Pelibatan Pengunjung Dalam Belajar Kearifan Lokal Ikhtisar

Krui sendiri. Di Pekon Pahmungan sendiri terdapat seorang penduduk yang bisa menenun kain tapis ini, tetapi penduduk ini sudah pindah ke Jakarta. Saat ini yang mampu menenun kain tapis di pekon terdekat adalah di Pekon Sukanegara. Rekomendasi agar penjualan souvenir dapat memberikan hasil optimal kepada penduduk adalah pelatihan pembuatan souvenir yang unik dengan harga terjangkau bagi penduduk yang tertarik untuk terlibat. Selain itu juga dilakukan promosi untuk mempromosikan produk souvenir tersebut kepada para pengunjung. Pengadaan tempat khusus untuk menjadi tempat penjualan souvenir akan sangat membantu pengunjung dalam memilih souvenir yang diinginkannya.

6.6 Jasa Transportasi

Selama ini para pengunjung dari luar menyewa kendaraan dari luar jika ingin melakukan perjalanan dari dan ke Pekon Pahmungan. Bahkan untuk sepeda motorpun mereka menyewa dari luar, padahal penduduk Pekon Pahmungan memiliki fasilitas tersebut dan siap menyewakan jika dibutuhkan. Fasilitas sepeda motor dimiliki oleh lebih dari 20 penduduk, sedangkan mobil yang dimiliki penduduk penduduk yang menetap di Pekon Pahmungan ada tiga buah. Dua buah mobil yang dimiliki penduduk Pekon Pahmungan memang digunakan sehari-hari untuk mengangkut penumpang dari Pekon Pahmungan ke Pasar Krui, sedangkan satu mobil adalah mobil pribadi. Rekomendasi untuk elemen ini adalah penguatan aspek pemasaran dengan memberikan keterangan kepada setiap pengunjung yang datang bahwa jika mereka membutuhkan transportasi mereka dapat menyewa kepada penduduk. Untuk menghindari perselisihan, maka seorang koordinator harus ditunjuk.

6.7 Pelibatan Pengunjung Dalam Belajar Kearifan Lokal

Selain pada elemen-elemen yang sudah disebutkan di atas, di dalam pengembangan ekowisata masyarakat juga dapat memperoleh manfaat dengan melibatkan pengunjung dalam kegiatan belajar kearifan lokal terutama dalam pengelolaan repong damar. Kegiatan yang bisa dilakukan misalnya adalah mengajak pengunjung belajar mengolah biji damar untuk disemai, merawat bibit damar, memanjat damar untuk mengambil getah dari pohonnya, mengangkut getah damar dengan menggunakan bebalang dan memilah damar sesuai kualitasnya. Foto-foto kegiatan pengelolaan repong damar tersebut dapat dilihat pada lampiran 8. Kegiatan-kegiatan tersebut akan mempererat interaksi antara penduduk dan pengunjung. Mereka masing-masing akan mendapatkan manfaat, baik manfaat sosial maupun ekonomi. Penduduk akan mendapatkan keuntungan dari pertukaran informasi dengan pengunjung serta mendapatkan keuntungan ekonomi dari biaya belajar yang dibayarkan penduduk. Bagi pengunjung, belajar hal-hal baru yang tidak dapat mereka peroleh di daerah lain adalah pengalaman dan kenangan yang sangat berharga untuk mereka bawa pulang. Pemberdayaan penduduk dalam bidang ini menuntut perhatian lebih lanjut dalam bidang peningkatan keterampilan komunikasi penduduk. Penduduk memang sudah menguasai konsep dan teknik pengelolaan repong damar yang mereka miliki dari kearifan lokal yang mereka warisi secara turun temurun. Namun, kekurangan keterampilan berkomunikasi akan menjadi hambatan dalam menyampaikan konsep kearifan lokal mereka kepada para pengujung.

