Adapun langkah- langkah metode SQ3R dapat disimpulkan melalui tabel berikut ini:
Tabel 2. 1 Langkah- Langkah Metode SQ3R
Tahapan Aktivitas guru
Aktivitas siswa
Survey a.
Memberikan teks materi kepada setiap
siswa disetiap kelompok.
b. Pada pertemuan
pertama guru membimbing siswa
dalam melakukan tahap survey. Namun pada
pertemuan berikutnya guru memantau siswa
dalam melaksanakan tahap Survey
a. Mencermati secara
singkat judul dan bacaan dari teks materi
yang telah dibagikan kesetiap siswa.
Question Guru memantau siswa
dalam melaksanakan tahapan Question.
a. Membuat pertanyaan
berdasarkan perintah yang tertera pada teks
materi.
Read Memantau siswa dalam
melaksanakan tahap Read a.
Membaca secara aktif teks materi dan
mencermatinya hingga paham dan menemukan
jawaban yang dicari.
Recite Memantau siswa dalam
a. Melalui diskusi dalam
melaksanakan tahap Recite kelompok, peserta
didik menganalisis, menyimpulkan,
informasi yang telah diperoleh kemudian
menjawab pertanyaan yang sebelumnya telah
mereka tulis. b.
Peserta didik berlatih menyelesaikan soal-
soal latihan yang telah disediakan dan
mendiskusikannya bersama teman
kelompok Review
a. Meminta siswa
mengumpulkan tugas kelompok.
b. Memilih perwakilan dari
2 kelompok yang untuk mengkomunikasikan
hasil diskusinya didepan kelas dan menuliskannya
dipapan tulis. c.
Membantu siswa melakukan konfirmasi
terhadap hasil pekerjaan mereka.
a. Mengumpulkan tugas
kelompok.
b.
Siswa bersama guru melakukan konfirmasi
mengenai hal- hal yang belum dipahami, serta
konfirmasi berupa pembahasan soal yang
telah dikerjakan.
4. Metode Pembelajaran Konvensional
Pembelajaran konvensional merupakan pembelajaran yang selama ini masih banyak diterapkan oleh guru ketika mengajar. Pembelajaran
konvensional dilakukan guru dengan langkah- langkah sebagai berikut: 1.
Guru memberikan penjelasan materi 2.
Guru memberikan contoh permasalahan dan penyelesaiannya. 3.
Guru melakukan tanya jawab tentang materi yang sedang dipelajari.
4. Siswa menyimak, mencatat dan mengerjakan tugas- tugas yang
diberikan guru. Pada pembelajaran konvensional ini mengakibatkan siswa menjadi pasif
karena tidak diberi kesempatan untuk berdiskusi dan mengembangkan keberanian untuk mengemukakan pendapat.
Metode mengajar yang biasa digunakan guru dalam pembelajaran konvensional adalah metode pembelajaran yang berpusat pada
guru teacher centered. Dalam metode teacher centered siswa hanya menerima materi pelajaran yang disampaikan oleh guru. Metode ini lebih
mengutamakan hafalan daripada pemahaman, dan lebih mengutamakan hasil daripada proses. Biasanya dalam metode ini, ketika mengajar guru hanya
beracuan pada buku teks yang digunakan disekolah. Pada metode teacher centered, pembelajaran berpusat pada guru
sebagai seorang ahli yang memegang kontrol selama proses pembelajaran, baik or ganisasi, materi, maupun waktu. Guru bertindak sebagai pakar yang
mengutarakan pengalamannya secara baik sehingga dapat menginspirasi dan menstimulisasi siswa. Tetapi, karena begitu pentingnya peran guru, maka
biasanya proses pembelajaran hanya akan berlangsung manakala ada guru. Sehubung dengan proses pembelajaran yang berpusat pada guru, maka
minimal ada tiga peran utama yang harus dilakukan seorang guru, yaitu: a.
Guru sebagai perencana. Sebagai perencana pengajaran, sebelum proses pembelajaran guru
harus menyiapkan berbagai hal yang diperlukan, seperti misalnya materi
pelajaran apa yang akan disampaikan, bagaimana cara menyampaikannya, media apa yang harus digunakan, dan lain sebagainya.
b. Guru sebagai penyampai informasi.
Dalam melaksanakan perannya sebagai penyampai informasi, sering kali guru menggunakan metode ceramah sebagai metode utama. Metode
ini merupakan metode yang dianggap ampuh dalam proses pembelajaran. Karena pentingnya metode ini, maka biasanya guru sudah merasa
mengajar apabila sudah melakukan ceramah, dan merasa tidak mengajar apabila tidak melakukan ceramah.
c. Guru sebagai evaluator.
Sebagai evaluator guru juga berperan dalam menentukan alat evaluasi keberhasilan pembelajaran. Biasanya kriteria keberhasilan proses
pembelajaran diukur dari sejauh mana siswa dapat menguasai materi pelajaran yang disampaikan guru.
44
B. Hasil- hasil Penelitian yang Relevan
Sebelum peneliti melakukan penelitian tentang pengaruh metode SQ3R terhadap Kemampuan Komunikasi matematik siswa, terlebih dahulu peneliti
melakukan kajian terhadap penelitian yang relevan, yaitu
1. Penelitian yang dilakukan oleh Fitriyanto Eko dan Wanda Nugroho Yanuarto
di Universitas muhammadiyah Purwokerto terhadap mahasiswa program studi matematika yang mengambil mata kuliah matematika Diskrit pada
tahun 20102011, dengan judul Peningkatan Kemandirian Belajar dan Kemampuan Komunikasi Matematika Melalui Pembelajaran SQ3R.
