Dampak Ekologis DAMPAK PERUBAHAN IKLIM

BAB VIII DAMPAK PERUBAHAN IKLIM

PADA KEGIATAN PRODUKSI NELAYAN

8.1 Dampak Ekologis

Sebagaimana dipaparkan pada bab sebelumnya, nelayan Ciawitali merupakan nelayan dengan pola penangkapan ikan tradisional yang menyesuaikan diri terhadap alam dalam berbagai macam kegiatan pencarian ikan. Musim penangkapan ikan nelayan Ciawitali berkisar antara bulan Juli hingga November, yang merupakan penyesuaian kondisi wilayah tangkapan terhadap kondisi cuaca sepanjang tahun. Perubahan cuaca di wilayah pesisir ini kemudian memicu terjadinya berbagai perubahan dalam kegiatan penangkapan ikan yang disebabkan oleh gejala-gejala perubahan iklim. Perubahan iklim menyebabkan berbagai perubahan dalam ekosistem laut antara lain disebabkan oleh perubahan temperatur dan keasaman akibat penyerapan CO 2 oleh lautan UNEP, 2009; Chen, 2008. Secara global, perubahan iklim di wilayah pesisir menyebabkan terjadinya kenaikan permukaan air laut, perubahan pola hidrologi, pola angin, perubahan suhu dan keasaman air laut UNEP, 2009; Diposaptono, 2009; Chen, 2008. Berbagai perubahan ini dapat menyebabkan terjadinya perubahan ekologis, antara lain intrusi air laut ke daratan; gelombang ekstrim dan badai; genangan dan banjir; erosi pantai; kerusakan terumbu karang; perubahan proses upwelling, gerombolan ikan; perubahan pola migrasi ikan; perubahan morfologi pantai dan mangrove; meningkatnya salinitas air, kerusakan lahan budidaya perikanan dan sumber- sumber air tawar; serta meningkatnya frekuensi dan intensitas badai di lautan Chen, 2008; Diposaptono 2009; UNEP, 2009; Tauli-Corpuz, 2009. Di wilayah Ciawitali gejala perubahan iklim telah menyebabkan berbagai perubahan ekologis di wilayah laut yang dirasakan secara langsung oleh para nelayan dan mempengaruhi aktivitas produksi perikanan tangkap. Berdasarkan perspektif nelayan Ciawitali, perubahan tersebut meliputi perubahan musim ikan dan kekacauan musim angin. 1 Perubahan musim ikan Perubahan iklim menyebabkan terjadinya perubahan suhu permukaan laut dan stratifikasi kolom air yang kemudian mempengaruhi proses upwelling di lautan Diposaptono, 2009; Chen, 2008. Suatu proses penting yang disebut penaikan air upwelling terjadi dimana angin secara tetap menggerakan permukaan air menjauhi lereng pantai yang terjal, dan membawa ke permukaan air dingin yang kaya zat hara yang telah terkumpul di tempat dalam. Bagian lautan yang paling produktif adalah di tempat terjadinya penaikan air ini Odum, 1994. Perubahan proses upwelling ini menyebabkan terjadinya perubahan pola migrasi ikan dan gerombolan ikan Diposaptono, 2009; Chen, 2008. Secara sederhana, masyarakat nelayan Ciawitali telah memahami bahwasanya perubahan suhu lautan telah menyebabkan bepindahnya ikan-ikan, sebagaimana diungkapkan oleh salah seorang nelayan NR 37 tahun : “…ketika musim kemarau panas, ikan-ikan yang diperoleh cenderung lebih sedikit. Namun bila musim kemarau telah berakhir, ikan-ikan kembali banyak. Terutama setelah berakhirnya kemarau yang berkepanjangan, setidaknya tiga bulan, biasanya tangkapan kembali melimpah.” Perubahan salinitas laut juga merupakan faktor yang menyebabkan perpindahan berbagai spesies hewan karena ketidaksesuaian kondisi tempat hidup yang berubah Chen, 2008; UNEP, 2009; Tauli-Corpuz, 2009. Musim hujan yang berkepanjangan di tahun 2010 merupakan salah satu contoh yang menyebabkan menurunnya salinitas laut di wilayah perairan Ciawitali. Para nelayan mengeluhkan menurunnya produksi tangkapan ikan di tahun 2010 dan tahun- tahun ke belakang dimana intensitas curah hujan terjadi lebih besar dari normalnya. Perubahan musim ikan ini sangat berpengaruh terhadap penghasilan nelayan mengingat beberapa spesies ikan memang hanya datang di musim-musim tertentu. Salah satunya adalah ikan layur. Ikan layur merupakan salah satu ikan musiman yang hanya bisa ditangkap pada satu periode tertentu, bukanlah ikan yang dapat diperoleh sepanjang tahun. Biasanya ketika musim ikan layur datang, ikan ini akan muncul dalam jumlah yang besar. Perubahan iklim telah memberi dampak yang signifikan terhadap periode musim ikan jenis ini. Sebagai contoh di tahun 2010, hanya beberapa nelayan saja yang berhasil memperoleh tangkapan ikan layur. Itupun dalam jumlah yang kecil dan tidak berlangsung lama. 2 Kekacauan musim angin Salah satu dampak dari perubahan iklim yang berdampak pada kegiatan produksi nelayan adalah perubahan pola angin Chen, 2008; UNEP, 2009; Tauli- Corpuz, 2009. Nelayan Ciawitali memahami dua musim angin yang berhembus di wilayah perairan Ciawitali, yaitu musim angin timur dan musim angin barat. Musim angin timur berhembus sejak bulan April hingga Agustus, sedangkan musim angin barat berhembus di bulan September hingga Januari. Para nelayan memanfaatkan musim angin timur sebagai momentum untuk mencari tangkapan. Sedangkan berhembusnya angin barat merupakan suatu hambatan yang menyebabkan nelayan tidak dapat melaut di sekitar wilayah tangkapan ikan seperti biasanya. Gejala perubahan iklim telah menyebabkan kekacauan musim angin di wilayah ini. Para nelayan telah mengakui terjadinya kekacauan angin, sebagaimana diakui oleh salah seorang nelayan AR 50 th : “Sejak dahulu, di bulan Juli-Agustus, tangkapan yang kita peroleh biasanya banyak, karena bulan-bulan ini musimnya angin timur. Jadi lebih aman untuk ke laut. Tapi beberapa tahun terakhir di musim angin timur terkadang terjadi angin barat juga. Contohnya saja bulan Juli kemarin. Saya sempat terjebak selama berjam-jam di nusa kambangan, karena angin barat yang tiba-tiba datang dan berlangsung hampir seharian”

8.2 Dampak Sosial-Ekonomi