1.2 Pariwisata
Pariwisata adalah aktivitas dari orang-orang yang melakukan perjalanan untuk kemudian tinggal di suatu tempat di luar lingkungan sehari-hari mereka
dalam waktu tidak lebih dari satu tahun secara terus menerus untuk bersenang- senang, bisnis atau tujuan-tujuan lain WTO dan UNSTAT, 1994 dalam Cooper et
al. 1999. Pariwisata berkembang di dunia sebagai hasil dari kenaikan pendapatan,
waktu luang yang lebih banyak, dan kesempatan yang terus berkembang Tisdell, 1987. Saat ini industri pariwisata telah menjadi industri terbesar di dunia dan
telah mampu menjadi industri yang berkembang paling cepat dibandingkan industri-industri lain. Pariwisata merupakan penyumbang yang signifikan dalam
pertumbuhan ekonomi di hampir semua negara dunia, termasuk pada negara- negara sedang berkembang Tisdell, 2000.
Aryanto 2003 menyatakan bahwa pariwisata merupakan industri dengan pertumbuhan tercepat di dunia, melibatkan 657 juta kunjungan wisata di tahun
1999 dengan US 455 milyar penerimaan ke seluruh dunia. Apabila kondisi tetap stabil, pada tahun 2010 jumlah kunjungan antar negara ini diperkirakan meningkat
mencapai 937 juta. Lebih lanjut ia menyatakan bahwa di Indonesia indikasi perkembangan pariwisata tersebut terlihat dari peningkatan jumlah wisatawan
mancanegara sebanyak 4.606.416 rata-rata hari kunjungan 9,18 hari orang di tahun 1998, meningkat menjadi 5.064.217 orang dengan jumlah hari kunjungan
12,26orang pada tahun 2000. Besarnya devisa yang diperoleh sektor pariwisata pada tahun 2000 sebesar 5,75 milyar US.
Dari data Ditjen Pariwisata sampai dengan Juni 1999, tercatat peningkatan kontribusi bidang kawasan dan wisata secara signifikan dari 4,91 di tahun 1990
menjadi 9,59 di tahun 1999, dengan peningkatan investasi dari Rp 3 triliun di tahun 1990 menjadi Rp 33 triliun di tahun 1999, keberlanjutan pengembangan ini
berimplikasi pada bidang usaha wisata lainnya, yaitu perhotelan, jasa rekreasi, biro perjalanan, dan restoran yang terletak di kawasan wisata Aryanto, 2003.
Pariwisata sendiri adalah sebuah bisnis yang unik, produk dan pemasarannya pun tidak daat disamakan dengan pemasaran produk lain. Berikut
ini adalah sepuluh keunikan pemasaran produk pariwisata Eagles 1994
6
: a.
Pengalaman rekreasi di lapangan sebagai produk dikonsumsi di daerah tersebut, jauh dari rumah konsumen.
b. Biaya perjalanan menuju daerah wisata sering jauh lebih mahal daripada
biaya masuk ke daerah wisata tersebut. c.
Produk wisata adalah sebuah paket fasilitas dan program yang menarik orang untuk datang ke wilayah tersebut.
d. Pengalaman wisata pada umumnya hanya berlangsung selama beberapa
hari dan bersifat eksperiental; tidak dapat dimiliki kecuali sebagai kenangan.
e. Produksi, pengiriman, dan konsumsi produk wisata berlangsung secara
bersama-sama. f.
Para konsumen terlibat secara aktif dalam memproduksi pengalaman, baik untuk diri sendiri maupun untuk orang lain.
g. Pengalaman wisata yang tidak sesuai dengan harapan konsumen tidak
dapat dikembalikan dalam bentuk pengembalian biaya. h.
Situs wisata dan pengalaman sulit untuk didapat sebelum benar-benar merasakan. Oleh karena itu, ajakan langsung dari teman atau keluarga
adalah faktor utama yang menentukan pilihan. i.
Produk wisata tidak dapat disimpan selama permintaan rendah dan kemudian dan kemudian dijual saat permintaan berlebih.
j. Aspek-aspek penting dalam pengalaman wisata terjadi sebelum dan
sesudah partisipasi di lapangan. Tisdell 1987 menyatakan gejala yang umum berkembang di dunia saat ini
adalah bahwa peningkatan kegiatan dalam bidang pariwisata diikuti dengan
6
http:www.ecotourism.orgindex2.php?researchstats 24-4-2004
peningkatan tekanan pada lingkungan. Dampak negatif dari tekanan pada lingkungan tersebut adalah sebagai berikut:
a. Erosi tanah karena lalu lintas yang terlalu padat, pejalan kaki, dll
7
. b.
