sangat penting untuk: i menggambarkan secara cepat hipotesis penyebab dinamika
dalam sistem;
ii memperoleh
mental model;
dan iii
mengkomunikasikan umpan balik yang penting dan dipercaya bertanggung jawab terhadap permasalahan. Dalam causal loop diagram, setiap variabel
dihubungkan dengan hubungan sebab akibat causal link baik positif maupun negatif Tabel 2.
Tabel 2 Pengertian causal link
Simbol Interpretasi
Rumus Matematis Contoh
X Y Jika X meningkat
menurun, maka Y meningkat
menurun =
+ +
Luas areal
Produksi biji kakao
X Y Jika X meningkat
menurun, maka Y menurun
meningkat =
+ +
Harga biji kakao
Permintaan biji kakao oleh
industri Sumber: Sterman, 2000
3.5. Pembangunan Model Dinamika Sistem
Model merupakan suatu abstraksi dari realitas yang akan memperlihatkan hubungan langsung maupun tidak langsung serta timbal balik atau hubungan
sebab akibat Eriyatno, 2003. Sterman 2000 menyebutkan bahwa untuk membangun model yang baik harus mengikuti proses yang terdiri dari: 1
mengartikulasikan masalah yang harus diselesaikan; 2 formulasi “dynamic hypotesis” atau teori tentang penyebab masalah; 3 formulasi model simulasi
untuk menguji dynamic hypotesis; 4 menguji model hingga sesuai dengan tujuan; dan 5 merancang dan mengevaluasi kebijakan untuk perbaikan. Proses
tersebut merupakan langkah yang berulang iteratif. Secara umum, tahapan analisis dalam membangun model dengan
menggunakan dinamika sistem meliputi: a identifikasi masalah; b merumuskan hipotesis dinamika sistem; c menyusun hubungan sebab akibat
yang kontinu atau interface diagram; d membangun model simulasi; e
+
- +
-
melakukan pengujian model apakah dapat diterapkan di dunia nyata. Sterman 2000
mengingatkan beberapa
prinsip untuk
mengembangkan dan
mengimplementasikan model dinamika sistem yaitu: a model dikembangkan untuk menyelesaikan masalah yang ada, bukan untuk memodelkan sistem; b
pemodelan harus terintegrasi sejak awal; c bersikap skeptis terhadap nilai pemodelan sejak proyek dimulai; d dinamika sistem tidak dapat berdiri sendiri
sehingga perlu menggunakan alat dan metode lainnya yang sesuai; e fokus pada pengimplementasian model sejak awal; f pemodelan yang terbaik
merupakan proses penyelidikan bersama yang dilakukan berulang – ulang; g hindari pemodelan “black box”; h validasi merupakan proses yang kontinu
dalam menguji dan membangun kepercayaan terhadap model; i dapatkan model awal yang bekerja secepat mungkin dengan hanya menggunakan rincian
yang diperlukan; j batasan model yang luas lebih penting daripada banyak detail; k gunakan pemodel yang ahli; dan l implementasi model bukanlah akhir
dari pekerjaan.
IV METODE PENELITIAN 4.1 Jenis dan Sumber Data
Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah sekunder. Data diperoleh dari
Kementerian Pertanian,
Kementerian Perindustrian,
Kementerian Perdagangan, Badan Pusat Statistik, Asosiasi Kakao Indonesia, Dewan Kakao
Indonesia, Asosiasi Industri Kakao Indonesia,
Pusat Penelitian dan Pengembangan Perkebunan, dan hasil - hasil publikasi yang terkait dengan
penelitian.
4.2 Metode Analisis Data
Untuk menjawab tujuan dari penelitian ini dilakukan dengan menggunakan pendekatan dinamika sistem. Model dinamika sistem agroindustri
kakao menggunakan data Tahun 2008 sebagai tahun dasar. Selain itu, dilakukan analisis model sampai dengan tahun 2025 untuk melihat perilaku model dalam
jangka panjang. Tahun tersebut dipilih sesuai dengan sasaran jangka panjang yang tertuang dalam road map pengembangan industri kakao yang dikeluarkan
oleh Departemen Perindustrian. Tahapan dalam penelitian ini dirancang sebagai berikut:
4.2.1 Analisis Kebutuhan
Analisis kebutuhan merupakan permulaan pengkajian dari suatu sistem Eriyatno, 2003. Untuk itu, Sebagai langkah awal dalam pendekatan dinamika
sistem, dilakukan analisis kebutuhan dari masing – masing pelaku yang terkait dalam sistem agribisnis kakao. Melalui hasil studi pustaka dari berbagai
penelitian dan publikasi, pihak – pihak yang terkait dalam sistem agroindustri kakao adalah pemerintah, pedagang, pelaku industri, dan petani. Hasil analisis
kebutuhan masing – masing pelaku disajikan pada Tabel 3.
4.2.2 Formulasi Masalah
Setiap pelaku yang terlibat memiliki keinginan dan kebutuhan yang berbeda – beda sehingga menimbulkan konflik kepentingan dalam sistem. Hal ini
menyebabkan sistem tidak dapat berjalan optimal sebagaimana mestinya. Berbagai permasalahan yang dihadapi setiap pelaku dalam sistem disajikan
pada Tabel 4.
Tabel 3 Analisis kebutuhan pihak – pihak yang terlibat dalam sistem agroindustri kakao
No Pelaku
Kebutuhan
1 Petani
a. Harga pupuk, pestisida, benih dan saprodi lainnya terjangkau
b. Harga jual biji kakao tinggi c. Produktivitas kakao tinggi
2 Pedagang
a. Mutu biji baik b. Keuntungan layak
3 Industri
pengolahan a. Mutu biji kakao tinggi
b. Pasokan bahan baku kontinu c. Produksi kakao olahan meningkat
d. Keuntungan layak e. Permintaan produk olahan tinggi
f. Harga biji kakao murah g. Kapasitas terpakai dan terpasang meningkat
4 Pemerintah
a. Kesejahteraan petani meningkat b. Nilai tambah produk kakao meningkat
c. Nilai ekspor meningkat d. Devisa meningkat
Tabel 4 Formulasi permasalahan pelaku yang terlibat dalam sistem agroindustri kakao
No Pelaku
Formulasi Permasalahan
1 Petani
a. Harga biji kakao rendah b. Produksi dan mutu rendah
c. Pendapatan petani rendah 2
Pedagang a. Mutu produk rendah
b. Bea ekspor tinggi 3
Industri Pengolahan
a. Produksi kakao olahan rendah b. Mutu bahan baku rendah
c. Tarif barier ekspor kakao olahan oleh negara importir
4 Pemerintah
a. Ekspor sebagian besar dalam bentuk biji b. Harmonisasi kebijakan kurang
4.2.3 Identifikasi Sistem
Identifikasi sistem merupakan rantai hubungan antara kebutuhan – kebutuhan dari masing – masing pelaku sistem dengan permasalahan –
permasalahan yang ada untuk memenuhi kebutuhan tersebut Eriyatno, 2003. Selain itu, keterkaitan antar elemen dalam sistem yang digambarkan dalam
diagram sebab akibat causal loop diagram merupakan salah satu inti dari konsep dinamika sistem Sterman, 2000. Diagram sebab – akibat sistem
agroindustri kakao disajikan pada Gambar 12.