umum yang telah dikeramik. Gambar anjung dan fasilitas kamar mandi di samping repong dapat dilihat pada lampiran 6.
Fasilitas komunikasi di Pekon Pahmungan sudah cukup baik. Jaringan telepon sudah sampai di pekon ini, walaupun belum semua penduduk memiliki
fasilitas ini. Pekon Pahmungan juga sudah dapat dicapai sinyal telepon selular, sehingga tidak terjadi gangguan komunikasi yang berarti selama berada di pekon
ini. Akses telekomunikasi yang cukup sulit adalah akses terhadap internet. Hal ini tidak menjadi masalah bagi pemilik komputer dengan modem karena mereka
dapat mengakses internet dengan menggunakan telepon rumah.
4.1.2 Faktor-Faktor Pendukung Pengembangan Ekowisata Berbasis Komunitas
4.1.2.1 Lanskap dan Flora Fauna
Kondisi ekologi repong di Pekon Pahmungan sangat menarik. Perpaduan antara repong damar, gua-gua dan sungai alami sangat sesuai untuk situs tujuan
ekowisata. Gambar potensi ekologi Pekon Pahmungan terlampir pada lampiran 7. Hasil observasi penulis menunjukkan bahwa memang kondisi ekologi Pekon
Pahmungan masih alami dan sangat potensial untuk menjadi daya tarik ekowisata. Hasil wawancara dengan para pengunjung juga menunjukkan bahwa mereka
sangat tertarik dengan kondisi repong damar, sungai dan gua-gua yang ada di Pekon
Pahmungan. Mereka biasa mengunjungi gua-gua dan sungai sebagai hiburan selain fokus penelitian mereka ke repong damar. Kekhususan obyek di
Pekon Pahmungan juga dapat dilihat dari pemilihan lokasi tersebut untuk shooting
film atau acara televisi oleh beberapa yayasan. Contoh yayasan yang pernah melakukan shooting film di Pekon Pahmungan adalah Konsorsium Pendukung
Hutan Kemasyarakatan KPSHK. Bulan November 2005, Global TV juga melaksanakan shooting untuk acara televisi Kaki Langit yang ditayangkan pada
tanggal 10 Desember 2005.
4.1.2.2 Daya Dukung Ekosistem
Jumlah penduduk di Pekon Pahmungan relatif masih rendah, yaitu 977 orang Buku Profil Pekon Pahmungan, 2003. Jika dihitung tingkat kepadatan
penduduknya maka dicapai jumlah 9772600 = 0.38 jiwa per hektar. Dari jumlah
tersebut dapat dikatakan ekosistem masih akan mampu untuk menyerap kedatangan pengunjung dalam jumlah tertentu. Tentu ada batasan jumlah
pengunjung yang harus ditetapkan sehingga lingkungan tidak rusak.
4.1.2.3 Kesadaran Komunitas Lokal
Hasil wawancara dan observasi penulis menunjukkan bahwa dengan pengalaman pendidikan sosial yang mereka miliki, sebagian penduduk Pekon
Pahmungan sudah memiliki kesadaran akan adanya kesempatan-kesempatan potensial untuk pengembangan pekon mereka.
Saat penulis melemparkan wacana tentang kemungkinan wisata di pekon mereka, mereka dapat segera menghubungkan dengan kehidupan mereka dan
mampu menyampaikan potensi-potensi yang ada, baik potensi ekologi, sosial maupun budaya yang mereka miliki. Mereka menyampaikan kemungkinan hal-hal
yang dapat dilakukan untuk menjadikan potensi tersebut lebih berkembang. Hal ini terlihat dari hasil wawancara dengan seorang pejabat Pekon Pahmungan Mh:
”Soal potensi, kalau saya rasa -rasa, sungai-sungai, gua-gua yang kita punya itu juga bagus ya. Buktinya ya orang-orang yang datang itu, termasuk yang bule-bule
suka main-main ke sana kalau lagi senggang. Kalau lagi penelitian mereka biasanya di repong terus. Kalau saya fikir, mungkin kalau ada jalan kecil gak usah
terlalu bagus, dari batu saja dibuat muter di dalam repong terus melewati sungai atau gua itu, orang-orang yang datang itu sudah akan seneng banget.” Wawancara
18 April 2005
Penduduk juga sudah memiliki perkiraan resiko dan perubahan yang akan terjadi. Hal ini terlihat saat wawancara dengan penduduk, mereka menyampaikan
ketakutan mereka jika benar wisata dikembangkan maka akan merusak tatanan sosial budaya yang saat ini ada di kalangan masyarakat. Mereka khawatir budaya
luar yang dibawa para pengunjung mempengaruhi penduduk Pekon Pahmungan sehingga meninggalkan budaya asli, hal yang sekarang menurut mereka sudah
mulai terjadi. Keterbukaan penduduk terhadap pengunjung yang datang merupakan faktor
pendukung penting dalam pengembangan ekowisata. Penduduk Pekon Pahmungan memiliki sikap yang relatif terbuka dalam menerima kedatangan
pengunjung. Hal ini dinyatakan oleh seorang penduduk Rk:
”Masyarakat Pekon Pahmungan tidak bisa dibilang tertutup dari orang luar. Kalau tertutup ya pasti orang-orang itu tidak balik-balik lagi ke sini kan? Kalau Cuma
mau penelitian repong damar di pekon-pekon lain di Pesisir Tengah juga banyak. Buktinya mereka banyak balik ke sini, malah pada bawa mereka punya kawan.
Orang sini baik-baik kok orang luar. Asal orangnya ramah senyum dan tidak sombong, kalau sombong ya penduduk gak mau bantu. Yang saya ingat banget itu
ya Pak Hubert, dia itu pinter sekali ngedeketin penduduk. Dia pernah bawa dua dus cock untuk badminton lalu dikasih ke yang lagi pada main di lapangan deket
mushollah itu. Masyarakat seneng banget sama dia. Kalau dia lewat selalu dipanggil-panggil. Dia bahasa Indonesianya juga sudah lancar.” Wawancara 13
April 2005
Sikap keterbukaan ini juga didukung oleh tidak adanya norma-norma sosial yang melarang penduduk untuk berinteraksi dengan intens terhadap pengunjung
yang datang atau melarang pengunjung untuk mendatangi Pekon Pahmungan. Sifat keterbukaan penduduk ini dapat dilihat dari gambar berikut yang
menunjukkan seorang peneliti dari Belanda mengunjungi gudang damar dan menanyai pekerja serta pemilik gudang.
4.1.2.4 Penaksiran Pasar Awal