BAB VI STRATEGI PEMBERDAYAAN MASYARAKAT
DALAM PENGEMBANGAN EKOWISATA
Setelah melihat faktor-faktor pendukung dan penghambat di Pekon
71
Pahmungan dalam pengembangan ekowisata di bab-bab sebelumnya, serta kapasitas masyarakatnya. Maka di bab VI ini penulis akan mencoba memaparkan
strategi pemberdayaan masyarakat yang bisa ditempuh dalam pengembangan ekowisata di Pekon Pahmungan.
Aspek-aspek ekowisata seperti yang terdapat dalam Guidelines for Community-Based Ecotourism Development
World Wide Fund for Nature WWF International 2001 adalah perencanaan, pengembangan, pemasaran dan
pengorganisiran sumberdaya dan fasilitas. Pelayanan terhadap pengunjung anatara lain akses kepada area alami dan warisan budaya, pemanduan dan pelayanan
penerjemahan, penginapan, penyediaan makanan, penjualan hasil produksi dan kerajinan, dan transportasi. Dari berbagai elemen tersebut, penduduk lokal dapat
diberdayakan sesuai kapasitasnya untuk terlibat dan mendapatkan manfaat dari keterlibatan mereka itu.
6.1 Elemen Pemanduan dan Pelayanan Penerjemahan
Pemandu selalu dibutuhkan oleh orang luar yang datang ke tempat baru. Pemandu dalam pengelolaan ekowisata ini berperan sebagai penunjuk arah,
71
Pekon adalah istilah lokal dalam bahasa Lampung untuk menyebut “desa”.
menceritakan hal-hal yang berhubungan dengan pekonnya, menunjukkan tempat- tempat penting dan flora fauna yang terdapat di dalam repong
72
. Dengan demikian seorang pemandu haruslah seseorang yang mengenal dengan baik kondisi
pekon nya.
Aspek kapasitas yang terkait dengan elemen ini adalah keterampilan dasar berbahasa Inggris dan keterbukaan terhadap pengunjung. Keterampilan dasar
berbahasa Inggris ini terutama harus dimiliki oleh pemandu jika pengunjung yang datang berasal dari luar negeri dan tidak dapat berbahasa Indonesia. Selama ini
pengunjung dari luar negeri yang datang ke Pekon Pahmungan biasanya sudah memiliki kemampuan berbahasa Indonesia atau jika belum, mereka akan
membawa sendiri penerjemah dari luar pekon. Keterbukaan terhadap pengunjung menjadi aspek yang juga penting karena dengan sikap terbuka yang dimilikinya,
seorang pemandu akan membuat pengunjung merasa nyaman dan diterima di tempat baru yang mereka kunjungi. Perasaan nyaman dan diterima yang
didapatkan pengunjung merupakan hal yang sangat penting karena perasaan tersebut akan menjadi dasar pengambilan keputusan lama mereka tinggal, kembali
atau tidak pengunjung ke tempat tersebut setelah meninggalkan, apakah mereka akan mengajak rekan dan keluarga mereka untuk mengunjungi tempat tersebut
dengan memberikan informasi positif atau malah akan memberikan informasi negatif. Informasi yang menyebar dari mulut ke mulut akan cukup efektif dalam
mendatangkan pengunjung dalam program ekowisata, karena memang arah pengembangan ekowisata tidak akan menuju ke arah pariwisata massal.
Dalam salah satu kode etik pemanduan tersurat bahwa jika seorang pemandu sudah mencapai batas wilayah lokalitas sebuah komunitas dan
komunitas tersebut sudah memiliki sistem pemanduan bagi pengunjung yang datang, maka pemandu di luar komunitas sudah tidak memiliki hak untuk
meneruskan pemanduannya. Pengunjung selanjutnya akan dipandu oleh penduduk lokal yang lebih mengenal seluk beluk daerahnya dan lebih berhak mendapat
keuntungan dari kedatangan pengunjung tersebut.
