kapasitas bukan hanya berdasarkan dengan kondisi faktual masyarakat yang ada saat ini, tetapi juga potensi-potensi yang mereka miliki saat ini, termasuk
pemahaman dan pemaknaan mereka terhadap potensi diri dan fisik yang ada di lingkungan mereka
40
. Potensi-potensi tersebut memiliki kemungkinan besar untuk terus berkembang dan mengembangkan masyarakat menjadi lebih baik.
5.1 Kemampuan Menjadi Tuan Rumah Penginapan
Penduduk Pekon Pahmungan sejak dahulu
41
memang sudah sering menerima pengunjung, baik dari luar pekon maupun dari dalam pekon. Dikatakan
”sering” karena dalam konteks tamu yang berupa pedagang, setiap minggu pedagang-pedagang tersebut menumpang menginap di rumah penduduk di Pekon
Pahmungan. Biasanya pengunjung dari dalam pekon adalah orang-orang yang tinggal di repong
42
yang turun saat ada hari-hari pasar. Sebelum tahun 1990, saat jalan yang menghubungkan Pekon Pahmungan dengan Pasar Krui belum diaspal,
ada hari tertentu dalam seminggu yaitu hari Kamis yang menjadi hari pasar. Jarak Pekon Pahmungan dengan Pasar Krui kurang lebih 5 km. Setelah jalan yang
menghubungkan Pekon Pahmungan dan Pasar Krui diaspal, waktu tempuh yang dibutuhkan kurang lebih sekitar 10 menit dengan menggunakan sepeda motor.
Saat hari pasar tersebut orang-orang dari dalam repong turun dan melakukan transaksi jual beli di Dusun 2. Walaupun tempat melakukan transaksi jual beli
adalah di Dusun 2, tetapi para pedagang yang datang dan menumpang menginap menyebar di ketiga dusun di Pekon Pahmungan.
Selain orang-orang dari Pekon Pahmungan sendiri, ada juga orang dari luar pekon yang ikut berjualan di sana. Orang yang dimaksud dari luar pekon adalah
40
Hal ini sesuai dengan metode kualitatif yang dipilih oleh penulis, yang mana istilah kualitatif menunjuk kepada suatu penekanan pada proses-proses dan makna-makna yang tidak diuji atau
diukur secara ketat dari segi kuantitas, jumlah, intensitas, ataupun frekuensi. Peneliti-peneliti kualitatif memberi penekanan pada sifat bentukan sosial realitas, hubungan akrab antara peneliti
dan apa yang dikajinya, dan kendala-kendala situasional yang menyertai penelitian, para peneliti memberi penekanan pada sifat sarat nilai dari penelitian. Mereka mencari jawaban atas pertanyaan
yang menekankan bagaimana pengalaman sosial dibentuk dan diberi makna. Sitorus, 1998
41
”Dahul u” seperti diutarakan para informan, ketika penulis menanyakan kira -kira mulai tahun berapa, salah satu informan yang berumur sekitar 65 tahun menjawab ”aduh tahun berapa kurang
tahu ya Mbak, yang jelas sudah turun temurun, saat saya masih segede dia juga sudah ada”. Katanya sambil menunjuk cucunya yang berumur 6 tahun.
42
Repong adalah istilah lokal dalam Bahasa Lampung untuk kebun. Alasan penduduk lebih memilih untuk menggunakan istilah repong adalah karena repong ditanami dengan berbagai jenis
tanaman, tidak seperti istilah kebun yang merujuk pada satu jenis tanaman saja.
