Skenario 2: Pencapaian Target Dampak Kebijakan sebesar 60 Persen
Hasil simulasi terhadap skenario 3 menunjukkan bahwa daya serap biji kakao oleh industri pengolahan dalam negeri meningkat tajam sejak tahun 2012,
walaupun sebelum tahun 2014, daya serapnya masih lebih rendah dibandingkan dengan kondisi aktual Gambar 45. Pada tahun 2025, industri pengolahan kakao
diperkirakan mampu menyerap seluruh produksi biji kakao. Tingginya penyerapan biji kakao oleh industri pengolahan disebabkan oleh tingginya
pertumbuhan permintaan biji kakao oleh industri pengolahan, sedangkan pertumbuhan produksi biji kakao relatif lebih lambat akibat terjadinya penurunan
luas areal.
Gambar 46 Pangsa volume dan nilai ekspor kakao olahan pada kondisi aktual dan skenario 3, tahun 2008-2025.
Tingginya pertumbuhan produksi kakao olahan berdampak langsung pada volume dan nilai ekspor kakao olahan dan biji kakao. Peningkatan produksi
kakao olahan menyebabkan ekspor kakao olahan juga meningkat, namun ekspor biji kakao mengalami penurunan karena lebih banyak diserap oleh industri
pengolahan dalam negeri. Kondisi tersebut menyebabkan pangsa ekspor kakao olahan, baik dari sisi volume maupun nilai juga meningkat tajam. Dari Gambar 46
dapat dilihat bahwa pangsa ekspor kakao olahan mengalami peningkatan yang cukup signifikan sejak tahun 2014, dan mampu melampaui kondisi aktual sejak
15 25
35 45
55 65
75 85
95
Akt ual: Pangsa Nilai Kakao Olahan Akt ual: Pangsa Volum e Kakao Olahan
Skenar io 3: Pangsa Nilai Kakao Olahan Skenar io 3: Pangsa Volum e Kakao Olahan
tahun 2015. Pada akhir periode analisis, pangsa volume ekspor kakao olahan diperkirakan mencapai 88,87 persen, sedangkan pangsa nilai ekspor mencapai
92,13 persen.
Gambar 47 Penerimaan petani pada kondisi aktual dan skenario 3, Tahun 2008-2025
Simulasi terhadap penerimaan petani dengan menggunakan skenario 3, juga berdampak pada tingkat penerimaan petani Gernas dan non Gernas
Gambar 47. Kebijakan dengan skenario 3 mampu meningkatkan penerimaan petani Gernas karena ada peningkatan produktivitas dan produksi biji kakao
fermentasi yang harganya lebih tinggi dibandingkan dengan biji kakao nonfermentasi. Pada akhir periode analisis, penerimaan petani Gernas mencapai
Rp. 16,54 juta per ha, lebih tinggi dibandingkan kondisi aktual, skenario 1 dan skenario 2 yang masing-masing sebesar Rp. 4,18 juta, Rp. 12,03 juta dan Rp.
14,26 juta per ha.