Terpecahnya Masyarakat dalam Golongan- Golongan Suasana Politik di Krui

Pendukung

a. Sumber Daya Potensial Lulusan SMP dan SMA

Sebagian besar pemuda dan pemudi Pekon Pahmungan adalah lulusan SMP atau SMA, namun tidak memiliki biaya untuk melanjutkan ke jenjang yang lebih tinggi, sehingga mereka menjadi pengangguran

b. Kerelaan Penduduk

Masyarakat akan bersedia terlibat secara aktif dan ikut berkorban baik tenaga, waktu atau materi untuk kegiatan-kegiatan yang mereka sadari dan mereka percayai akan membawa kemajuan dan manfaat bagi mereka dan pekon mereka. Faktor-faktor lain Penghambat

a. Penguasaan Seni Budaya Tradisional

Penduduk mengakui kalau saat ini penguasaan mereka terhadap seni budaya tradisional sudah sangat berkurang. Dulu, sebelum masa jabatan peratin yang sekarang 2000-2005 kegiatan- kegiatan seni budaya seperti pencak silat masih digalakkan. Tetapi sejak masa jabatan peratin yang sekarang, kegiatan-kegiatan tersebut berhenti karena kurang ada dorongan dari peratin.

b. Penguasaan Seni Budaya Tradisional

Penduduk mengakui kalau saat ini penguasaan mereka terhadap seni budaya tradisional sudah sangat berkurang. Dulu, sebelum masa jabatan peratin yang sekarang 2000-2005 kegiatan- kegiatan seni budaya seperti pencak silat masih digalakkan. Tetapi sejak masa jabatan peratin yang sekarang, kegiatan-kegiatan tersebut berhenti karena kurang ada dorongan dari peratin.

c. Terpecahnya Masyarakat dalam Golongan- Golongan

Sampai saat penulis menyelesaikan penelitian di lapang, terdapat tiga kelompok kepentingan yang terbaca di Pekon Pahmungan. Yaitu dari pihak pemerintahan, karang taruna dan kelompok radio komunitas. Di samping itu, di Pekon Pahmungan juga terdapat para tetua adat sebagai pemimpin informal yang memiliki pengikut masing-masing.

d. Suasana Politik di Krui

Suasana politik Krui pada masa penelitian Maret-Juni 2005 sempat memanas. Suasana yang memanas ini disebabkan oleh adanya pihak-pihak di Pesisir Tengah Krui yang ingin mendirikan kabupaten baru, Kabupaten Pesisir Tengah Krui terpisah dari Kabupaten Lampung Barat. Informasi terakhir yang didapat penulis saat kembali ke sana pada tanggal 22 November 2005, aktifitas pelepasan diri dari Kabupaten Lampung Barat ini sudah tidak lagi berkobar. Faktor-faktor tersebut bukanlah sebuah angka mati dalam proses pemberdayaan. Faktor-faktor tersebut merupakan karakteristik awal yang dalam prosesnya dapat dikembangkan oleh para pihak sehingga mampu menjadikan masyarakat lebih berdaya. BAB V KAPASITAS MASYARAKAT UNTUK TERLIBAT DALAM PENGEMBANGAN EKOWISATA Penelitian ini melihat kapasitas masyarakat Pekon 39 Pahmungan untuk terlibat dalam pengembangan ekowisata berbasis komunitas. Sesuai dengan yang tercantum dalam Guidelines for Community-based Ecotourism Development WWF International, 2001 aspek dari kapasitas komunitas untuk terlibat dalam pengembangan ekowisata, adalah: g. Kemampuan menjadi tuan rumah penginapan. h. Keterampilan dasar bahasa Inggris. i. Keterampilan komputer j. Keterampilan pengelolaan keuangan k. Keterampilan pemasaran l. Keterbukaan terhadap pengunjung. Selain aspek-aspek kapasitas yang dinyatakan oleh WWF International tersebut, penulis melihat aspek lain dari kapasitas masyarakat yaitu nilai-nilai dalam masyarakat. Kapasitas masyarakat ini menggambarkan kemampuan dan kemauan masyarakat untuk terlibat dalam pengembangan dan pengelolaan ekowisata berbasis komunitas di Pekon Pahmungan. Dalam penelitian ini, peneliti melihat 39 Pekon adalah istilah lokal dalam bahasa Lampung untuk menyebut “desa”. kapasitas bukan hanya berdasarkan dengan kondisi faktual masyarakat yang ada saat ini, tetapi juga potensi-potensi yang mereka miliki saat ini, termasuk pemahaman dan pemaknaan mereka terhadap potensi diri dan fisik yang ada di lingkungan mereka 40 . Potensi-potensi tersebut memiliki kemungkinan besar untuk terus berkembang dan mengembangkan masyarakat menjadi lebih baik.

5.1 Kemampuan Menjadi Tuan Rumah Penginapan