tahun 2010, hanya beberapa nelayan saja yang berhasil memperoleh tangkapan ikan layur. Itupun dalam jumlah yang kecil dan tidak berlangsung lama.
2 Kekacauan musim angin Salah satu dampak dari perubahan iklim yang berdampak pada kegiatan
produksi nelayan adalah perubahan pola angin Chen, 2008; UNEP, 2009; Tauli- Corpuz, 2009. Nelayan Ciawitali memahami dua musim angin yang berhembus
di wilayah perairan Ciawitali, yaitu musim angin timur dan musim angin barat. Musim angin timur berhembus sejak bulan April hingga Agustus, sedangkan
musim angin barat berhembus di bulan September hingga Januari. Para nelayan memanfaatkan musim angin timur sebagai momentum untuk mencari tangkapan.
Sedangkan berhembusnya angin barat merupakan suatu hambatan yang menyebabkan nelayan tidak dapat melaut di sekitar wilayah tangkapan ikan
seperti biasanya. Gejala perubahan iklim telah menyebabkan kekacauan musim angin di wilayah ini. Para nelayan telah mengakui terjadinya kekacauan angin,
sebagaimana diakui oleh salah seorang nelayan AR 50 th :
“Sejak dahulu, di bulan Juli-Agustus, tangkapan yang kita peroleh biasanya banyak, karena bulan-bulan ini musimnya angin timur. Jadi
lebih aman untuk ke laut. Tapi beberapa tahun terakhir di musim angin timur terkadang terjadi angin barat juga. Contohnya saja bulan Juli
kemarin. Saya sempat terjebak selama berjam-jam di nusa kambangan, karena angin barat yang tiba-tiba datang dan berlangsung hampir
seharian”
8.2 Dampak Sosial-Ekonomi
Horton et. al. 1991 dalam Satria, 2002 mendefinisikan masyarakat sebagai sekumpulan manusia yang secara relatif mandiri, cukup lama hidup
bersama, mendiami suatu wilayah tertentu, memiliki kebudayaan yang sama, dan melakukan sebagian besar kegiatannya di dalam kelompok tersebut. Berkaitan
dengan definisi masyarakat tersebut, Satria 2009 mengartikan masyarakat pesisir sebagai sekumpulan masyarakat yang hidup bersama dan mendiami wilayah
pesisir membentuk dan memiliki kebudayaan yang khas yang terkait dengan ketergantungannya pada pemanfaatan sumberdaya pesisir. Nelayan sebagai bagian
dari masyarakat pesisir menjadi pihak yang terpengaruh secara signifikan apabila terjadi perubahan-perubahan alam di ekosistem laut dan pesisir. Dampak yang
ditimbulkan dari berbagai perubahan tersebut tidak hanya mempengaruhi kondisi
ekonomi nelayan, namun juga aspek-aspek lain di kehidupan sosial nelayan. Dampak sosial-ekonomi yang ditimbulkan dari kerusakan ekosistem akibat
perubahan iklim yang terjadi di Ciawitali antara lain adalah: 1 Pada kesehatan lingkungan dan pemukiman masyarakat, perubahan iklim
menyebabkan: a Menurunnya kualitas sumber-sumber air penduduk.
Tingginya intensitas hujan sepanjang tahun di wilayah Ciawitali telah menyebabkan tercemarnya sumber air penduduk yang sebagian besar
berasal dari sumur, atau sumber air bawah tanah. Kondisi tanah di perkampungan nelayan Ciawitali sendiri didominasi oleh tanah
berkapur karst. Jika musim kemarau tiba, kuantitas air akan menurun namun kualitas air cukup baik. Sedangkan jika musim hujan
berkepanjangan, jumlah air akan melimpah, namun kualitasnya menurun. Air yang dihasilkan berwarna putih susu dengan kandungan
kapur yang tinggi. b Angin puting beliung di kawasan pemukiman penduduk.
IPCC report 2007 serta Diposaptono 2009 telah merangkum dampak-dampak yang mungkin ditimbulkan oleh perubahan iklim
terhadap pemukiman yang berada di wilayah pesisir. Dampak tersebut antara lain disebabkan oleh banjir rob, gelombang ekstrim dan badai.
Di wilayah Ciawitali sendiri, pemukiman nelayan tidak berbatasan langsung dan berada cukup jauh dari garis pantai. Rob memang terjadi,
namun hanya sampai pada kawasan persawahan, dan tidak mencapai pemukiman. Sedangkan dampak yang menimpa pemukiman
masyarakat dipengaruhi oleh kondisi angin yang berhembus cukup ekstrim, salah satunya adalah angin puting beliung yang terjadi di
Ciawitali pada tahun 2009. 2 Pada perikanan, perubahan iklim ini menyebabkan menurunnya hasil
tangkapan nelayan yang dipicu oleh: a Sulitnya menentukan wilayah tangkapan ikan.