berasal dari sekitar Pekon Pahmungan, yaitu dari Pekon Sukanegara, Pekon Ulu Krui, Pekon Fajar Bulan, dan Pekon Gunung Kemala. Pekon Sukanegara adalah
pekon yang berbatasan langsung dengan Pekon Pahmungan sebelah barat. Pekon Ulu Krui terletak setelah Pekon Sukanegara. Pekon ini terletak di antara Pekon
Sukanegara dan Pekon Gunung Kemala. Pekon Fajar Bulan terletak di sebelah utara Pekon Pahmungan, dipisahkan oleh Way Ngison. Pekon Gunung Kemala
adalah pekon terjauh dari Pekon Pahmungan, yaitu terletak setelah Pekon Ulu Krui. Saat ini Pekon Gunung Kemala dapat dicapai dari Pekon Pahmungan dalam
waktu 20 – 30 menit dengan menggunakan sepeda motor. Saat itu mereka mendatangi Pekon Pahmungan dengan berjalan kaki dengan menggendong barang
yang akan mereka jual, menggunakan gerobak yang ditarik kerbau, atau ada beberapa yang menggunakan sepeda. Pemilihan alat transportasi atau untuk
berjalan kaki bukan berdasarkan jauhnya jarak yang harus mereka tempuh, tetapi disesuaikan dengan fasilitas yang mereka miliki.
Orang-orang dari dalam repong atau dari luar pekon tersebut biasanya datang sore hari dan menginap di rumah penduduk Pekon Pahmungan di wilayah
pemukiman, sehingga paginya dapat langsung berjualan. Sebagian penduduk Pekon
Pahmungan yang tinggal di dalam repong memang memiliki rumah di wilayah pemukiman dan anjung di dalam repong adalah rumah kedua mereka.
Namun, sebagian lagi memang tinggal di dalam repong dan tidak memiliki rumah di wilayah pemukiman. Biasanya orang-orang yang tidak memiliki rumah di
wilayah pemukiman adalah penduduk pendatang dan tinggal di dalam repong yang jauh dari wilayah pemukiman. Penduduk yang bukan penduduk pendatang
masih memiliki rumah orang tua mereka di pemukiman saat mereka turun
43
ke kampung. Pemilihan tempat rumah untuk menginap ini mungkin berdasarkan
hubungan saudara, maupun asal daerah dengan tuan rumah, tetapi ada pula yang belum saling mengenal sebelumnya.
Orang yang datang ke Pekon Pahmungan biasanya datang secara berkelompok sebanyak dua sampai lima orang. Satu rombongan menginap di satu
rumah bersama-sama. Orang-orang tersebut biasanya hanya sekedar menginap
43
Dikatakan ”turun” karena wilayah repong terletak daerah berlereng yang lebih tinggi daripada wilayah pemukiman
dan tidak membayar. Pemilik rumah biasanya memberi mereka air minum dan makanan sekedarnya, yaitu nasi dan sayur sesuai yang dimasak oleh tuan rumah.
Tidak ada tarif tertentu yang harus dibayar oleh orang yang menginap, namun biasanya mereka memberi buah-buahan dan atau sayur-sayuran. Jumlah sayur dan
atau buah yang diberikan biasanya cukup untuk makan sehari seluruh anggota keluarga yang berjumlah lima orang, sekitar dua sampai empat ikat sayur
kangkung, bayam, sawi atau yang lain sesuai dengan sayur yang dibawa atau setengah sampai satu plastik buah rambutan, duku, atau yang lain sesuai
musimnya. Hubungan itu tidak dianggap sebagai hubungan usaha oleh tuan rumah, tetapi sebagai hubungan persaudaraan. Dalam beberapa kasus, hubungan
darah dengan tuan rumah memang sudah dimiliki oleh sebagian pengunjung, namun pada sebagian pengunjung yang lain walaupun pada awalnya pengunjung
dan tuan rumah tidak saling mengenal, setelah proses menginap ini berjalan hubungan mereka menjadi dekat. Hal ini ditunjukkan dengan kedatangan orang
yang biasa menginap jika tuan rumah melaksanakan hajatan walaupun berbeda pekon dan tidak saling mengenal sebelumnya. Hubungan persaudaraan tersebut
dinyatakan oleh An sebagai berikut:
”Ya kita orang sudah seperti saudara jadinya sama yang numpang minep menginap-penulis itu. Padahal kita tidak ada hubungan darah sama sekali. Kalau