6.8 Ikhtisar

Strategi pemberdayaan masyarakat dalam pengembangan ekowisata dapat ditentukan sesuai dengan faktor pendukung, penghambat dan kapasitas masyarakat. Pemberdayaan masyarakat dapat dilakukan dengan pelibatan mereka secara aktif dalam berbagai elemen pelayanan pengunjung. Pelayanan pengunjung yang dimaksud di sini bukan hanya dilihat dari segi kepentingan pengunjung saja tetapi juga dilihat dari kepentingan penduduk. Jika kebutuhan penduduk dan kebutuhan pengunjung dapat dipertemukan sehingga pengelolaan elemen ini memberikan keuntungan dua belah pihak secara seimbang, maka pengembangan ekowisata yang berpihak kepada masyarakat dimungkinkan. Elemen pelayanan pengunjung dalam pengembangan ekowisata antara lain adalah pemanduan dan pelayanan penerjemahan, penginapan, penyediaan makanan, penjualan hasil produksi dan kerajinan, dan transportasi. Dari berbagai elemen tersebut, penduduk lokal dapat diberdayakan sesuai kapasitasnya untuk terlibat dan mendapatkan manfaat dari keterlibatan mereka itu. Pemanduan selama ini sudah merupakan hal yang dilakukan masyarakat Pekon Pahmungan terhadap pengunjung yang mendatangi wilayah mereka. Setiap kali ada pengunjung yang mendatangi Pekon Pahmungan, maka secara langsung penduduk akan mengantarkan, menemani, dan memberikan informasi kepada pengunjung sesuai tujuan kedatangan mereka. Pelayanan penerjemahan belum dapat dilakukan penduduk karena penduduk memiliki akses untuk memandu pengunjung tidak memiliki kemampuan berbahasa Inggris. Bupati Wayan bupati pada periode sebelum periode sekarang pernah menyarankan kepada penduduk Pahmungan untuk menyediakan satu kamar khusus bagi pengunjung yang akan menginap. Hal ini beliau sarankan setelah melihat cukup banyaknya pengunjung yang potensial untuk menjadi sumber pendapatan tambahan bagi penduduk Pahmungan. Kondisi ekonomi penduduk Pekon Pahmungan pun sebenarnya tidak terlalu miskin untuk menyediakan layanan yang baik bagi para pengunjung yang datang. Bentuk rumah di Pekon Pahmungan pada umumnya masih bergaya tradisional. Menginap dalam rumah tradisional akan menjadi pengalaman tersendiri bagi para pengunjung. Di kalangan penduduk asli Pesisir Krui sendiri makanan sehari-hari yang mereka masak berbeda dengan masakan di daerah lain. Masakan khas mereka pada umumnya berbahan dasar ikan laut. Ikan tersebut tidak dibakar atau hanya digoreng, tetapi diberi kuah bening, santan atau ditumis bersama sayur. Bagi pengunjung, memakan masakan khas suatu daerah yang berbeda dari masakan yang biasa mereka makan adalah pengalaman berharga. Selama ini biasanya untuk pengunjung di bawah 20 orang, penduduk akan memasak sendiri. Namun lebih dari itu, biasanya mereka memesan dari Pasar Krui karena penduduk tidak sanggup atau harga di Pasar lebih murah. Hasil produksi yang difokuskan di sini adalah makanan khas. Selama ini penduduk Pekon Pahmungan yang membuat dan menjual makanan khas terbatas pada beberapa orang saja. Sebenarnya hampir semua ibu-ibu dan remaja putri memiliki kemampuan untuk membuat makanan khas, tetapi hanya 2-3 orang di Pekon Pahmungan yang menekuninya dan menjadikannya mata pencaharian. Sedikitnya orang yang menekuni bidang ini juga disebabkan karena terbatasnya pasar untuk penjualan makanan khas. Sampai saat ini pengunjung biasanya membawa pulang getah damar, kentongan dari kayu damar, bebalang alat untuk membawa getah damar dari rotan yang bisa digendong seperti tas punggung sebagai souvenir. Seorang peneliti mempunyai ide untuk membentuk getah damar menjadi bentuk hewan- hewan yang ada di dalam repong sebagai souvenir. Selama ini para pengunjung dari luar menyewa kendaraan dari luar jika ingin melakukan perjalanan dari dan ke Pekon Pahmungan. Bahkan untuk sepeda motorpun mereka menyewa dari luar, padahal penduduk Pekon Pahmungan memiliki fasilitas tersebut dan siap menyewakan jika dibutuhkan. Selain pada elemen-elemen yang sudah disebutkan di atas. Di dalam pengembangan ekowisata, masyarakat juga dapat memperoleh manfaat dengan melibatkan pengunjung dalam kegiatan belajar kearifan lokal terutama dalam pengelolaan repong damar. Kegiatan-kegiatan tersebut akan mempererat interaksi antara penduduk dan pengunjung. Mereka masing-masing akan mendapatkan manfaat, baik manfaat sosial maupun ekonomi. Bagi pengunjung, belajar hal-hal baru yang tidak dapat mereka peroleh di daerah lain adalah pengalaman dan kenangan yang sangat berharga untuk mereka bawa pulang. Pemberdayaan penduduk dalam bidang ini menuntut perhatian lebih lanjut dalam bidang peningkatan keterampilan komunikasi penduduk. Pendampingan dari para pihak dibutuhkan masyarakat sehingga mereka mampu untuk mengelola elemen-elemen ekowisata tersebut. Bukan hanya untuk memenuhi kebutuhan pengunjung, tetapi juga dalam rangka memberikan akses kepada masyarakat terhadap manfaat yang mungkin mereka dapat dalam pengembangan ekowisata. Pengelolaan elemen-elemen ekowisata oleh masyarakat memungkinkan masyarakat untuk mengembangkan potensi sekaligus mendapatkan manfaat dari kegiatan tersebut. BAB VII PENUTUP 7.1 Kesimpulan 7.1.1 Faktor-Faktor Pendukung dan Penghambat Pekon Pahmungan Dalam