72
Repong adalah istilah lokal dalam Bahasa Lampung untuk kebun. Alasan penduduk lebih memilih untuk menggunakan istilah repong adalah karena repong ditanami dengan berbagai jenis
tanaman, tidak seperti istilah kebun yang merujuk pada satu jenis tanaman saja.
Pemanduan selama ini tanpa disadari sudah merupakan hal yang dilakukan masyarakat Pekon Pahmungan terhadap pengunjung yang mendatangi wilayah
mereka. Setiap kali ada pengunjung yang mendatangi Pekon Pahmungan, maka secara langsung penduduk akan mengantarkan, menemani, dan memberikan
informasi kepada pengunjung sesuai tujuan kedatangan mereka. Siapa penduduk yang memandu tergantung siapa person kontak yang pengunjung miliki. Biasanya
jika pengunjung berasal dari kalangan Lembaga Swadaya Masyarakat LSM dan peneliti yang menjadi bagian dari jejaring LSM, maka person kontak akan berasal
dari penduduk yang memiliki hubungan erat dan menjabat menjadi pengurus PMPRD Persatuan Masyarakat Petani Repong Damar.
PMPRD merupakan singkatan dari Persatuan Masyarakat Petani Repong Damar. Anggota dan pengurus PMPRD terdiri dari masyarakat Pesisir Krui yang
memiliki mata pencaharian sebagai petani damar. PMPRD didirikan oleh tim Krui, yaitu sebuah tim yang terdiri dari LSM, lembaga penelitian dan Lembaga
Bantuan Hukum LBH yang memiliki komitmen untuk mendampingi masyarakat Krui dalam melestarikan repong damarnya. Hubungan inilah yang menjadikan
kelangsungan hidup PMPRD merupakan tanggung jawab LSM pendamping selama mereka tidak mendapatkan dana dari program yang mereka ajukan. Untuk
melaksanakan operasional organisasi, LSM pendamping berusaha memberikan jalan agar mereka mendapatkan dana. Misal saat peneliti atau lembaga
menghubungi LSM pendamping untuk melakukan studi di sebuah pekon di Pesisir Krui maka pihak LSM pendamping akan merekomendasikan pengurus PMPRD di
pekon yang mereka tuju.
Hal ini dapat menjadi simbiosis mutualisme antara pihak pengunjung dan PMPRD. Pengunjung akan lebih mudah mendapatkan person kontak dan hal ini
akan lebih memperlancar penelitiannya, sedangkan bagi penduduk yang menjadi pengurus PMPRD, kedatangan pengunjung akan mendatangkan keuntungan, baik
keuntungan ekonomi maupun sosial, baik untuk organisasi maupun pribadi. Keuntungan ekonomi pribadi mungkin didapatkan dari bayaran yang mereka
terima dengan menjadi pemandu ataupun enumerator dan keuntungan sosial mungkin mereka dapatkan dengan perluasan jaringan dan informasi baru yang
bisa mereka manfaatkan untuk kepentingan pribadi mereka. Bagi organisasi,
bekerjasama dengan peneliti atau lembaga yang datang akan menjadi penting, karena dengan hal tersebut lembaga mereka menjadi lebih dikenal dan
memperluas jaringan secara sosial, sedangkan secara ekonomi, peneliti atau lembaga yang berkunjung dapat memberikan bantuan. Bentuk bantuan dapat
berupa fasilitas yang belum dimiliki oleh organisasi atau membantu program organisasi dengan sosialisasi ke masyarakat melalui pembuatan poster, kalender
atau pamflet. Pada umumnya organisasi akan mau membantu jika di awal sudah ada
kesepakatan bahwa peneliti atau lembaga tersebut akan membantu organisasi mereka. Jika penelitian dilakukan dalam jangka waktu yang cukup panjang lebih
dari dua minggu pengurus organisasi pun tidak akan membantu secara pribadi jika di awal tidak terdapat kesepakatan dengan organisasi. Bantuan yang diberikan
pengurus dalam jangka panjang akan mendapat gunjingan dari pengurus lain dalam organisasi. Untuk hal ini mereka akan mendapat sanksi tak tertulis.
