penerimaan petani Gernas mencapai Rp. 12,03 juta per ha, sedangkan penerimaan petani yang tidak terlibat dalam program Gernas hanya Rp. 3,97 juta
per ha. Penerimaan petani yang tidak terlibat dalam program Gernas juga masih di bawah kondisi aktual dengan tingkat penerimaan sebesar Rp. 4,18 juta per ha.
Hal ini menjadi sangat ironis mengingat petani yang tidak terlibat dalam program Gernas kakao jumlahnya jauh lebih banyak dibandingkan dengan petani yang
terlibat.
Gambar 41 Penerimaan petani pada kondisi aktual dan skenario 1, Tahun 2008-2025.
Rendahnya penerimaan petani yang tidak mengikuti program Gernas kakao dikhawatirkan membuat mereka beralih ke komoditas lain yang lebih
menguntungkan. Hal ini dapat dilihat dari terjadinya penurunan luas areal perkebunan rakyat menjadi 3,84 juta ha pada tahun 2025 dibandingkan dengan
kondisi aktual yang mencapai 4,39 juta ha. Penurunan luas areal yang cukup signifikan tersebut tidak berdampak pada produksi biji kakao karena terjadi
peningkatan produktivitas untuk perkebunan rakyat yang terlibat dalam program Gernas. Pada kondisi aktual, produksi biji kakao pada tahun 2025 mencapai 1,61
juta ton, sedangkan pada skenario 1, produksi biji mencapai 1,72 juta ton. Namun demikian, penerapan kebijakan dengan skenario 1 mampu meningkatkan
produksi biji kakao fermentasi secara signifikan, sehingga sudah mampu memenuhi kebutuhan industri pengolahan dalam negeri pada tahun 2010.
- 2,000
4,000 6,000
8,000 10,000
12,000 14,000
16,000
R p
.0 ,-
Akt ual: Penerim aan pet ani Skenario 1: Penerim aan pet ani Gernas
Skenario 1: Penerim aan pet ani Non - Gernas
7.2 Skenario 2: Pencapaian Target Dampak Kebijakan sebesar 60 Persen
Skenario 2 merupakan skenario moderat dimana pencapaian target dampak kebijakan Gernas dan bea ekspor kakao mencapai 60 persen. Hal ini
berarti target produktivitas perkebunan kakao rakyat, produksi biji kakao fermentasi, peningkatan kapasitas terpasang dan utilisasi kapasitas terpakai
diasumsikan hanya tercapai sebesar 60 persen. Dampak dari penerapan skenario 2 tersebut dibandingkan dengan hasil simulasi model awal yang
diasumsikan sebagai kondisi aktual.
Gambar 42 Daya serap biji kakao oleh industri pada kondisi aktual dan skenario 2, Tahun 2008-2025.
Hasil simulasi skenario 2 menunjukkan bahwa agroindustri kakao menjadi lebih berkembang. Hal tersebut diindikasikan oleh terjadinya peningkatan
persentase biji kakao yang dapat diolah oleh industri pengolahan domestik yang sangat signifikan, terutama sejak 2012 Gambar 42. Daya serap biji kakao oleh
industri pengolahan melampaui kondisi aktual sejak tahun 2014. Pada akhir periode analisis, industri pengolahan bahkan mampu menyerap 74,32 persen
produksi biji kakao. Jika dibandingkan dengan skenario 1, industri pengolahan pada tahun 2025 hanya mampu menyerap 55,10 persen produksi biji kakao
dalam negeri. Kondisi tersebut terjadi tidak terlepas dari tingginya peningkatan produksi kakao olahan yang tidak diimbangi oleh peningkatan produksi biji kakao.
