Mengenai mamalia, hampir semua spesies yang ditemukan di hutan, ditemukan di repong damar. Populasi binatang primata kera, kera ekor panjang,
lutung dan siamang di repong damar sangat mirip dengan yang ditemukan di hutan-hutan alam. Jejak-jejak badak Sumatera yang langka terlihat di repong
damar, kurang dari dua kilometer dari pedesaan. Ini merupakan data pertama mengenai badak di daerah ini dan memunculkan hipotesa mengenai kegunaan
agroforest untuk konservasi burung yang terancam punah, sebagai suplemen
penting hutan-hutan lindung Sibuca dan Hermansyah, 1993 dalam FKKM, 2002. Keberhasilan pengelolaan ekosistem repong damar ini sudah diakui di
tingkat nasional, bahkan internasional. Peneliti-peneliti asing silih berganti mendatangi pekon-pekon di Pesisir Krui untuk meneliti sistem agroforest ini.
Peneliti-peneliti tersebut datang dari lembaga-lembaga penelitian ataupun dari kalngan akademis. Lembaga-lembaga penelitian yang pernah mengadakan
penelitian tentang pengelolaan agroforest di Pesisir Krui antara lain International Center For Research In Agroforestry
ICRAF dan Center For International Forestry Research
CIFOR. Di tingkat nasional, pada tahun 1993 menteri kehutanan Indonesia mengunjungi Lampung Barat khususnya Krui dan
menyatakan bahwa Krui sebagai etalase untuk hutan binaan rakyat yang harus dicontoh penduduk di kawasan lain. Bahkan pada Juni 1997 Kementrian
Lingkungan Hidup menganugerahi masyarakat Krui penghargaan Kalpataru sebagai penyelamat lingkungan FKKM, 2002.
3.3 Karakteristik Sosial Ekonomi Pekon Pahmungan
Pekon Pahmungan memiliki jarak ke ibu kota Kecamatan Pesisir Tengah
Krui Pasar Krui sekitar 5 km, ke ibu kota Kabupaten Lampung Barat Liwa sekitar 32 km, dan ke ibu kota Propinsi Lampung Bandar Lampung sekitar 287
km FKKM, 2002
30
. Jarak ini cukup mudah ditempuh dengan kendaraan bermotor melewati jalanan yang telah diaspal selama kurang lebih sepuluh menit
menuju ibu kota kecamatan Pasar Krui, kurang lebih satu jam menuju ibu kota kabupaten Liwa. Namun, untuk menuju ibu kota propinsi Bandar Lampung
dibutuhkan waktu kurang lebih delapan jam dengan kondisi jalan yang kurang
30
Data jauh jarak ini berbeda dengan data yang tercantum pada buku Profil Pekon, penulis memilih data Forum Kehutanan Masyarakat setelah mendiskusikan dengan beberapa informan.
bagus. Kondisi ini cukup mengganggu akses ke Pekon Pahmungan karena satu- satunya bandara yang ada di Propinsi Lampung terletak di Bandar Lampung.