mereka datang ke sini ya pasti minepnya di rumah saya. Kita masih dikabari kalau ada yang meninggal atau ada hajatan. Buktinya kemarin pas hajatan pak Tp ada
orang dari Penengahan datang kan? Itu ya dulu yang numpang minep di rumahnya. Padahal kan sudah lama juga mereka tidak ke sini, tapi ya tahu juga.” Wawancara
30 Mei 2005
Sejak tahun 1990 jalan sudah diaspal sehingga penduduk Pekon Pahmungan tidak lagi melakukan transaksi jual beli di pasar Pekon Pahmungan yang hanya
ada sekali setiap minggu tersebut, tetapi penduduk langsung pergi ke Pasar Krui dengan angkutan umum atau sepeda motor yang hanya membutuhkan waktu 10
sampai 15 menit. Sejak itu, pasar hari Kamis di Pekon Pahmungan menjadi sepi, dan pedagang yang masih berjualan tinggal sekitar lima sampai sepuluh orang
yang merupakan penduduk asli Pekon Pahmungan. Saat ini pengunjung banyak datang dari luar pekon pada saat musim panen
buah duku, pada awal tahun, bulan Januari, Februari dan Maret dan musim panen buah durian pada akhir tahun, bulan November dan Desember. Pengunjung yang
datang adalah pembeli buah dalam jumlah besar untuk dijual kembali sehingga mereka membawa kendaraan berupa pick up atau truk, atau pengunjung yang
hanya ingin membeli dalam jumlah kecil untuk konsumsi pribadi dan membawa mobil pribadi atau bahkan motor. penduduk Pahmungan menyatakan bahwa jika
musim panen duku atau durian, suasana di atas repong jauh lebih ramai daripada di kampung, seperti suasana Lebaran. Suasana yang ramai, selain oleh para
penjual buah yang membeli buah dari petani, juga oleh pengunjung biasa yang sekedar mencari buah untk dimakan langsung. Hal ini disebabkan oleh adanya
kesepakatan tidak tertulis bahwa jika buah pada pohon di dalam repong sudah matang, maka orang lain yang bukan pemilik boleh mengambilnya untuk
dikonsumsi sendiri setelah meminta izin kepada pemiliknya. Pemilik pohon tidak akan menolak karena akan merasa sungkan, tetapi jika diketahui orang yang
meminta buah tersebut bertujuan untuk menjual lagi buahnya, pemilik berhak untuk menolak permintaannya. Dari kondisi ini terlontar ide dari penduduk bahwa
pengembangan wisata dapat dimulai dengan menggunakan momen panen buah tersebut. Hal ini sesuai dengan diutarakan oleh Mn 38 tahun:
”Saya dan teman -teman di sini sempat berfikir. Kalau pada saat panen buah yang orang-orang datang dari luar pekon itu ramai banget, kita membuat tiket yang harus
dibayar saat mereka masuk repong. Lumayan juga mungkin ya Mbak, setidaknya bisa untuk biaya perawatan jalan.” Wawancara 13 Maret 2005
Saat ini memang sudah terdapat sebuah jalan yang walaupun masih terbuat dari batu-batu yang ditanam ke tanah
44
, tetapi sudah dapat dilewati sepeda motor. Para pengunjung yang membeli buah untuk dijual kembali biasanya
membutuhkan waktu satu sampai tiga hari untuk memenuhi truk mereka. Jika mereka tinggal lebih dari satu hari di Pekon Pahmungan, maka mereka harus
menginap di sana. Selain menginap di anjung-anjung
45
yang ada di dalam repong, mereka biasa datang dan menginap di rumah-rumah penduduk. Dasar pemilihan
untuk tinggal di anjung adalah untuk menunggu pohon-pohon buah yang sudah
44
Jalan ini dibuat oleh masyarakat secara swadaya. Penduduk yang merintis jalan ini adalah penduduk yang memiliki repong jauh dari wilayah pemukiman, sekitar dua – tiga jam berjalan
kaki. Setelah jalan selesai dibuat, dia dapat menghemat tenaga dan waktunya. Dengan menggunakan sepeda motor dari pemukiman sejauh jalan yang dibuat, disambung dengan berjalan
kaki sampai ke anjungnya, dia membutuhkan waktu 30 – 45 menit.