Menurut pendapat Diposaptono 2009 dan Chen 2008 perubahan iklim menyebabkan perubahan suhu permukaan laut dan stratifikasi
kolom air dapat yang kemudian berdampak pada perubahan proses upwelling dan mempengaruhi pola migrasi ikan. Sementara menurut
Odun 1994 bagian lautan yang paling produktif adalah di tempat terjadinya penaikan air ini. Nelayan Ciawitali telah memiliki wilayah
penangkapan tertentu yang menjadi areanya mencari ikan selama bertahun-tahun. Perubahan iklim yang menyebabkan perubahan pola
migrasi ikan terjadi pula di wilayah perairan Ciawitali. Hal ini kemudian menimbulkan kendala di kalangan nelayan tradisional yang
masih mengandalkan pengetahuan lokal serta pengalaman empirik semata dalam pencarian ikan. Ketika perubahan iklim memberi
dampak yang signifikan pada kondisi ekosistem laut dan membuat banyak perbedaan dibanding kondisi lautan sebelumnya, pengalaman
empirik nelayan dalam pencarian ikan menjadi tidak berlaku lagi. Para nelayan menjadi sulit untuk menentukan wilayah penangkapan ikan.
b Sulitnya menentukan musim penangkapan ikan. Sebagaimana diuraikan dalam bab sebelumnya, para nelayan Ciawitali
memiliki pengetahuan lokal berupa Pranata Mangsa Tata Masa, yaitu sistem penanggalan tradisional yang membagi satu tahun ke
dalam dua belas mangsa. Musim penangkapan ikan nelayan Ciawitali biasanya berlangsung di mangsa kapat empat hingga mangsa enam
yang jatuh di bulan September hingga Desember. Berdasarkan pengetahuan lokal masyarakat, periode ini merupakan momentum
mijahnya ikan-ikan sehingga hasil laut lebih melimpah dibandingkan dengan mangsa lainnya. Namun perubahan iklim yang menyebabkan
kekacauan cuaca serta perubahan pola migrasi ikan seringkali membuat perhitungan ini tidak berlaku lagi dan nelayan kesulitan
menentukan waktu yang tepat untuk melaut. Sulitnya memprediksi musim penangkapan ikan ini juga menyebabkan kerugian bagi para
nelayan. Hal tersebut terjadi ketika tiba periode dimana biasanya nelayan
melaut dan
mendapatkan hasil
tangkapan yang
menguntungkan, namun yang terjadi justru biaya produksi yang dikeluarkan melebihi dari hasil yang diperoleh.
c Meningkatnya resiko melaut. Salah satu dampak perubahan iklim yang mengancam kondisi sosial
ekonomi nelayan diungkapkan oleh Diposaptono 2009 berupa resiko melaut yang semakin tinggi akibat ancaman meningkatnya badai dan
gelombang ekstrim. Pada wilayah perairan Ciawitali gelombang ekstrim serta badai merupakan ancaman yang kerap kali datang ketika
tiba musim angin Barat serta musim penghujan. Sementara perahu dan sarana penangkapan ikan nelayan Ciawitali masih tradisional dan
belum dalam kapasitas menghadapi badai ataupun gelombang besar. Apabila datang musim dimana resiko melaut berada dalam kondisi
yang tinggi, kebanyakan nelayan lebih memilih untuk tidak melaut. Hal ini dilakukan untuk mencegah kemungkinan buruk yang dapat
terjadi apabila nelayan memaksakan untuk tetap melaut. Di musim- musim ini kebanyakan nelayan mencari pekerjaan sampingan untuk
memenuhi kebutuhan hidup, lalu kembali melaut lagi ketika kondisi mulai membaik. Namun salah satu dampak dari perubahan iklim
berupa perubahan pola angin, di wilayah Ciawitali menyebabkan terjadinya kekacauan angin sehingga di beberapa kasus, angin Barat
berhembus di periode seharusnya berhembus angin Timur. Hal ini merupakan kendala yang beresiko cukup besar bagi nelayan dalam
melakukan kegiatan penangkapan ikan. Berdasarkan uraian Satria 2002 karakteristik masyarakat nelayan sebagai
representasi komunitas desa-pantai dan desa terisolasi dapat dilihat dari berbagai aspek, yaitu sistem pengetahuan, sistem kepercayaan, peran wanita, struktur sosial
dan posisi sosial nelayan. Kelima aspek ini merupakan karakter yang melekat pada masyarakat nelayan dan terbentuk sejalan dengan keterikatannya terhadap
sumberdaya pesisir. Perubahan ekosistem pesisir sebagai dampak dari perubahan iklim juga pada akhrinya mempengaruhi banyak aspek yang membentuk
karakteristik masyarakat nelayan. Pengaruh tersebut meliputi: 1 Sistem Pengetahuan
Sistem pengetahuan yang terbentuk berdasarkan pengalaman empirik nelayan-nelayan sebelumnya dan telah diterapkan secara turun-temurun.
Pada masyarakat nelayan Ciawitali terdapat pengetahuan lokal berupa sistem penanggalan yang biasa digunakan oleh nelayan sebagai patokan
dalam menentukan musim pengcarian ikan. Sistem penanggalan tersebut disebut Pranata Mangsa. Perubahan iklim menyebabkan terjadinya
pergeseran Pranata Mangsa dimana musim-musim tertentu yang telah tertanggal dalam Pranata Mangsa menjadi tidak berlaku atau bergeser.
