Validasi Model Metode Analisis Data

4. Skenario 7: Penggabungan skenario 4, 5 dan 6, yaitu alternatif kebijakan dengan meningkatkan produktivitas dan mutu kakao perkebunan rakyat yang tidak terlibat dalam program Gernas kakao, serta kebijakan penghapusan bea ekspor kakao, namun pemerintah tetap memberikan insentif fiskal dan moneter terhadap industri pengolahan serta memperbaiki iklim usaha sehingga diasumsikan mampu mendorong industri pengolahan sama seperti penerapan bea ekspor kakao dengan pencapaian dampak kebijakan sebesar 60 persen dari target. 5. Skenario 8: Skenario 7 plus peningkatan kapasitas industri 10 persen per tahun. Pada skenario ini, asumsi yang digunakan sama seperti skenario 7, namun kebijakan pemerintah terhadap pengembangan industri pengolahan kakao meningkat sebesar 10 persen per tahun. V KERAGAAN SISTEM AGROINDUSTRI KAKAO 5.1 Perkembangan Luas Areal dan Produksi Kakao Indonesia Pentingnya pengembangan agroindustri kakao di Indonesia tidak terlepas dari besarnya potensi yang dimiliki, terutama sebagai penghasil bahan baku. Produksi biji kakao Indonesia terus mengalami peningkatan dari tahun ke tahun. Pada Tahun 2010, produksi kakao mencapai 844.626 ton. Jumlah ini meningkat hampir 5 kali lipat dari produksi pada tahun 1990 yang hanya sebesar 142.347 ton Gambar 19. Pada periode tersebut terjadi peningkatan produksi rata-rata per tahun sebesar 11,3 persen. Tren peningkatan produksi terbesar dihasilkan dari perkebunan rakyat dimana terjadi peningkatan produksi rata-rata sebesar 13,42 persen per tahun. Perkebunan besar negara dan swasta juga mengalami tren peningkatan produksi, walaupun besarannya relatif kecil yaitu masing- masing 2,44 dan 4,57 persen per tahun. Proporsi produksi kakao sebagian besar disumbang oleh perkebunan rakyat dengan pangsa sebesar 91,6 persen dari total produksi kakao Indonesia pada tahun 2010. Sedangkan perkebunan besar negara dan perkebunan besar swasta masing-masing hanya menyumbang 4,36 dan 4,03 persen. Gambar 19 Produksi kakao Indonesia menurut status pengusahaan, Tahun 1990 - 2010. Sumber: Ditjenbun, 2011 Pertumbuhan produksi biji kakao tidak terlepas dari tingginya pertumbuhan luas areal pertanaman kakao Indonesia Gambar 20. Pada tahun 2010, luas real 100 200 300 400 500 600 700 800 900 1 9 9 1 9 9 1 1 9 9 2 1 9 9 3 1 9 9 4 1 9 9 5 1 9 9 6 1 9 9 7 1 9 9 8 1 9 9 9 2 2 1 2 2 2 3 2 4 2 5 2 6 2 7 2 8 2 9 2 1 D a la m R ib u T o n PR PBN PBS Total