45
Anjung adalah istilah untuk menyebut tempat tinggal sementara penduduk di dalam repong. Anjung
dibuat dari kayu, bukan berupa bangunan permanen.
mereka bayar karena ada kekhawatiran bahwa buahnya akan dicuri orang lain. Biasanya hal ini berlaku untuk repong-repong yang cukup jauh dari pemukiman.
jika pohon buah terletak di pinggir repong yang dekat dengan pemukiman, biasanya pembeli memilih menginap di rumah penduduk. Penduduk Pekon
Pahmungan menyatakan hal ini memang sudah berlangsung dari tahun ke tahun sehingga mereka sudah terbiasa.
Di Pekon Pahmungan sudah ada rumah-rumah tertentu yang dijadikan tujuan para pembeli buah ini. Rumah-rumah ini dipilih bukan karena kelengkapan
fasilitas rumah, tetapi karena rumah cukup luas
46
dan tuan rumah bersedia menampung
47
. Tuan rumah tidak mengadakan persiapan khusus untuk para pengunjung ini. Mereka tidur di lantai yang beralaskan tikar dan makan sesuai
yang dimasak tuan rumah. Untuk penginapan ini tuan rumah tidak memberlakukan tarif khusus. Pengunjung membayar untuk makanan yang mereka
makan tanpa menghitung biaya penginapan, selain itu mereka biasa memberi buah-buahan yang mereka panen pada tuan rumah.
Di samping para pengunjung pada musim panen buah ini, para mahasiswa dari Bandar Lampung juga secara rutin datang ke Pekon Pahmungan setiap tahun
untuk melaksanakan praktikum atau Kuliah Kerja Nyata dan mereka biasa menginap di rumah penduduk tanpa membayar. Penduduk tetap menerima mereka
dengan baik. Menurut informan yang rumahnya dipakai untuk menginap, penduduk menerima para mahasiswa tersebut tanpa mengharapkan balasan dunia
akan tetapi mengharap pahala untuk akhirat. Hal ini dinyatakan Jr:
”Kalau kita orang mengharapkan uang, ya tidak ada yang mau nerima mahasiswa - mahasiswa itulah. Tapi kita kan juga ingat kita punya anak yang jauh. Mungkin
kalau kita berbuat amal di sini, anak kita juga akan ditolong orang. Itung-itung kan buat keuntungan akhirat Mbak, hidup kan tidak Cuma sekarang saja tapi juga ada
nanti.” Wawancara 18 Mei 2005
Konteks penginapan untuk para pengunjung yang berupa pedagang dan mahasiswa ini memang berbeda dengan konteks penginapan dalam
pengembangan ekowisata, di sini penulis ingin menggambarkan sifat-sifat
46
Luas rumah di Pekon Pahmungan tidak identik dengan tingkat ekonomi pemilik rumah. Ciri fisik yang membedakan kondisi rumah penduduk kaya dan miskin adalah fasilitas yang terdapat di
dalamnya ada tidaknya kamar mandi dan peralatan rumah tangga seperti lemari es, telepon, mesin cuci, televisi, radio, setrika, kompor, dll
47
Kebersediaan menampung ini terkait erat dengan sikap keterbukaan penduduk.
penduduk Pekon Pahmungan dalam proses penerimaan pengunjung. Sifat-sifat keterbukaan, yang mana tanpanya maka pengunjung yang datang tidak akan bisa
menginap di rumah penduduk Pekon Pahmungan. Kebiasaan menumpang menginap ini menunjukkan sikap keterbukaan dan penerimaan penduduk Pekon
Pahmungan kepada orang yang bahkan belum mereka kenal. Pekon Pahmungan merupakan salah satu tempat tujuan studi banding
pengelolaan damar, baik yang diselenggarakan oleh Pemerintah Daerah, akademisi atau LSM. Hal ini seperti yang diutarakan oleh Pd 55 tahun, seorang
pemuka adat Pekon Pahmungan:
”Di sini memang tamu -tamu sudah sering datang Mbak. Masyarakat di sini juga sudah tidak kaget lagi kalau melihat ada orang luar yang berjalan-jalan di
perkampungan. Mungkin kalau belum terbiasa masyarakat akan ada kaget atau malah takut kalau ada orang luar yang datang dan menginap di pekonnya.
