Keterampilan Pengelolaan Keuangan Pemberdayaan Masyarakat Dalam Pengembangan Ekowisata

tersebut terlihat rasa keingintahuan dan keinginan mereka yang besar untuk dapat mempelajari program komputer. Terutama program-program yang mereka rasa bersentuhan langsung dengan kehidupan mereka. Misalnya program microsoft word yang mereka rasakan penting dalam pembuatan laporan atau pengumuman- pengumuman dalam urusan radio komunitas atau kepemudaan Karang Taruna yang dalam bahasa Lampung disebut Perkumpulan Muli Meranai dengan arti Perkumpulan Pemuda Pemudi. Menurut penulis keterampilan pengoperasian komputer adalah hal yang penting dalam pengembangan ekowisata. Namun, dibandingkan dengan keterampilan-keterampilan yang lain, kebutuhan akan keterampilan ini relatif dapat ditunda. Untuk kebutuhan pemasaran dan pengelolaan keuangan di awal pengembangan ekowisata, masih dapat dilakukan secara manual dengan menggunakan tulisan tangan, penduduk dapat diajak untuk memulai dengan keterampilan yang mereka miliki. Hal ini dapat dilakukan selama dana untuk pembelian perangkat komputer belum tersedia. Keterampilan mengetik dengan menggunakan komputer memang dibutuhkan saat mereka mulai mengajukan kerjasama dengan lembaga-lembaga lain di awal pengembangan ekowisata. Namun hal ini masih dapat dilakukan dengan bantuan pendamping dan penduduk yang memiliki fasilitas komputer.

