seperi butetah dan hahiwang sejenis sajak yang dilagukan dikuasai oleh satu orang penduduk saja. Kesenian ini hanya ditampilkan di saat-saat tertentu seperti
pernikahan saja. Selain itu terdapat kesenian bedikar yang masih ditampilkan secara rutin di
setiap acara pernikahan. Kesenian ini ditampilkan oleh bapak-bapak. Kesenian ini menampilkan tahlilan yang dilagukan dan didiringi rebana. Berikut ini adalah
gambar saat kesenian bedikar dalam sebuah hajatan pernikahan di Pekon Pahmungan.
4.2.3.2 Tantangan untuk Penyadaran Masyarakat
Sampai saat ini proses penyadaran masyarakat untuk bangkit dan menjadikan ekowisata sebagai salah satu jalan untuk memajukan pekon masih
membutuhkan pendamping yang mampu merangkul semua kalangan masyarakat. Sebagian masyarakat memang sudah siap mendukung pelaksanaan pengembngan
ekowisata berbasis komunitas ini, namun dukungan ini akan kurang optimal jika ada sebagian masyarakat yang lain tidak mendukung. Sebagian masyarakat Pekon
Pahmungan memiliki pemikiran cenderung untuk hanya melihat keuntungan jangka pendek dalam bentuk materi.
Selain itu, sebagian masyarakat yang apatis ini terutama berasal dari sedikit golongan tua yang pernah terlibat dalam pengelolaan organisasi sebelumnya di
Gambar 12. Pertunjukan Kesenian Bedikar
Sumber: Dian Ekowati
Pekon Pahmungan. Mereka menunjukkan rasa pesimis karena pengalaman
sebelumnya menunjukkan selalu ada agenda politik tersembunyi dalam setiap program pembangunan yang ditawarkan kepada masyarakat. Mereka cenderung
punya prasangka kegiatan ini tidak murni untuk kemajuan masyarakat Pekon Pahmungan, tetapi memiliki agenda tersembunyi untuk kepentingan kelompok
tertentu. Jumlah penduduk golongan tua ini memang tidak banyak. Namun pendapat-pendapat mereka berpengaruh secara psikologis terhadap khalayak.
4.2.3.3 Terpecahnya Masyarakat dalam Golongan-Golongan
Hal ini merupakan tantangan bagi pengorganisir masyarakat untuk mampu memetakan berbagai golongan dan kepentingan yang ada di dalam masyarakat
Pekon Pahmungan. Sampai saat penulis menyelesaikan penelitian di lapang,
terdapat tiga kelompok kepentingan yang terbaca di Pekon Pahmungan. Yaitu dari pihak pemerintahan, karang taruna dan kelompok radio komunitas. Masing-
masing kelompok ini memiliki komunitas sendiri. Dalam Focus Group Discussion untuk penggalian informasi dan masalah, penulis melibatkan ketiga kelompok
tersebut. Perwakilan yang datang adalah ketua dan wakil ketua Lembaga Himpun Pekon
LHP dari pihak pemerintah, ketua dan wakil ketua karang taruna, dan direktur serta wakil direktur radio komunitas Suara Petani.
Selain ketiga kelompok tersebut, mereka menyatakan bahwa di Pekon Pahmungan terdapat para tetua adat sebagai pemimpin informal yang memiliki
pengikut masing-masing. Sebagian dari tetua adat inilah yang termasuk dalam golongan apatis terhadap kegiatan-kegiatan pengorganisasian rakyat. Para tetua
adat ini terutama terpisahkan karena pemisahan dusun.
4.2.3.4 Suasana Politik di Krui