dipanen, kita mendapat 10 kg padi. Sawah yang dikerjakan ini biasanya milik para petani di Dusun Pamotan.”
Selain sebagai buruh pada lahan padi sawah, sebagian nelayan juga menggarap lahan miliknya sendiri. Lahan ini biasanya adalah kebun. Salah satu
yang cukup potensial adalah kebun jati dan sengon. Beberapa nelayan yang telah memahami dengan baik kondisi kehidupan pencarian ikan di lautan yang penuh
dengan ketidakpastian telah mempersiapkan investasi sejak awal untuk menghindari hutang kepada tengkulak ketika tiba musim paceklik yang
berkepanjangan. Investasi ini berupa tanaman kayu yaitu jati dan sengon. Ketika tiba musim paceklik, ataupun dibutuhkan biaya yang secara mendadak, nelayan
yang telah memiliki investasi ini akan menjual beberapa pohon di kebunnya. Satu buah pohon sengon berusia lima tahun dapat dijual dengan harga mencapai dua
juta rupiah.
9.3.3 Jasa Pengangkutan
Musim paceklik serta musim angin Barat adalah musim-musim dimana nelayan Ciawitali harus bertindak aktif mencari alternatif pendapatan lain untuk
menunjang perekonomian rumah tangga. Memaksakan mencari ikan di musim paceklik hanyalah menghabiskan biaya produksi bahan bakar perahu, sementara
hasil yang diperoleh sangatlah tidak sebanding. Para nelayan Ciawitali adalah nelayan dengan status ekonomi yang rendah. Perahu yang mereka miliki
merupakan harta sekaligus modal satu-satunya yang dapat diandalkan untuk melakukan usaha-usaha ekonomi.
Ketika musim paceklik tiba, beberapa nelayan yang tidak memiliki investasi serta kemampuan yang memadai sebagai modal pencarian nafkah
tambahan, hanya bisa mengandalkan jasa perahu yang mereka miliki. Para nelayan ini menjual jasa pengangkutan, menyebrangkan berbagai komoditas
pertanian dari Pulau Nusa Kambangan ke daratan Pulau Jawa yang biasanya berlabuh di Dusun Majingklak. Hal ini diungkapkan pula oleh salah seorang
nelayan, SM 40 tahun pada bulan Juni 2010 :
“Sudah hampir tiga bulan perahu saya dan banyak nelayan lain yang tidak turun ke laut mencari ikan. Cuacanya sangat buruk, ikan-ikan juga
semakin jarang. Kalau sudah seperti ini pekerjaan apa saja asal halal
pasti ditekuni. Apa saja, ngangkutin pisang dari nusa kambangan ke majingklak juga jadi. Setidaknya anak-istri masih bisa makan…”
Pernyataan tersebut menunjukkan semakin terjepitnya posisi sosial nelayan terutama bila frekuensi melaut menjadi sangat berkurang. Pekerjaan
dengan menjual jasa angkutan ini memang dapat menyelamatkan perekonomian keluarga secara sementara. Namun pekerjaan ini bukanlah alternatif pekerjaan
yang diharapkan oleh nelayan. Selain hasilnya yang kurang mencukupi, alternatif pekerjaan ini sangat bergantung pada ada atau tidaknya orang yang membutuhkan
jasa pengangkutan menggunakan perahu nelayan, sementara perahu yang khusus menyebrangkan dari Nusa Kambangan ke Majingklak sudah tersedia. Penawaran
satu-satunya adalah menjual jasa pengangkutan dengan harga yang lebih murah dibanding dengan perahu tersebut.
Jasa pengangkutan dengan perahu nelayan ini juga dibutuhkan oleh salah satu perusahaan yang beroperasi di Dusun Ciawitali. Perusahan tersebut adalah
CV. WG Mandiri. Perusahaan ini dimiliki oleh salah seorang penduduk Ciawitali yang juga merupakan kepala RN Rukun Nelayan Ciawitali. Perusahan ini
bergerak di bidang produksi dan pengolahan kayu. Perahu nelayan biasanya dibutuhkan untuk mengangkut kayu dari kebun-kebun yang berada di tanjung-
tanjung dan tepian laut, menuju ke daratan Ciawitali.
9.4 Adaptasi Melalui Keluar dari Kegiatan Perikanan Escaping from