Informasi yang diperoleh penulis dari hasil wawancara, terdapat informasi yang sedang beredar di kalangan masyarakat bahwa jalan ke Bandar Lampung
lewat kota Tanggamus akan segera diperbaiki. Jika hal ini benar terjadi maka akan lebih memudahkan akses ke Kota Bandar Lampung yang hanya akan
membutuhkan jarak tempuh sekitar tiga jam. Selain itu, ada informasi lain bahwa sedang ada pembangunan bandara di Pekon Rawas, sebelah selatan Pasar Krui,
dengan jarak tempuh kurang lebih 30 menit dari Pekon Pahmungan. Informasi terakhir yang diperoleh penulis sampai waktu penelitian berakhir, tahap yang
sudah dilaksanakan saat ini adalah pembebasan tanah dan analisis dampak lingkungan. Proyek pembuatan bandara ini dilakukan langsung oleh pemerintah
pusat. Fasilitas umum di Pekon Pahmungan dapat dikatakan cukup baik
dibandingkan dengan kondisi di pekon-pekon lain di Pesisir Tengah Krui. Tinggal sebagian rumah yang belum menggunakan listrik untuk penerangan rumahnya,
yaitu kurang dari 50. Hampir semua penduduk yang rumahnya sudah menggunakan aliran listrik memiliki televisi sebagai sarana hiburan dan informasi
di rumahnya. Walaupun belum memiliki aliran listrik di rumahnya, hampir semua penduduk Pekon Pahmungan memiliki radio sebagai sarana hiburan dan informasi
di rumahnya. Bahkan penduduk yang tinggal di anjung-anjung dalam repongpun memiliki radio di rumahnya. Hal ini adalah menjadi salah satu alasan pemilihan
radio komunitas untuk menjadi sarana informasi dan hiburan khusus Pekon Pahmungan. Jaringan telepon sudah masuk ke wilayah Pekon Pahmungan
meskipun baru sekitar 10 orang yang memiliki fasilitas tersebut. Sinyal telepon genggam di Pekon Pahmungan saat ini cukup bagus untuk hampir semua operator.
Berdasarkan Buku Profil Pekon Pekon Pahmungan tahun 2003, jumlah penduduk Pekon Pahmungan adalah 977 jiwa dengan jumlah kepala keluarga
sebanyak 204. Jumlah penduduk tersebut terdiri dari 475 laki-laki dan 502 perempuan. Komposisi penduduk Pekon Pahmungan dapat dirinci pada Tabel 1.
Tabel 1. Komposisi Penduduk Pahmungan Tahun 2003
Jenis Kelamin No
Golongan Umur Laki-laki
Perempuan Jumlah
orang
1 0 – 12 bulan
15 17
32 2
13 bulan – 4 tahun 37
40 77
3 5 – 6 tahun
19 18
37 4
7 – 12 tahun 38
47 85
5 13 – 15 tahun
42 28
70 6
16 – 18 tahun 35
30 65
7 19 – 25 tahun
104 130
234 8
26 – 35 tahun 101
98 199
9 36 – 45 tahun
29 26
55 10
46 – 50 tahun 23
27 50
11 51 – 60 tahun
17 16
33 12
61 – 75 tahun 6
19 25
13 Lebih dari 76 tahun
9 6
15
Jumlah 475
502 977
Sumber: Buku Profil Pekon Pahmungan, Kecamatan Pesisir Tengah, Kabupaten Lampung Barat, Propinsi Lampung, tahun 2003
Dari tabel tersebut dapat dilihat jumlah penduduk usia produktif 16-50 tahun yang cukup besar, yaitu 603 orang. Lonjakan jumlah penduduk mulai dari
umur 35 tahun ke bawah 35 – 0 tahun dimungkinkan karena pada tahun 1970-an isu kesehatan sudah menjadi perhatian pemerintah. Program-program kesehatan
cukup berhasil yang memungkinkan rendahnya angka kematian bayi dan anak- anak.
Sebagian besar penduduk Pahmungan adalah lulusan Sekolah Dasar SD, sedangkan lulusan Sekolah Menengah Pertama SMP sekitar 200 orang, Sekolah
Menengah Atas SMA sekitar 185 orang dan Akademi 4 orang Forum Komunikasi Kehutanan Masyarakat, 2002. Informasi yang didapat penulis
selama penelitian pada tahun 2005 sebenarnya sudah ada sekitar 25 lulusan perguruan tinggi atau akademi dari Pekon Pahmungan, namun hanya sekitar
empat orang yang menetap di Pekon, sebagian besar dari mereka menetap di Jakarta, dan kota-kota besar lain, seperti Surabaya, Tangerang dan Bali.