Salah satunya adalah musim ikan-ikan bertelur yang berdasarkan Pranata Mangsa berlangsung mulai dari mangsa empat hingga mangsa enam, hal
ini kemudian berkaitan dengan musim nelayan mencari ikan, karena pada masa inilah musim ikan sedang berlangsung. Namun perubahan iklim
yang menyebabkan kerusakan ekosistem pesisir telah menyebabkan banyak perubahan pada kondisi ekologi laut, sehingga seringkali
perhitungan Pranata Mangsa dalam menentukan musim ikan tidak berlaku lagi.
2 Sistem Kepercayaan Ritual Berkah Bumi sebagai ungkapan rasa syukur nelayan kepada bumi
yang telah memberikan berkah bagi kehidupan masyarakat kini semakin jarang dilakukan. Hal tersebut berawal dari kondisi laut yang semakin hari
dirasa oleh nelayan semakin sedikit memberi hasil tangkapan. Sejalan dengan semakin sulitnya kehidupan ekonomi nelayan akibat hasil
tangkapan yang semakin sedikit, semakin jarang pula ritual ini dilakukan. 3 Peran Wanita
Selain dalam urusan domestik rumah tangga, peran wanita juga merupakan satu aspek yang sangat penting dalam kehidupan perekonomian nelayan.
Selama musim ikan berakhir, para istri nelayan biasanya mencari kerang di wilayah mangrove untuk diolah menjadi sate kerang kemudian dijual.
Semaki sedikitnya intensitas nelayan melaut, disertai dengan kondisi perekonomian keluarga yang semakin tertekan akibat menurunnya
produksi tangkapan nelayan menyebabkan meningkatnya peran wanita dalam perekonomian rumah tangga.
4 Struktur Sosial Struktur sosial yang menonjol dalam kehidupan nelayan adalah ikatan
yang kuat antara nelayan dan bos atau tengkulak, dengan bentuk struktur sosial berupa ikatan patron-klien. Ketika nelayan semakin jarang melaut
disertai dengan kebutuhan rumah tangga yang tidak bisa dipungkiri, peran patron akan semakin dibutuhkan oleh nelayan.
5 Posisi Sosial Nelayan Tekanan ekonomi yang terjadi akibat berbagai dampak yang menimpa
masyarakat nelayan akibat perubahan iklim menyebabkan semakin menurunnya status sosial nelayan dalam kehidupan bermasyarakat. Namun
keterbukaan masyarakat nelayan kepada masyarakat bukan nelayan menjadi lebih meningkat. Kendala yang dialami nelayan dalam melakukan
kegiatan penangkapan ikan menyebabkan banyak keluarga nelayan yang mulai mencari pekerjaan sampingan untuk menunjang kehidupan rumah
tangga nelayan. Hal ini tentunya membutuhkan jejaring sosial yang lebih luas ketimbang hanya di lingkungan seputar nelayan.
Berbagai gejala perubahan iklim di wilayah pesisir meliputi kekacauan siklus musim hujan dan kemarau; perubahan pola angin; kenaikan muka air laut;
perubahan pola hidrologi; serta kenaikan suhu lautan merupakan faktor-faktor awal yang memicu terjadinya berbagai perubahan fisik dan lingkungan yang
berdampak pada kegiatan produksi nelayan Ciawitali. Dampak ini terjadi melalui perubahan kodisi ekologi yang pada akhirnya berdampak pula pada kondisi sosial
dan ekonomi nelayan sebagaimana dipaparkan sebelumnya. Pengaruh berantai ini secara umum dilihat dalam Gambar 5.
90
Gambar 5. Dampak Perubahan Iklim Terhadap Wilayah Pesisir Ciawitali Berdasarkan Perspektif Nelayan
Keterangan : : Hubungan Pengaruh
Tinjauan Lapangan Perubahan Iklim
Dampak Ekologis Tidak Langsung Dampak Ekologis Langsung
Dampak Sosial - Ekonomi
Kenaikan Muka Air Laut Perubahan Pola Angin
Perubahan Pola Hidrologi Kenaikan Suhu Lautan
Gelombang Ekstrim dan Banjir
Perubahan Proses Upwelling
Perubahan Pola Migrasi Ikan, Gerombolan Ikan
Fish Schooling dan Musim Ikan
Kekacauan Musim Angin Menurunnya
KualitasKuantitas Sumber Air Penduduk
Angin Puting Beliung di Wilayah Pemukiman
Sulitnya Menentukan Lokasi Penangkapan Ikan
Sulitnya Menentukan Musim Penangkapan Ikan
Perubahan Sistem Pengetahuan dan
Kepercayaan, Peran Wanita serta Posisi Sosial Nelayan
Kekacauan Siklus Musim Hujan dan Kemarau
Meningkatnya Resiko Melaut
BAB IX ADAPTASI DAN STRATEGI EKONOMI NELAYAN