Pengunjung lain yang mungkin berasal dari kalangan pemerintahan akan memiliki person kontak dari kalangan pemerintahan desa. Selain itu juga sering
terdapat mahasiswa yang datang dan melakukan praktikum di wilayah pekon di Pesisir Krui, biasanya mereka memiliki person kontak dari kalangan perangkat
desa atau dari Dinas Kehutanan. Pada masa dahulu memang hubungan pemerintah Pekon
Pahmungan dengan pihak LSM cukup baik, namun sejak masa peratin tahun 2000-2005, hubungan menjadi kurang baik. Hal ini tidak hanya dirasakan
oleh pihak LSM tetapi juga oleh penduduk Pekon Pahmungan sendiri. Ketidakharmonisan hubungan ini menurut penduduk dan pengurus PMPRD yang
penulis wawancara karena sifat dan kepribadian peratin yang kurang baik. Menurut mereka peratin periode 2000-2005 tidak begitu memperhatikan
kepentingan penduduk Pekon Pahmungan. Rekan-rekan bawahan peratin di Pekon Pahmungan juga menunjukkan ketidak cocokan mereka dengan peratin, mereka
merasa semua tugas peratin harus mereka semua yang mengerjakan, tetapi gaji dan honor-honor kegiatan tetap peratin yang mendapatkan. Ketidakcocokan
penduduk dan rekan-rekan pejabat pemerintah desa semakin terasa saat peratin memutuskan untuk menikah lagi dan memiliki dua istri di dua tempat yang
berbeda istri lama di Pekon Pahmungan, istri baru di kota Liwa sehingga peratin
sering tidak berada di Pekon Pahmungan untuk melaksanakan tugas-tugasnya sebagai peratin.
Person kontak sebagai orang yang dihubungi pertamakali saat pengunjung
datang ke pekon akan menghubungi orang lain yang dekat dengan dia untuk memandu pengunjung yang datang jika dia merasa tidak dapat menandu
pengunjung sendiri. Biasanya person kontak langsung mengantarkan sendiri pengunjung ke tempat yang ingin mereka kunjungi tanpa melibatkan penduduk
lain. Hal ini memang menjadi celah yang cukup besar untuk timbulnya kecemburuan di kalangan penduduk. Sampai saat ini upaya-upaya belum terlihat
dilakukan dengan optimal untuk melakukan pembagian dengan adil di kalangan penduduk. Hal ini tidak dilakukan karena jumlah pengunjung memang masih
dalam jumlah yang terbatas dan pihak pengurus PMPRD menganggap pengunjung yang datang adalah tamu PMPRD sehingga mereka tidak perlu
melibatkan penduduk yang bukan anggota PMPRD. Berikut ini adalah gambar yang menunjukkan proses pemanduan yang dilakukan oleh penduduk.
Rekomendasi untuk mengoptimalkan keterlibatan penduduk dalam elemen pemanduan dan pelayanan penerjemahan ini adalah:
a. Pelatihan bahasa asing bagi penduduk yang tertarik untuk menjadi
pemandu.
Gambar 13. Pemanduan oleh Penduduk
Sumber: Dokumentasi Dian Ekowati
b. Pelatihan dan studi banding untuk mengetahui bagaimana cara dan
teknik pemanduan. c.
Pengkoordinasian dan pembagian siapa yang menjadi pemandu merupakan hal yang sangat krusial untuk dilakukan, mengingat selama
ini sudah cukup kecemburuan yang timbul di antara kalangan penduduk. Jika hal ini terus dibiarkan, dikhawatirkan program pengembangan
masyarakat bukan akan membawa ke arah yang lebih baik, namun akan membawa ke perpecahan di kalangan masyarakat yang malah akan
menghancurkan sistem yang sudah ada tanpa tumbuhnya sistem baru yang lebih baik.
6.2 Penginapan