Di Pekon Pahmungan terdapat sebuah Sekolah Dasar Negeri di mana penduduk Pekon Pahmungan biasa menyekolahkan anaknya. Namun untuk
Sekolah Menengah Pertama dan Sekolah Menengah Umum belum ada. Anak-
anak dari Pekon Pahmungan biasanya bersekolah SMP dan SMA di daerah Pasar Krui dengan menggunakan angkutan desa untuk berangkat dan pulang dari Pekon
Pahmungan ke sekolah mereka di Pasar Krui. Seluruh penduduk Pekon Pahmungan beragama Islam. Pendidikan informal
yang dimiliki penduduk Pekon Pahmungan adalah kegiatan pengajian-pengajian yang diselenggarakan di mushollah untuk anak-anak, bapak-bapak dan ibu-ibu.
Selain itu juga terdapat latihan-latihan sepakbola di Pekon Pahmungan yang diikuti oleh pemuda-pemuda dari Pekon Pahmungan. Pendidikan informal lain
yang pernah ada di Pekon Pahmungan adalah latihan pencak silat, pencak silat itu diajarkan oleh tokoh-tokoh di Pekon Pahmungan. Sepanjang observasi penulis
selama penelitian, pengajian untuk anak-anak merupakan pengajian yang paling aktif diselenggarakan secara rutin.
Kegiatan pembelajaran sosial yang ada di Pekon Pahmungan pada umumnya dilakukan dengan dampingan LATIN Lembaga Alam Tropika
Indonesia bersama Persatuan Masyarakat Petani Repong Damar PMPRD sebagai mitra dampingan LSM tersebut. Kegiatan pembelajaran sosial tersebut
penting bagi masyarakat karena mampu menjadi sarana untuk berbagi pengetahuan antara penduduk dengan pihak lain. Proses pembelajaran sosial
tersebut juga telah meningkatkan kesadaran penduduk tentang pentingnya repong damar mereka tidak hanya bagi mereka sendiri tetapi juga bagi dunia. Proses
pendirian PMPRD sampai pengelolaannya sekarang adalah proses pembelajaran sosial yang luar biasa bagi beberapa penduduk Pekon Pahmungan yang terlibat.
Masalah yang muncul kemudian adalah tenyata ada kecemburuan dari penduduk yang tidak terlibat, dan ada bagian dari proses pembelajaran sosial yang tidak
semulus harapan sehingga ada konflik yang menimbulkan perpecahan di kalangan pengurus PMPRD sendiri. PMPRD adalah lembaga yang didirikan oleh LSM-
LSM yang peduli dengan keberlangsungan repong damar di Krui. Anggota PMPRD adalah perwakilan petani repong damar dari pekon-pekon di seluruh
Krui. Proses pembelajaran sosial lain misalnya adalah dalam pendirian dan
pengelolaan radio komunitas di Pekon Pahmungan. Pendirian dan pengelolaan
radio komunitas ini didampingi oleh LATIN. Penulis saat itu terlibat dalam pendampingan pendirian radio komunitas tersebut selama dua bulan. Penduduk
Pekon Pahmungan mengakui bahwa mereka mendapat banyak pelajaran dalam
pengelolaan radio komunitas tersebut. Pengurus radio komunitas tersebut adalah penduduk Pekon Pahmungan, terutama para pemuda dan pemudi. Para tetua
terlibat sebagai pengawas radio komunitas. Dalam diskusi-diskusi yang berlangsung, penduduk Pekon Pahmungan terlihat antusias untuk mendiskusikan
masalah-masalah radio. Mereka menyampaikan pendapat mereka secara bebas dan diskusi terasa cukup alot. Masalah jender yang masih terasa adalah bahwa
seperti halnya yang terjadi di desa-desa, penduduk perempuan kurang mendapat tempat di dalam diskusi dan mereka cenderung masih dianggap sebagai kelas
kedua. Dalam diskusi yang melibatkan perempuan pun, para perempuan cenderung untuk diam.
