Posisi Perdagangan Biji Kakao dan Produk Kakao Olahan

Luas areal pertanam pantai gading, Ghana da periode 2008-2010. Sedan tren meningkat. Namun, se 2010 sedikit lebih rendah d demikian, produksi kakao m

5.6 Perkembangan Kons

Konsumsi kakao dun tahun 2000 sampai 2009 adalah sebesar 3 juta ton 3,516 juta ton pada perio kakao dunia bahkan menca kawasan Eropa, dimana pa 1,73 juta ton, diikuti kawa menyebabkan lebih dari 80 Gambar 28 Kon man kakao di negara-negara produsen utam an Nigeria cenderung mengalami penurun angkan di Indonesia, Kamerun dan Brasil me secara keseluruhan, luas areal kakao dunia p dibandingkan dengan luas areal tahun 2008. mengalami peningkatan dalam periode terseb sumsi Kakao Indonesia dan Dunia unia cenderung mengalami peningkatan pad 09. Pada periode 20002011, konsumsi kak n, jumlah ini meningkat sebesar 17,2 perse riode 20082009. Pada periode 20072008, capai 3,633 juta ton. Konsumsi kakao tertingg pada periode 20082009 mengkonsumsi kaka asan Amerika sebesar 1,15 juta ton. Kondisi 80 persen kakao dikonsumsi di kedua kawasan onsumsi kakao perkapita, Tahun 2000 - 2009. Sumber: ICCO, 2010 ama seperti unan dalam enunjukkan pada tahun 8. Walaupun sebut. ada periode akao dunia sen menjadi 8, konsumsi gi berada di kao sebesar disi tersebut san ini. 9. Peningkatan konsumsi kakao dunia terjadi karena pertumbuhan konsumsi perkapita Gambar 28. Pada periode tahun 20002001, konsumsi perkapita kakao dunia adalah sebesar 0,549 kg, meningkat menjadi 0,587 kg per kapita pada periode 20082009. Dengan demikian, dalam periode tersebut terjadi peningkatan sebesar 6,92 persen. Peningkatan konsumsi per kapita tertinggi terjadi di kawasan Afrika dan Asia Oceania. Pada periode 2000-2009, kedua kawasan ini mengalami peningkatan konsumsi kakao perkapita masing-masing 40,44 persen dan 26,36 persen. Sementara itu, pertumbuhan konsumsi perkapita kawasan Eropa adalah sebesar 13,56 persen, sedangkan kawasan Amerika justru mengalami penurunan sebesar 0,62 persen. Namun demikian, kawasan Eropa dan Amerika tetap memiliki konsumsi perkapita tertinggi yang pada periode 20082009 mencapai 2,127 kg dan 1,285 kg. Konsumsi perkapita kakao Indonesia juga mengalami peningkatan yang cukup signifikan. Jika pada periode 20002001 konsumsi kakao Indonesia hanya sebesar 9 ribu ton, pada periode 20082009, konsumsinya meningkat menjadi 15,5 ribu ton atau mengalami peningkatan sebesar 72,22 persen. Sedangkan jika dilihat dari sisi konsumsi perkapita, pada periode 20002001, konsumsi perkapita kakao Indonesia adalah sebesar 0,043 kg, meningkat sebesar 55,81 persen pada periode 20082009 menjadi 0,057 kg. Hal ini menunjukkan bahwa konsumsi kakao Indonesia mengalami peningkatan yang cukup tinggi. Adanya tren peningkatan konsumsi kakao baik di Indonesia maupun dunia menunjukkan bahwa permintaan kakao dunia akan terus mengalami peningkatan. Hal tersebut sudah selayaknya mampu dimanfaatkan sebagai potensi bisnis yang sangat menjanjikan. Kondisi tersebut juga sudah selayaknya mampu dimanfaatkan oleh industri pengolahan kakao dalam negeri mengingat Indonesia merupakan salah satu produsen terbesar biji kakao dunia. Apalagi peningkatan konsumsi yang tinggi di kawasan Asia Oceania dengan jumlah penduduk yang sangat besar merupakan potensi pasar yang sangat tinggi. 5.7 Daya Saing Produk Kakao Indonesia 5.7.1 Analisis Revealed Comparative Advantage RCA Keunggulan komparatif perdagangan kakao Indonesia baik dalam bentuk biji maupun produk olahan diukur dengan revealed comparative advantage RCA. Ukuran RCA didasarkan pada konsep keunggulan komparatif Ricardian Moenius, 2006. RCA mengukur pangsa ekspor suatu negara dalam kelompok