5.4 Keterampilan Pengelolaan Keuangan

Sampai saat ini, pengelolaan keuangan yang kurang baik masih menjadi musuh utama setiap organisasi yang berdiri di lingkungan Pekon Pahmungan. Informan yang diwawancara penulis menyatakan bahwa semua organisasi yang beridiri di lingkungan Pekon Pahmungan pasti akan hancur jika sudah mulai berhubungan dengan keuangan. Organisasi yang dimaksud mulai dari organisasi- organisasi yang didirikan atas inisiatif masyarakat sendiri seperti arisan-arisan; sampai organisasi yang pendiriannya dibantu oleh pihak luar seperti Lembaga Perekonomian Mikro LPM dan PKK. Hal ini menunjukkan masih lemahnya keterampilan manajemen keuangan yang dimiliki oleh penduduk Pekon Pahmungan. Topik pembicaraan tentang hal keuangan organisasi selalu menjadi topik yang menarik. Masyarakat sendiri sudah memiliki pandangan pesimis terhadap keberlangsungan suatu organisasi jika yang memegang koordinasi keuangan adalah penduduk asli sendiri. Menurut mereka jika akan didirikan organisasi kemasyarakatan lagi, mereka lebih mempercayai jika yang menjadi koordinator bidang keuangan bukan salah satu di antara mereka. Hal ini mereka ungkapkan dengan alasan bahwa jika penanggungjawab bidang keuangan bukan penduduk asli Pekon Pahmungan, mereka akan bersikap lebih profesional dan tidak mudah ditekan oleh ketua yang mungkin tergoda untuk mendapat keuntungan demi kepentingan pribadi. Pemilihan orang lain juga perlu dilakukan karena iklim saling menyalahkan antar pengurus sangat kental terlihat di bidang ini. Contoh nyata adalah saat LPM didirikan dan dikembangkan di Pekon Pahmungan. LPM didirikan dengan tujuan untuk membantu penduduk agar lebih mudah melakukan pengelolaan keuangan. LPM bergerak di bidang simpan pinjam dan tabungan. Pada awalnya kegiatan LPM yang didampingi oleh LSM ini berjalan dengan lancar, anggota 58 melaksanakan iuran tabungan dengan teratur. Masalah mulai timbul saat ketua mengambil alih peran bendahara, atau mengambil keputusan sendiri, padahal seharusnya keputusan diputuskan secara bersama antara ketua dan bendahara. Misalnya keputusan untuk memberikan pinjaman kepada anggota. Menurut informan, kadang pemberian pinjaman tersebut bukan atas dasar aturan yang berlaku, tetapi berdasarkan hubungan kekeluargaan dan kedekatan hubungan sebagai tetangga. Hal ini menimbulkan kekecewaan di kalangan anggota yang lain. Organisasi mulai goyah ketika para peminjam ternyata tidak konsekuen dalam mengembalikan pinjamannya 59 . 58 Tidak semua penduduk Pekon Pahmungan menjadi anggota LPM. 59 Pinjaman dikembalikan dengan cara diangsur tiap bulan. Peminjam yang tidak mengembalikan tersebut ada yang pergi ke Jakarta, tidak kembali lagi dan tidak dapat dihubungi, dan ada yang tetap tinggal di Pekon Pahmungan namun tidak melakukan angsuran tiap bulan dengan berbagai alasan. Biasanya alasan yang dikemukakan adalah sedang tidak ada uang dan akan mengangsur kembali bulan depan. Contoh peminjam yang tetap tinggal di Pekon Pahmungan ini adalah seorang yang waktu LPM berdiri adalah seorang tokoh PMPRD. Semasa menjabat di PMPRD, menurut pengurus PMPRD lain dan pendamping dari LSM dia memang sering mendapat masalah dalam hal keuangan. Karena hal ini, penduduk yang pernah terlibat dengannya baik di LPM maupun PMPRD sudah tidak lagi mempercayainya. Namun, hal uniknya adalah masyarakat secara umum masih menerimanya sebagai tokoh adat dan tokoh agama, misal dalam hal kegiatan masjid atau pernikahan. Apakah hal Anggota lain yang merasa kecewa dan merasa tabungannya di dalam LPM terancam segera mengambil kembali tabungan yang mereka iurkan setiap bulan tersebut. Saat itu LPM bubar dan menyisakan ketidakpuasan di kalangan pengurus dan anggotanya. Ketidakpuasan ini seperti konflik yang terpendam, dalam kehidupan sehari- hari hubungan antara mereka terlihat baik-baik saja, tapi di balik itu jika penulis mengajak mereka berdiskusi secara personal maka mereka akan sangat bersemangat untuk saling menyalahkan satu sama lain. Anggota menyalahkan ketua karena mengambil keputusan sendiri tanpa melibatkan bendahara, sedangkan menurut ketua, hal ini bukan salahnya karena dia merasa setiap kali bendahara diajak berdiskusi untuk mengambil keputusan dia tidak pernah menolak dan selalu setuju 60 . Selain itu mantan ketua LPM tersebut juga menyalahkan anggota LPM karena mereka segera menarik semua tabungan mereka saat LPM mulai goyah sehingga kerugian ditanggung oleh dia sendiri. Contoh lain adalah di organisasi ibu-ibu seperti PKK. Menurut mantan anggota PKK, organisasi tersebut tidak aktif lagi karena ketua melakukan korupsi. Pernyataan ini didukung oleh suaminya yang saat dilakukan wawancara mendampingi dan juga didukung oleh salah satu perangkat desa yang diwawancarai secara terpisah. Hal ini dapat dilihat saat pelaksanaan perayaan 17 Agustus. PKK adalah organisasi yang mengurusi konsumsi kegiatan tersebut. Menurutnya, dari pekon sudah terdapat anggaran untuk konsumsi kegiatan tersebut, tetapi ketua masih meminta iuran dari setiap kepala rumah tangga untuk konsumsi dengan alasan dana yang tersedia tidak mencukupi. Namun ketika dilihat dari jenis dan jumlah makanan yang tersedia untuk kegiatan perayaan 17 ini karena rahasia tentang tindakan buruknya tersebut tidak disebarkan sebagai gosip dalam masyarakat? Atau masyarakat mengetahui tetapi dibiarkan saja selama tindakan orang tersebut belum merugikan mereka secara langsung? Hipotesis lain adalah masyarakat asli Lampung memiliki kemampuan untuk dengan relatif mudah melupakan kesalahan-kesalahan orang lain di masa lampau dan tetap menjalin hubungan baik di bidang-bidang lain dengan orang yang melakukan kesalahan. Hal yang mana tidak ditemukan di kalangan masyarakat Jawa. 60 Menurut mantan anggota LPM Hal ini mungkin dikarenakan latar belakang organisasi bendahara lebih sedikit dibandingkan ketua, kenyataan bahwa ketua penduduk asli sedang bendahara adalah pendatang yang belum lama menetap di Pekon Pahmungan dan faktor usia. Usia bendahara waktu itu masih muda, sekitar 25-an, sedangkan usia ketua sekitar 40-an. Bendahara adalah orang asli Sunda yang menikah dengan putri salah satu tetua di Pekon Pahmungan yang bekerja di Jakarta. Keduanya pindah dan menetap di Pekon Pahmungan setelah restoran asing tempat mereka bekerja sebagai koki di Jakarta mengalami kebangkrutan. Agustus maka seharusnya dana yang dibutuhkan tidak sebesar seperti yang dianggarkan oleh ketua. Dalam kegiatan dengan cakupan lebih kecil dan bersifat lebih informal, seperti arisan, masalah keuangan juga merupakan masalah yang menghancurkan kegiatan tersebut. Di Pekon Pahmungan, arisan tidak dilaksanakan seperti di Pulau Jawa 61 , di sana ketua arisan 62 mengumpulkan iuran para anggotanya dengan cara mendatangi dari rumah ke rumah, mengocoknya sendiri dan lalu menyerahkan kepada yang mendapatkan jatah di minggu tersebut. Hal ini dilakukan karena menurut ketua arisan, sangat sulit untuk mengumpulkan ibu-ibu dalam satu waktu dan tempat tertentu secara bersama-sama selain dalam acara hajatan pernikahan. Kesulitan biasanya timbul di pertengahan arisan, penduduk yang sudah mendapat jatah arisan menghindar untuk membayar kewajiban iuran mereka. Sehingga uang yang didapat orang yang mendapat jatah di awal dan di akhir akan sudah sangat jauh berbeda. Saat ini arisan ibu-ibu sudah tidak lagi dilaksanakan di Pekon Pahmungan 63 . Berbagai contoh kegiatan tersebut betapa masalah manajemen keuangan adalah masalah penting yang menjadi titik lemah vital di setiap organisasi masyarakat di Pekon Pahmungan. Kelemahan dalam manajemen keuangan ini sampai sekarang masih merupakan trauma bagi masyarakat jika mereka diajak untuk mengelola sebuah organisasi lagi. Hal ini harus menjadi perhatian serius pihak-pihak yang berkomitmen dalam melaksanakan pemberdayaan masyarakat di Pekon Pahmungan.

5.5 Keterampilan Pemasaran