Kegiatan-kegiatan pendidikan informal dan pembelajaran sosial yang berlangsung di Pekon Pahmungan penyelenggaraannya dipengaruhi oleh
peratin
31
. Masyarakat mengakui ketika masa jabatan peratin yang dahulu 1995- 2000 sebelum peratin yang sekarang 2000-2005, kegiatan-kegiatan seperti
sepak bola, pengajian dan pencak silat jauh lebih semarak daripada sekarang. Peratin
yang dahulu menurut penduduk lebih berwibawa dan mampu membimbing seluruh penduduk, dari anak-anak, remaja yang terhimpun dalam
Karang Taruna sampai ibu-ibu dan bapak-bapak. Areal Pekon Pahmungan dibagi menjadi tiga dusun, pembagian ini sempat
menimbulkan masalah di kalangan penduduk. Para tetua takut kalau dilakukan pemisahan seperti itu akan menimbulkan perpecahan. Saat ini hal yang
menunjukkan perpecahan salah satunya adalah gotong royong yang cenderung dilakukan per dusun. Misalnya jalanan rusak di Dusun I maka penduduk yang
mengikuti gotong royong sebagian besar adalah penduduk Dusun I, walaupun acara gotong royong tersebut sudah diumumkan untuk seluruh penduduk
Pahmungan di Masjid. Hal ini seperti yang diutarakan oleh seorang pemangku adat bernama Pd:
31
Peratin adalah istilah lokal untuk menyebut kepala desa.
”Saya mengakui, penduduk di sini memang agak susah untuk diajak gotong royong jika tidak merasa merasa mendapat manfaat langsung atau berada di lingkungan
dusunnya. Seperti waktu kerjabakti untuk mbagusin jalan di depan itu jalan Pekon Pahmungan yang terletak di wilayah Dusun 1-penulis susah banget. Hanya orang-
orang Dusun 1 yang mau datang, padahal yang melewati jalan itu tiap hari kan bukan penduduk Dusun 1 saja. Saya juga sudah mengumumkan lewat mesjid pas
jum’atan, tapi ya itu tadi Mbak, tetep pada agak males. Mereka baru mau benar- benar turun saat saya memanggil tim ABRI Masuk Desa AMD, mereka takut
kalau tidak ikut bantu-bantu akan kena hukum. Padahal kebetulan saja saya dekat sama kepala Kodim kecamatan terus katanya memang program kayak gini
program pembuatan fasilitas desa-penulis bisa dibantu sama AMD, ya saya telpon saja. Saya pengin ketawa kalau ingat hal itu.” Wawancara 5 Juni 2005
Penggunaan areal Pekon Pahmungan dapat dilihat dalam transek lahan berikut ini.
Gambar 7.
Transek Penggunaan Lahan Pekon Pahmungan
Sumber: Forum Komunikasi Kehutanan Masyarakat Faswil Lampung FKKM Lampung, 2002, halaman 75
Dari transek lahan tersebut dapat dilihat jika mata pencaharian utama penduduk adalah dari getah damar. Selain itu terdapat juga komoditi lain yang
menjadi sumber nafkah yaitu, padi, kelapa, pinang, petai, durian, duku, tangkil melinjo, jengkol, jeruk, dan nangka. Padi adalah komoditi yang hanya dimiliki
oleh sebagian kecil orang, karena luasan sawah di Pekon Pahmungan sangat terbatas dan tidak semua penduduk memilki keahlian menanam padi. Biasanya
Sumber: Dokumentasi Astrid Nurfitria
Gambar 8.
Pohon Buah Durian di Dalam Repong penduduk yang memiliki sawah juga masih mengandalkan getah damar untuk
mencukupi kebutuhan sehari-harinya, baik sebagai pemilik atau buruh. Jumlah pemilik tanah perkebunan adalah 204 orang, buruh perkebunan sekitar 25 orang.