Contohnya ya kemarin itu mbak lihat sendiri ada bule yang datang, mbak juga ikut mandu kan kemarin? Bulan kemarin saya juga sempat mengurus mahasiswa dari
Lampung yang mau neliti hutan itu, ada 80 orang. Mbak sempat ketemu tidak?”. Wawancara 5 Juni 2005
Tempat lain sebagai tujuan studi tentang repong damar adalah Pekon Gunung Kemala, Pekon Melaya, Pekon Penengahan dan pekon-pekon lain di
Pesisir Tengah Krui. Pekon yang paling sering menjadi tujuan adalah Pekon Pahmungan dan Gunung Kemala. Hal ini mungkin karena lokasi mereka yang
lebih strategis dan dekat dengan pusat kecamatan dari pekon-pekon lain dan terdapatnya person kontak yang lebih mempermudah proses studi banding. Person
kontak tersebut telah direkomendasikan dari mulut ke mulut antar pihak yang akan
mengunjungi Krui. Fungsi person kontak adalah sebagai tempat tujuan pertama saat pengunjung datang ke Pekon Pahmungan. Biasanya jika pengunjung berasal
dari kalangan LSM dan peneliti yang menjadi bagian dari jejaring LSM, maka person
kontak akan berasal dari penduduk yang memiliki hubungan erat dan atau menjabat menjadi pengurus PMPRD Persatuan Masyarakat Petani Repong
iDamar. Pengunjung lain yang mungkin berasal dari kalangan pemerintahan dan akademisi dari universitas-universitas di Lampung akan memiliki person kontak
dari kalangan pemerintahan desa atau Dinas Kehutanan. Pemilihan tuan rumah untuk menjadi tempat menginap para pengunjung
biasanya didasarkan atas rekomendasi person kontak dengan pertimbangan kondisi rumah dan sikap tuan rumah. Kondisi rumah yang paling sering dijadikan
dasar pertimbangan adalah ada tidaknya kamar mandi di rumah tersebut. Hal ini penting karena tidak semua penduduk Pekon Pahmungan memiliki kamar mandi.
Pertimbangan harus adanya fasilitas kamar mandi adalah karena fasilitas tersebut sangat vital bagi pengunjung. Hampir semua pengunjung
48
, membutuhkan fasilitas kamar mandi di rumah yang mereka tinggali. Mereka akan lebih memilih
tinggal di penginapan di daerah Pasar Krui yang relatif jauh dari Pekon Pahmungan dan harus menggunakan transportasi lagi untuk sampai ke Pekon
Pahmungan daripada tinggal di Pekon Pahmungan dan dekat dengan tempat studi banding mereka tetapi tanpa ada fasilitas kamar mandi.
Menurut informan, tidak memiliki fasilitas kamar mandi bukan karena ketidakmampuan masyarakat untuk membangun kamar mandi tetapi lebih pada
budaya untuk melakukan kegiatan MCK mandi, cuci, kakus di sungai. Sering ditemui penduduk yang sudah memiliki kamar mandi di rumahnya, tetapi lebih
memilih untuk mencuci dan mandi di sungai. Kegiatan MCK bersama-sama sudah menjadi ajang untuk saling bercengkerama. Hal ini sering dikeluhkan oleh
pengunjung dan juga oleh beberapa penduduk Pekon Pahmungan sendiri yang memiliki kesadaran akan kebersihan lingkungan biasanya mereka berasal dari
kalangan pejabat desa atau penduduk dengan latar belakang pendidikan cukup tinggi, sampai ke perguruan tinggi.