30 40
50 60
70 80
90 100
Akt ual: Daya ser ap bij i oleh indust r i Skenar io 2: Daya ser ap bij i oleh indust r i
Gambar 43 Pangsa vo aktual d
Gambar 44 Penerim
Pangsa nilai dan vo dapat melampaui kondisi
pemerintah dengan skena kakao olahan volume dan
ekspor volume dan nilai ka persen, jauh di atas kondisi
volume dan nilai ekspor kakao olahan pada ko l dan skenario 2, Tahun 2008-2025.
rimaan petani pada kondisi aktual dan skenario Tahun 2008-2025.
volume ekspor kakao olahan dengan skenar si aktual setelah tahun 2015 Gambar 43.
nario 2 menunjukkan tren peningkatan pang n nilai yang cukup signifikan. Pada tahun 202
kakao olahan bahkan mencapai 56,32 persen disi aktual dan skenario 1. Hal ini menunjukk
kondisi
rio 2,
ario 2 baru . Kebijakan
ngsa ekspor 025, pangsa
n dan 65,40 kkan bahwa
penerapan skenario kakao lebih baik diba
Jika dilihat da peningkatan penerim
untuk petani yang tid dibandingkan denga
kondisi aktual, petan penerimaan yang san
Gernas hampir 3 ka penerimaan petani y
rendah dari kondisi akt
7.3 Skenario 3: Pen
Skenario 3 mer kebijakan Gernas da
target produktivitas p peningkatan kapasita
hanya tercapai sebesa dibandingkan denga
kondisi aktual.
Gambar 45 D io 2 mampu mendorong perkembangan indu
andingkan skenario 1. dari sisi penerimaan petani, skenario 2
imaan petani yang terlibat dalam Gernas kak tidak mengikuti Gernas, tidak terjadi perubah
an skenario 1 Gambar 44. Jika diband ani yang mengikuti Gernas kakao memperol
sangat tinggi. Pada akhir periode simulasi, pen ali lipat penerimaan petani pada kondisi akt
i yang tidak mengikuti Gernas kakao, pener aktual.
ncapaian Target Dampak Kebijakan sebesa
erupakan skenario optimis dimana pencapaian dan bea ekspor kakao mencapai 80 persen
s perkebunan kakao rakyat, produksi biji ka sitas terpasang dan utilisasi kapasitas terpak
esar 80 persen. Dampak dari penerapan ske an hasil simulasi model awal yang diasum
Daya serap biji kakao oleh industri pada kond dan skenario 3, Tahun 2008-2025.
dustri pengolahan 2 menyebabkan
akao, sedangkan ahan penerimaan
ndingkan dengan roleh peningkatan
enerimaan petani ktual. Sedangkan
erimaannya lebih
sar 80 Persen
ian target dampak sen. Hal ini berarti
kakao fermentasi, akai diasumsikan
kenario 3 tersebut sumsikan sebagai
ndisi aktual
Hasil simulasi terhadap skenario 3 menunjukkan bahwa daya serap biji kakao oleh industri pengolahan dalam negeri meningkat tajam sejak tahun 2012,
walaupun sebelum tahun 2014, daya serapnya masih lebih rendah dibandingkan dengan kondisi aktual Gambar 45. Pada tahun 2025, industri pengolahan kakao
diperkirakan mampu menyerap seluruh produksi biji kakao. Tingginya penyerapan biji kakao oleh industri pengolahan disebabkan oleh tingginya
pertumbuhan permintaan biji kakao oleh industri pengolahan, sedangkan pertumbuhan produksi biji kakao relatif lebih lambat akibat terjadinya penurunan
luas areal.
Gambar 46 Pangsa volume dan nilai ekspor kakao olahan pada kondisi aktual dan skenario 3, tahun 2008-2025.
Tingginya pertumbuhan produksi kakao olahan berdampak langsung pada volume dan nilai ekspor kakao olahan dan biji kakao. Peningkatan produksi
kakao olahan menyebabkan ekspor kakao olahan juga meningkat, namun ekspor biji kakao mengalami penurunan karena lebih banyak diserap oleh industri
pengolahan dalam negeri. Kondisi tersebut menyebabkan pangsa ekspor kakao olahan, baik dari sisi volume maupun nilai juga meningkat tajam. Dari Gambar 46
dapat dilihat bahwa pangsa ekspor kakao olahan mengalami peningkatan yang cukup signifikan sejak tahun 2014, dan mampu melampaui kondisi aktual sejak
15 25
35 45
55 65
75 85
95
Akt ual: Pangsa Nilai Kakao Olahan Akt ual: Pangsa Volum e Kakao Olahan
Skenar io 3: Pangsa Nilai Kakao Olahan Skenar io 3: Pangsa Volum e Kakao Olahan