BAB IX ADAPTASI DAN STRATEGI EKONOMI NELAYAN
Survai yang dilakukan kepada sejumlah nelayan Ciawitali telah menunjukan tingginya persepsi nelayan terhadap perubahan iklim. Hal ini juga
didukung oleh data yang diperoleh dari hasil penelitian secara kualitatif di dusun tersebut. Para nelayan telah mempersepsikan terjadinya perubahan iklim di
wilayah pesisir Ciawitali yang menyebabkan timbulnya sejumlah perubahan ekologis dan mengganggu kegiatan penangkapan ikan. Persepsi ini kemudian
memicu munculnya berbagai tindakan yang dilakukan oleh nelayan sebagai bentuk pertahanan ekonomi maupun adaptasi dari situasi yang tidak
menguntungkan akibat perubahan iklim. Diposaptono 2009 mendefinisikan adaptasi perubahan iklim sebagai upaya untuk mengatasi dampak perubahan iklim
baik yang sifatnya reaktif maupun antisipatif.
9.1 Adaptasi Iklim
Masyarakat nelayan Ciawitali hingga sejauh ini masih merupakan nelayan tradisional dengan akses teknologi serta informasi yang relatif terbatas sehingga
bentuk adaptasi yang lebih antisipatif belum ada dan belum diketahui oleh masyarakat. Dampak perubahan iklim yang diterima oleh masyarakat nelayan
cenderung memancing pola-pola adaptasi yang sifatnya reaktif. Sulitnya memperoleh hasil tangkapan di suatu wilayah penangkapan ikan, baik disebabkan
oleh kerusakan ekosistem maupun perubahan pola migrasi ikan menyebabkan para nelayan Ciawitali melakukan strategi adaptasi yang di kalangan nelayan
biasa disebut dengan strategi mengejar musim. Strategi ini merupakan bentuk adaptasi yang dilakukan oleh nelayan Ciawitali apabila di wilayah perairan sekitar
Ciawitali mengalami masa paceklik. Informasi keberadaan ikan di wilayah lain dari satu nelayan ke nelayan lainnya inilah yang memicu para nelayan melakukan
kegiatan penangkapan ikan di wilayah dimana musim ikan tersebut terjadi. Informasi ini sejalan dengan pengakuan salah satu tokoh nelayan, JA 38 tahun :
“….kalau di Pacitan sedang musim ikan dan disini tidak, kita mengejar musim sampai kesana, perahu diangkut. Sampai ke wilayah ujung kulon
juga pernah. Kadang musim ikan sulit ditebak. Di sini susah sekali mendapatkan ikan, namun di lokasi lain bisa saja ikan-ikan sangat
melimpah.”
Pola adaptasi seperti ini sebenarnya akan lebih optimal jika disertai adaptasi yang lebih sistematis berupa penerapan teknologi dalam memprediksi
lokasi ikan. Kementrian Kelautan dan Perikanan KKP telah menyediakan Peta Daerah Penangkapan Ikan PDPI yang dapat diakses dengan mudah melalui situs
resmi KKP. Peta ini dikeluarkan langsung oleh Balai Riset dan Observasi Kelautan, Puslitbang Sumberdaya Laut dan Pesisir, Balitbang Kelautan dan
Perikanan, Kementrian Kelautan dan Perikanan, dan merupakan hasil dari analisis data satelit oseanografi berupa kesuburan, suhu, tinggi dan arus permukaan laut,
serta data angin dan gelombang yang dikeluarkan oleh BMKG Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika. Peta ini dikeluarkan dengan tujuan
membantu nelayan memprediksikan wilayah-wilayah penangkapan ikan yang potensial di masa-masa tertentu. Namun pada kenyataannya, hanya nelayan
modern saja yang memanfaatkan informasi ini. Sementara nelayan tradisional masih memanfaatkan pengetahuan lokal mereka yang terkadang sudah tidak
relevan lagi untuk diterapkan dalam keadaan iklim yang berubah-ubah secara ekstrim seperi saat ini.
Teknik mengejar musim yang dilakukan oleh nelayan Ciawitali merupakan sebuah terobosan yang mampu meningkatkan produktivitas perikanan
tangkap. Namun teknik ini dapat pula beresiko kerugian yang besar jika informasi yang diterima nelayan tidak tepat. Biaya produksi tentunya akan meningkat
karena membutuhkan waktu perjalanan, bahan bakar ataupun biaya pengangkutan yang tidak sedikit. Untuk itu dibutuhkan sumber informasi yang akurat dan mudah
diakses oleh masyarakat perjuangan nelayan mengejar musim ikan hingga ke lokasi lain tidak sia-sia.
9.2 Adaptasi Sumberdaya Pesisir