Seorang pengunjung dari luar negeri bahkan ada yang melontarkan pendapat bahwa apa yang penduduk lakukan MCK di sungai adalah sangat menjijikkan.
Menurut mereka, hal pertama yang harus dilakukan jika benar akan dikembangkan ekowisata adalah penyadaran kepada penduduk terlebih dahulu
akan pentingnya kebersihan lingkungan. Pendapat lain menyatakan bahwa jika ekowisata memang benar-benar sudah berkembang maka penduduk secara
otomatis akan malu untuk melakukan kegiatan MCK di tempat terbuka di mana orang berlalu lalang, seperti di sungai.
48
Pengunjung yang mungkin tidak terlalu mempermasalahkan ada tidaknya fasilitas kamar mandi biasanya berasal dari kalangan petani damar dari pekon lain. Mereka biasa datang untuk belajar
teknik pembibitan, penanaman dan pengelolaan damar di Pekon Pahmungan dengan fasilitasi dari organisasi pemerintah, non pemerintah LSM atau swadaya.
Sikap tuan rumah yang dijadikan dasar pertimbangan adalah keterbukaan dan keramahan terhadap pengunjung. Hal ini juga dapat dilihat dari pengalaman
organisasi tuan rumah. Pengalaman organisasi biasanya membentuk sikap keterbukaan dan lebih mudah menerima orang baru dan bertukar pendapat tentang
ide-ide baru mereka. Hal ini dimungkinkan karena selama berorganisasi mereka biasa berdiskusi dan bertukar ide atau informasi untuk memperoleh pemecahan
bersama atas masalah organisasi yang mereka hadapi. Sikap ini mungkin kurang ditemui di penduduk yang kurang aktif di organisasi. Organisasi yang dimaksud
adalah semua organisasi masyarakat, dari yang berskala kecil dalam lingkup pekon radio komunitas, perkumpulan bapak-bapak dalam kesenian bedikar
49
, perkumpulan bapak-bapak dalam perawatan mata air, organisasi pemekonan
sampai yang berskala lebih besar yang melibatkan penduduk di luar pekon PMPRD.
Hasil wawancara dan observasi saat penulis menjadi panitia untuk mencari rumah penginapan bagi peserta pelatihan
50
menunjukkan bahwa biasanya alasan masyarakat menolak untuk menjadikan rumahnya tempat penginapan adalah;
belum terdapat kamar mandi rumahnya, istrinya tidak sempat memasak untuk pengunjung, tidak ada kamar kosong di rumahnya dan sedang repot sehingga
khawatir tidak akan mampu mengurus tamu dengan baik. Mengurus tamu yang dimaksud adalah menyiapkan makan mereka, membersihkan dan merapikan
rumah, dan menyediakan waktu untuk bercakap-cakap dengan para tamu tersebut. Di kalangan penduduk Pekon Pahmungan memang terdapat sebagian
penduduk yang memiliki keinginan besar untuk menerima pengunjung di rumahnya, dan ada sebagian penduduk yang memang tidak mau repot dengan
kedatangan pengunjung di rumahnya. Selama ini memang intensitas kedatangan pengunjung belum terlalu terasa bagi penduduk di luar para person kontak. Ada
hal penting menarik yang perlu dicatat, yaitu saat penulis mencari tuan rumah yang mau menerima pengunjung dari kalangan petani tersebut tanpa menyebutkan
49
Bedikar adalah kesenian tradisional Lampung yang berpa sekumpulan bapak-bapak melagukan ayat-ayat Al Quran dengan menabuh rebana sebgai musik untuk mengiringi.