Jumlah buruh yang sedikit dikarenakan tidak semua petani damar memburuhkan repong
mereka. Mereka biasa mengelola sendiri bersama dengan anggota keluarganya. Pemilik tanah sawah 20 orang, pemilik tanah tegal 10 orang dan
penyewa sawah atau tegal sekitar 15 orang Buku Profil Pekon Pahmungan, Kecamatan Pesisir Tengah Krui, Kabupaten Lampung Barat, Tahun 2003. Dari
jumlah pemilk tanah perkebunan tersebut jika luasan repong dibagi jumlah pemilik maka rata-rata maka kepemilikan lahan repong damar adalah 2500204 =
12,25 ha per kepala keluarga. Berikut ini adalah gambar komoditi lain selain getah damar yang dimiliki penduduk Pekon Pahmungan.
Mata pencaharian utama penduduk Pekon Pahmungan sebagai petani damar memiliki pengaruh yang sangat besar pada gaya hidup mereka. Mereka sendiri
mengakui bahwa bertani damar cenderung membuat mereka menjadi malas. Hal ini dikarenakan getah damar baru dapat dipanen tiga minggu - sebulan sekali, dan
mereka tidak perlu setiap hari merawat pohon damar seperti untuk padi sawah. Sisa waktu yang terluang jika mereka sedang tidak mengambil getah masih sangat
banyak dan biasanya mereka gunakan untuk duduk-duduk, ngobrol-ngobrol dan
main kartu. Hal ini tidak berlaku bagi penduduk yang tidak memiliki repong damar sendiri. Mereka biasanya memiliki lebih banyak kegiatan karena mereka
tidak akan mendapatkan apapun jika mereka tidak bekerja keras. Penduduk ini biasanya bekerja untuk orang lain, seperti upahan mengambil getah damar,
mengangkut getah damar dari repong ke pemukiman, mengangkut kayu atau menyortir damar di gudang. Terdapat pembagian kerja yang jelas antara laki-laki
dan perempuan dalam pengelolaan getah damar. Mengambil getah damar yang masih di pohon dilakukan oleh para lelaki muda dan dewasa dan perempuan yang
masih muda. Mengambil lahang sisa getah damar yang jatuh ke tanah dilakukan oleh anak-anak baik perempuan atau laki-laki dan para perempuan muda, dan
menyortir damar dilakukan hanya oleh perempuan baik yang muda atau dewasa. Erosi di seluruh wilayah pekon relatif rendah meskipun terdapat lereng yang
relatif curam antara 50-20. Hal ini dimungkinkan karena akar-akar dari pepohonan dalam repong yang padat dan hampir sesuai dengan ekosistem asli
hutan mampu menahan terjadinya erosi tanah. Hutan kawasan TNBBS Taman Nasional Bukit Barisan Selatan yang
dimaksud dalam transek adalah kawasan hutan yang terletak berbatasan langsung dengan wilayah pekon, bukan di wilayah Pekon Pahmungan. Baris pemanfaatan
yang dimaksud adalah pemanfaatan lahan, sehingga baris tersebut kosong di kolom hutan kawasan TNBBS karena memang penduduk tidak melakukan
pengolahan lahan hutan kawasan. Namun, masih terdapat beberapa masalah di sana, yaitu perburuan binatang seperti kijang dan burung yang dilakukan
penduduk pekon Wawancara dengan Field Officer LATIN untuk wilayah Krui, Lampung Barat, 31 Desember 2005.