Perencanaan pembangunan infrastruktur untuk mendukung pariwisata seperti bangunan-bangunan, tempat pembuangan sampah, jalan-jalan
yang buruk mengakibatkan kerusakan pada lingkungan dan hal ini dapat mengganggu kehidupan binatang
8
. c.
Permintaan wisatawan akan kebutuhan hidup selama mereka berada di wilayah pariwisata dapat mengakibatkan eksploitasi sumber daya alam
untuk alasan komersial
9
. d.
Kondisi sosial budaya wisatawan yang tidak sesuai dengan sosial budaya setempat dapat merusak dan mengganggu sistem sosial budaya
yang berada di komunitas
10
. Selain dampak negatif tersebut di atas, Tisdell menyatakan bahwa bagi
komunitas lokal, pariwisata memiliki manfaat-manfaat yaitu pengenalan pada ide- ide baru yang berguna bagi kehidupan mereka, gaya hidup yang berkembang,
kesempatan ekonomi baru dan lebih luas, pertumbuhan permintaan akan kesenian lokal, kesadaran baru terhadap budaya mereka sendiri, penawaran investasi untuk
konservasi budaya buatan manusia dan untuk konservasi alam. Contoh nyata
7
Di Annapura Circuit, Nepal 60.000 pengunjung yang datang setiap tahun mengakibatkan pengkisan tanah yang cukup dalam di jalan yang mereka lalui Mc Laren dalam Linsday, 2003.
8
Pembangunan kawasan wisata di daerah Taman Wisata Alam Pulau Sangiang, Desa Cikoneng, kecamatan Anyer, Kabupaten Serang oleh PT Pondok Kalimaya Putih tanpa mengindahkan
aspek lingkungan telah menyebabkan terjadinya perubahan bentangan lahan alami dari hutan alam menjadi semak belukar, padang alang-alang, dan bangunan permanen. Akibatnya terjadi
penurunan laju infiltrasi tanah dan telah menyebabkan kerusakan sifat fisik tanah Tempo Interaktif, 20 Maret 2005.
9
Di Kenya, sumber mata air di Taman Nasional Shaba sebelumnya adalah penyedia air bersih bagi orang-orang lokal Samburu, binatang peliharaannya, dan binatang-binatang liar di kawasan
taman tersebut. Namun, ketika Hotel Sarova Shaba dibangun, mereka menguasai mata air tersebut sehingga tidak lagi dapat digunakan orang-orang lokal dan binatang-binatang liar. Hal
ini mengakibatkan binatang-binatang peliharaan dan binatang-binatang-binatang liar sekarat dan kelaparan Mc Laren dalam Linsday, 2003.
10
Di kawasan reservasi Hopi Nation, Arizona, penduduk asli tidak lagi mengizinkan pengunjung yang datang untuk memotret, memasuki daerah pemukiman penduduk, atau melakukan
pendakian dan perjalanan di kawasan reservasi. Penolakan ini dilakukan karena penduduk menganggap sikap pengunjung yang datang sebelumnya tidak sopan dan tidak sesuai dengan
nilai-nilai yang mereka anut Mc Laren dalam Linsday, 2003.
kesuksesan pengembangan ekowisata adalah di Kawasan Reservasi Maquipucuna, Ekuador. Kawasan reservasi ini berdiri di atas tanah seluas 15.000 acre sekitar
5970 hektar, di bawah kepemilikan dan manajemen yayasan swasta. Para pengunjung tinggal di sebuah penginapan dengan karyawan dan pemandu dari
komunitas lokal. Para pengunjung dapat menikmati atraksi-atraksi seperti kegiatan untuk merehabilitasi beruang liar yang saat ini terlalu tergantung pada tangan
manusia, koleksi anggrek yang dapat dipanen, situs arkeologi pre-Incan dan Festival Beruang tahunan yang terkenal. Penginapan ini berdiri tepat di sebelah
tempat penelitian. Kesuksesan pengembangan ekowisata di daerah ini telah memeberikan inspirasi bagi penduduk lokal untuk melihat beruang sebagai simbol
kekayaan turun temurun mereka yang dengan bangga mereka pamerkan, dan bukan lagi melihat beruang-beruang tersebut sebagai hama atau hewan buruan
Linsday, 2003.
1.3 Ekowisata