50
Pelatihan jaringan bagi para petani yang diselenggarakan oleh PMPRD dan LATIN selama tiga hari dua malam pada Bulan April. Peserta yang diundang untuk mengikuti acara ini 24 petani,
tetapi yang hadir hanya 16 orang.
bahwa akan ada pembayaran khusus untuk itu, ada beberapa tuan rumah yang menolak dengan berbagai alasan, seperti rumah sedang repot dan kamar kosong
sudah tidak terurus. Namun, saat peneliti menyatakan bahwa akan ada anggaran tertentu untuk membayar biaya penginapan dan biaya makan peserta selama
menginap, ada yang langsung berubah pikiran dan tidak malu-malu untuk menawarkan diri meskipun pada awalnya menolak.
Penulis menentukan rumah yang akan diinapi setelah berdiskusi dengan seorang person kontak dari PMPRD dan seorang person kontak dari pejabat
pemerintah pekon. Hal utama yang menjadi dasar pertimbangan pemilihan rumah adalah ada tidaknya fasilitas kamar mandi di rumah yang akan diinapi. Rumah
yang dipilih ada tujuh rumah. Satu rumah paling besar untuk tempat tinggal semua panitia, dan enam rumah yang lain untuk para peserta, sesuai jumlah
peserta yang diundang sebanyak 24 orang maka masing-masing rumah mendapat empat pengunjung, ketika akhirnya tidak semua peserta datang menghadiri acara
pelatihan maka masing-masing rumah mendapat dua sampai tiga peserta. Peneliti mendatangi rumah-rumah tersebut satu demi satu dan langsung berbicara kepada
tuan rumah, bapak jika ada atau ibu jika bapak tidak ada. Pengambilan keputusan biasanya dilakukan bersama oleh suami dan istri dalam sebagian besar rumah
tangga, walaupun peran suami tetap lebih dominan. Tetapi pada beberapa rumah tangga, terlihat suami sangat dominan dan tidak membutuhkan pertimbangan istri
dalam mengambil keputusan. Setelah pelatihan selesai dilaksanakan, hasil wawancara penulis dengan para
petani yang menginap di rumah para penduduk menunjukkan bahwa mereka cukup puas dengan pelayanan yang diberikan oleh para tuan rumah. Menurut
mereka dari segi kondisi rumah memang ada beberapa kekurangan karena masalah air dan nyamuk, namun untuk pelayanan tuan rumah mereka sudah cukup
puas, makanan cukup enak dan tuan rumah ramah. Bahkan ada beberapa petani yang menyatakan bahwa makanan yang disediakan agak berlebihan bagi mereka.
Para petani menyarankan kepada panitia agar memberitahu kepada tuan rumah untuk tidak terlalu repot-repot dalam menyediakan makanan yang terlalu
berlebihan bagi mereka.
Selain para petani yang datang untuk pelatihan dan untuk belajar, pengunjung dari luar juga berasal dari kalangan akademisi, peneliti dan LSM.
Menurut para pengunjung yang berasal dari kalangan peneliti, baik peneliti dari dalam dan luar negeri, pelayanan para tuan rumah sudah cukup baik. Dalam hal
ini ada sedikit perbedaan pelayanan yang harus diberikan kepada pengunjung luar dan dalam negeri
51
. Pengunjung dari dalam negeri biasanya lebih menyukai jika tuan rumah mengajak mereka bercengkerama dan bercakap-cakap, dengan begitu
pengunjung merasa lebih dihargai dan menganggap tuan rumah adalah orang yang ramah dan terbuka. Sedangkan bagi peneliti asing, mereka lebih suka jika tuan
rumah menghargai privasi mereka. Mereka akan mengajak tuan rumah berdiskusi jika mereka memang membutuhkannya. Saran pengunjung yang lain adalah
peningkatan pengetahuan tuan rumah. Pengetahuan yang dimaksud adalah pengetahuan yang terkait dengan kondisi repong damar dan hubungan masyarakat
dnegan repongnya di Pekon Pahmungan khususnya, dan Pesisir Krui pada umumnya. Tuan rumah yang memiliki pengetahuan lebih akan menjadikan
pengunjung lebih mudah dalam mendapatkan informasi. Hal ini merupakan nilai tambah yang sangat penting bagi para pengunjung.
5.2 Keterampilan Dasar Berbahasa Inggris