Permasalahan lain yang dihadapi penduduk Pekon Pahmungan adalah pemasangan patok HPT Hutan Produksi Terbatas dan pencurian getah damar di
wilayah repong damar mereka. Definisi HPT sendiri adalah luasan kawasan hutan yang meliputi 21 dari luas kawasan hutan. Kawasan ini ditujukan untuk untuk
produksi kayu dalam jumlah terbatas dengan mempertimbangkan aspek lingkungan Nurrochmat, 2005. Patok yang ditanam pada masa pemerintahan
Suharto tahun 1995 tersebut sangat meresahkan warga karena mereka merasa
mendapatkan lahan tersebut dari warisan nenek moyang yang menanam pohon damar, hal ini menurut mereka dapat dilihat dari beberapa pohon di dalam repong
mereka yang sudah berumur ratusan tahun, pohon-pohon ini sengaja tidak ditebang untuk mengingat nenek moyang mereka, meskipun sudah tidak lagi
mampu menghasilkan getah. Pohon-pohon lain yang masih berproduksi umumnya berumur di bawah 100 tahun. Setiap kali pohon damar sudah tidak lagi
berproduksi, ia akan ditebang dan digantikan oleh pohon baru. Untuk mengakomodir perbedaan persepsi akan status lahan antara penduduk lokal
dnegan pemerintah ini, pemerintah kemudian memutuskan dengan keputusan Menteri Kehutanan Nomor 47 Kpts-II1998. Keputusan ini menetapkan lahan
yang selama ini menjadi bagian penghidupan masyarakat petani damar Krui menjadi suatu kawasan lindung yang oleh negara diperbolehkan dikelola seperti
aturan-aturan yang telah ditetapkan. Kawasan lindung ini disebut dengan Kawasan dengan Tujuan Istimewa KDTI. Namun, masyarakat tetap tidak mau
menerima status KDTI tersebut dan tetap menuntut pengembalian hak atas tanah marga mereka tersebut FKKM Lampung, 2002.
Pencurian getah damar di dalam repong bisanya dilakukan oleh generasi muda Pekon Pahmungan sendiri. Hal ini mereka lakukan karena mereka tidak
memiliki pekerjaan, sedangkan mereka membutuhkan uang untuk kebutuhan sosial mereka, seperti untuk jalan-jalan, minum minuman beralkohol atau bermain
judi dalam skala kecil di antara mereka sendiri. Kondisi ekonomi penduduk Pekon Pahmungan menurut mereka sendiri
termasuk biasa-biasa saja. Menurut mereka semiskin-miskinnya penduduk Pekon Pahmungan tidak ada yang sampai kelaparan. Berdasarkan observasi penulis,
kondisi ekonomi penduduk Pekon Pahmungan memang terlihat wajar. Rata-rata mereka tidak terlalu berlebihan dan tidak terlalu kekurangan, tidak terlihat
kesenjangan yang sangat mencolok antara yang kaya dan yang miskin.
Gambar 9. Kalender Musim Pekon Pahmungan
Bulan Jenis Tanaman
1 2
3 4
5 6
7 8
9 10
11 12
Getah Damar Durian
Duku Petai
Jengkol Tangkil
Padi
Sumber: Forum Komunikasi Kehutanan Masyarakat Faswil Lampung, 2002, halaman 76
Dari kalender musim pekon tersebut dapat dilihat jika getah damar bisa dipanen sepanjang tahun, sedang buah dipanen di awal dan penghujung
tahun. Durian biasa dipanen pada bulan November dan Desember. Duku biasa dipanen pada bulan Januari, Februari dan Maret. Petai dipanen pada
bulan Februari dan Maret. Jengkol dipanen pada bulan Oktober, November dan Desember. Tangkil melinjo dipanen pada bulan Januari, Februari dan
Maret. Padi sesuai kalender musim tahun 2002 tersebut dapat dipanen pada bulan Oktober, November dan Desember, tetapi pengalaman penulis di
lapangan selama penelitian menunjukkan bahwa padi saat ini sudah dapat dipanen sampai tiga kali setahun dengan teknik irigasi.
Getah damar merupakan sumber mata pencaharian utama penduduk. Penduduk memiliki persepsi kuat tentang posisi getah damar sebagai tiang
penyangga utama perekonomian mereka. Hal ini membuat mereka selalu merasa aman sepanjang tahun meskipun pada bulan April - September mereka tidak
mendapatkan hasil lain kecuali dari getah damar. Penduduk cenderung menganggap keberadaan komoditas lain sebagai hasil tambahan.
Kalender musim tersebut menunjukkan kestabilan ekonomi penduduk Pahmungan sepanjang tahun. Tidak seperti petani sawah yang hanya mendapatkan
penghasilan saat musim panen saja, petani damar mendapatkan penghasilannya sepanjang tahun.
3.4 Ikhtisar