanratu dilakukan oleh pedagang pengumpul, perusahaan pengumpul layur PT AGB dan pedagang pengecer.
Besaran biaya investasi yang dikeluarkan oleh masing-masing pelaku penanganan tersebut yaitu Rp 90.000,00 oleh pedagang pengumpul, Rp 215.250.000,00 oleh
PT AGB dan Rp 1.387.000,00 oleh pedagang pengecer. Investasi yang dikeluarkan oleh pedagang pengumpul merupakan pembelian styrofoam, yang
dikeluarkan oleh PT AGB terdiri dari pembelian trais, kotak baja ringan, pengadaan coldstorage dan pengadaan freezer, sedangkan oleh pedagang
pengumpul terdiri dari pembelian kotak palstik, styrofoam dan ember. Biaya produksi penanganan layur di PPN Palabuhanratu tahun 2010 Tabel
57 yang dikeluarkan oleh pedagang pengumpul berjumlah Rp 5.968.000,00, yang terdiri dari biaya tetap Rp 18.000,00 dan biaya variabel Rp 5.950.000,00.
Biaya tetap tersebut dikeluarkan dalam bentuk penyusutan styrofoam, sedangan biaya variabel dikeluarkan dalam bentuk pembelian es. Biaya operasional
penanganan layur oleh PT AGB berjumlah Rp 158.050.000,00. Jumlah tersebut terdiri dari biaya tetap sebesar Rp 18.000.000,00 dan biaya variabel Rp
122.050.000,00. Biaya tetap yang dikeluarkan oleh PT AGB adalah penyusutan trais, penyusutan kotak baja ringan, penyusutan coldstorage, penyusutan freezer,
perawatan coldstorage, perawatan freezer, sewa tanah dan pas kebersihan. Biaya variabelnya adalah penggunaan air, penggunaan listrik, upah karyawan dan
pembelian kotak kardus Lampiran 31. Biaya penanganan layur yang dikeluarkan oleh pedagang pengecer berjumlah Rp 2.608.500,00. Biaya ini merupakan
152 penjumlahan dari biaya tetap penyusutan kotak plastik, penyusutan styrofoam,
penyusutan ember dan sewa kios sebesar Rp 858.500,00 dan biaya variabel pembelian daun pisang dan es sebesar Rp 1.750.000.
Ikan kecil lainnya Biaya investasi yang dikeluarkan untuk melakukan penanganan ikan kecil
lainnya hanya dikeluarkan oleh pedagang pengumpul dan pedagang pengecer, karena hanya di tempat kedua pelaku tersebut hasil tangkapan ikan kecil lainnya
mendapatkan penanganan sub bab 5.1 butir 6. Besaran biaya investasi yang dikeluarkan pedagang pengumpul sebesar Rp 51.315.000 menurut Lampiran 32
merupakan biaya pengadaan coldstorage, pembelian ember, trais dan styrofoam. Besaran biaya investasi oleh pedagang pengecer yang berjumlah Rp 277.500,00
dan berdasarkan lampiran 31 diketahui terdiri dari pembelian styrofoam dan ember.
Biaya produksi penanganan ikan kecil lainnya berjumlah Rp 49.105.000.00. Biaya tersebut menurut Lampiran 32 terdiri dari biaya tetap sewa bangunan, upah
karyawan, listrik dan penyusutan investasi sebesar Rp 11.665.000,00 dan biaya variabel penggunaan air dan es sebesar Rp 37.440.000,00. Pedagang pengecer
ikan kecil lainnya mengeluarkan biaya produksi penanganan ikan kecil lainnya dengan jumlah Rp 12.656.500,00. Biaya produksi tersebut merupakan
penjumlahan dari biaya tetap sewa bangunan, penyusutan styrofoam dan penyusutan ember Rp 756.500,00 dengan biaya variabel pembelian es
Rp 11.900.000,00. Secara umum biaya investasi penanganan per jenis hasil tangkapan dari
yang terbesar yaitu layur, tuna-tuna kecil, tuna, ikan kecil lainnya, tongkol dan cakalang. Biaya produksi penanganan per jenis hasil tangkapan dari yang terbesar
yaitu tuna, tuna-tuna kecil, layur, ikan kecil lainnya, tongkol dan cakalang. Investasi pendistribusian hanya dikeluarkan oleh perusahaan pengumpul tuna,
layur dan tuna-tuna kecil. Biaya produksi pendistribusian per jenis hasil tangkapan dari yang terbesar yaitu tongkol, tuna, layur, cakalang, ikan kecil lainnya dan
tuna-tuna kecil. Secara umum tidak terdapat pinjaman yang dilakukan untuk
153 melakukan kegiatan penanganan dan pendistribusian hasil tangkapan di PPN
Palabuhanratu. Berdasarkan penjelasan di atas diketahui bahwa secara keseluruhan biaya
investasi dan biaya produksi untuk hasil tangkapan tujuan ekspor tuna dan layur lebih besar dibandingkan dengan hasil tangkapan lainnya. Biaya investasi dan
biaya produksi tersebut dikeluarkan oleh perusahaan pengumpul yang melakukan penanganan terhadap hasil tangkapan tersebut sebelum didistribusikan.
Kekurangan dari penanganan hasil tangkapan tuna dan layur adalah penanganan hasil tangkapan tersebut lebih terfokus pada hasil tangkapan yang
layak di ekspor saja. Hasil tangkapan tuna dan layur yang tidak layak ekspor dan hanya didistribusikan lokal dan nasional tidak terlalu diperhatikan oleh nelayan
dan pedagang pengecer. Hal tersebut terlihat dari biaya produksi penanganan hasil tangkapan tersebut di tempat pedagang pengecer yang lebih kecil dibandingkan
ikan kecil lainnya. Sebaiknya penanganan hasil tangkapan yang bukan tujuan ekspor lebih
diperhatikan untuk menjaga kualitasnya walaupun biaya investasi dan biaya produksi yang dikeluarkan lebih besar. Hal ini sangat berat bagi nelayan dan
pedagang karena walaupun investasi dan biaya produksi penanganan meningkat, namun permintaan dan harga tidak meningkat. Hal ini disebabkan karena
konsumen Indonesia lebih mementingkan kuantitas dibandingkan kualitas.
7.2 Biaya Pendistribusian