Menunjukkan bahwa SQ3R adanya peningkatan kemandirian belajar mahasiswa, dan disamping itu juga dari hasil ulangan yang dilaksanakan pada
akhir siklus 1 dan II adanya peningkatan kemampuan komunikasi amtematik siswa.
45
44
Sanjaya, op.cit., h. 208-209.
45
Fitriyanto Eko dan Wanda Nugroho Yanuarto, “Peningkatan Kemandirian Belajar dan Kemampuan komunikasi Matematika Melalui Pembelajaran SQ3R”, Jurnal FKIP Universitas
Muhammadiyah Purwokerto, 2011, tidak dipublikasikan.
2. Penelitian yang dilakukan oleh Isma Hasanah pada tahun 2010 di MTs Al-
Falah pada semester ganjil tahun ajaran 20102011 terhadap siswa kelas VIII, dengan judul Pengaruh Metode Pembelajaran SQ3R terhadap kemampuan
pemahaman konsep Matematika Siswa. Menunjukan bahwa kemampuan Pemahaman konsep matematika siswa SMP melalui pembelajaran
matematika dengan menggunakan metode SQ3R secara signifikan lebih baik daripada siswa yang mendapat pembelajaran matematika dengan
menggunakan metode Konvensional pembelajaran biasa
46
.
3. Penelitian yang dilakukan oleh Dian Teguh Firmansyah, Zaenuri, dan
Mulyono pada Februari 2012 di kelas VII SMP dengan judul. Keefektifan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe SQ3R Terhadap Kemampuan
Pemecahan Masalah Siswa SMP Kelas VII. menunjukkan kemampuan pemecahan masalah siswa SMP yang diajar dengan menggunakan model
pembelajaran kooperatif tipe SQ3R pada materi pokok hubungan antar sudut lebih baik daripada rata- rata nilai tes kemampuan pemecahan masalah siswa
yang diajar dengan menggunakan model pembelajaran ekspositori.
47
C. Kerangka Berpikir
Matematika merupakan bahasa yang universal dimana bahasa, simbol- simbol, dan segala hal yang berhubungan dengan matematika banyak ditemui
dalam kehidupan sehari- hari. Matematika memiliki objek kajian yang abstrak dimana siswa dalam pembelajaran tidak dihadapkan langsung pada objek yang
sebenarnya. Terdapat beragam pengertian matematika, bergantung pada bagaimana seseorang memandang dan memanfaatkan matematika dalam
kehidupannya, baik dalam bentuk sederhana, bersifat rutin dan mungkin dalam bentuknya yang sangat kompleks.
46
Isma Hasanah, “Pengaruh Metode Pembelajaran SQ3R terhadap kemampuan pemahaman konsep Matematika Siswa”, Skripsi pada Pendidikan Matematika UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta, 2010, h. 61, tidak dipublikasikan.
47
Dian Teguh Firmansyah, Zarnuri, dan Mulyono, “Keefektifan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe SQ3R Terhadap Kemampuan Pemecahan Masalah Siswa SMP Kelas VII”, Unnes
Journal of Mathematics Education, Semarang, 2012, tidak dipublikasikan.
Sebelumnya kita telah ketahui bahwa matematika merupakan ratu ilmu pengetahuan, namun masih banyak siswa yang kurang antusias terhadap mata
pelajaran ini, masih banyak siswa yang merasa bosan dan kesulitan dalam menyelesaikan permasalahan matematika. Hal ini dikarenakan metode mengajar
guru yang kurang bervariasi, juga pembelajaran yang berpusat kepada guru sehingga siswa menjadi tidak aktif dalam pembelajaran. Terkadang setelah siswa
menerima pembelajaran yang diberikan, masih banyak yang tidak mengetahui penggunaan pengetahuan yang telah didapatnya juga siswa merasa kesulitan
untuk menentukan langkah awal apa yang mesti dilakukan dari informasi yang terdapat dalam soal. Informasi yang diperoleh dari soal tersebut pun tidak
dimodelkan dalam bentuk matematika berupa notasi, gambar, grafik dan aljabar. Berdasarkan hasil PISA dan TIMSS dapat dilihat bahwa siswa hanya
mampu memecahkan permasalahan untuk masalah matematika yang sangat sederhana dan juga hanya mampu menjawab soal-soal yang biasa diajarkan
dalam konteks permasalahan rutin dan familiar dan yang tidak mencapai rata- rata adalah karena disebabkan kurangnya penerapan pemahaman dalam situasi yang
lebih komples sehingga mereka tidak mampu menyelesaikan masalah langkah demi langkah, dan juga kurang mampu mengkomunikasikan pemahaman mereka
dalam berbagai situasi. Pemerintah Indonesia melalui Peraturan Menteri Pendidikan Nasional
Nomor 22 tahun 2006 yang tertuang dalam Standar Kompetensi Lulusan menetapkan kecakapan atau kemahian matematika siswa SDMI sampai
SMAMA yang diharapkan tecapai dalam belajar matematika yang diantaranya adalah kemampuan mengkomunikasikan gagasan, simbol, tabel, grafik, atau
diagram untuk memperjelas keadaan atau masalah.
48
Juga pada hasil wawancara dengan guru mata pelajaran matematika, didapat hasil bahwa kemampuan komunikasi matematik siswa masih rendah. Oleh
karena itu dari penjabaran- penjabaran diatas maka akan dilakukan penelitian tentang kemampuan komunikasi matematik siswa.
48
Mahmudi. loc. Cit.