BAB V SOSIO-EKOLOGI NELAYAN
5.1 Kondisi Umum Sosio-Ekologi Nelayan
Berbeda dengan sosiologi pedesaan yang berbasis pada society, sebagaimana dijelaskan oleh Satria 2002 sosiologi masyarakat pesisir
direkonstruksi dari basis sumberdaya. Masyarakat pesisir merupakan masyarakat dengan ketergantungan yang tinggi terhadap sumberdaya pesisir. Berbagai
sumberdaya yang terdapat di wilayah pesisir merupakan sumber kehidupan masyarakat yang kemudian mempengaruhi terbentuknya karakter masyarakat
tersebut. Sebagian besar masyarakat Dusun Ciawitali menggantungkan hidup dari pola-pola ekstraksi sumberdaya alam yang berada di wilayah pesisir Ciawitali.
Terdapat tiga tipe topografi yang masing-masing memiliki potensi sumberdaya alam yang berbeda di Dusun Ciawitali. Berbagai sumberdaya tersebut dapat
dilihat pada Tabel 8.
Tabel 8. Tipe Topografi, Karakter dan Potensi Sumberdaya Dusun Ciawitali Tipe Topografi
Karakter Potensi Sumberdaya
Pantai
wilayah perairan yang sudah mulai tercemar
oleh lumpur
serta sampah yang terbawa
aliran sungai berbagai jenis ikan, udang,
kepiting, cumi-cumi
serta kerang-kerangan.
Mangrove berbagai kerang-kerangan, ikan
belanak, kepiting, udang
Bebukitan
tanah berkapur kebun
palawija dan
kebun tanaman kayu jati dan sengon
Dataran Rendah rawa-rawa
sawah dan kolam ikan air tawar
Di wilayah pantai, dapat ditemui kawasan mangrove dengan berbagai potensi sumberdaya alam, salah satunya yang bernilai ekonomis cukup tinggi
yaitu kepiting bakau. Banyak masyarakat Ciawitali yang bekerja sebagai pencari
kepiting. Hal ini dilakukan baik oleh petani disela-sela waktu tanam padi, juga oleh nelayan jika cuaca tidak memungkinkan untuk mencari ikan ke tengah
lautan. Di wilayah bebukitan terdapat lahan yang biasanya ditanami oleh masyarakat dengan berbagai macam tanaman palawija seperti singkong dan
jagung. Selain itu, masyarakat juga menanam pisang, kelapa serta berbagai tanaman kayu seperti sengon dan jati. Dataran rendah Ciawitali cenderung
didominasi oleh lahan basah berupa rawa-rawa. Sebagian besar masyarakat memanfaatkannya sebagai lahan pertanian padi sawah.
Kondisi ekologi semacam ini memberi peluang nafkah bagi masyarakat pesisir tersebut. Profesi nelayan di Ciawitali didominasi oleh tani-nelayan.
Luasnya lahan yang terdapat di Ciawitali memicu masyarakat memanfaatkan lahan tersebut sebagai lahan pertanian. Sedangkan melimpahnya sumberdaya
yang ada di wilayah perairan juga menarik masyarakat untuk mencari ikan dan tangkapan lainnya. Hal ini menyebabkan petani di Ciawitali biasanya juga turut
mencari ikan ketika tiba musim-musim melaut dan mendominasi populasi nelayan di musim-musim banyaknya ikan tersebut. Sementara dari sekian banyak para
pencari ikan nelayan di Dusun Ciawitali, hanya sekitar sepuluh persen saja diantaranya yang benar-benar nelayan penuh, sebagaimana diungkapkan oleh
salah seorang tokoh nelayan, JA 38 tahun:
“….kalau di musim-musim seperti ini paceklik setiap hari hanya satu atau dua perahu saja yang turun mencari ikan, dari sekitar 20-an
perahu nelayan yang ada di Ciawitali. Nelayan lainnya hanya turun di musim-musim ketika ikan sudah mulai banyak. Kalau saat ini mereka
biasanya lebih memilih untuk bekerja di kebun atau di sawah.”
Hal senada juga diungkapkan oleh WG 40 tahun selaku ketua Rukun Nelayan RN di Ciawitali:
“....jumlah nelayan yang terdata di KUB kelompok usaha bersama Putra Kendal Ciawitali saat ini memang sebanyak seratus sepuluh
orang. Namun tidak bisa dipastikan mereka masih aktif melaut. Perkiraan saya hanya sekitar sepuluh persennya saja yang masih aktif.
Kebanyakan sudah beralih profesi, karena hasil yang diperoleh dari laut tidak lagi mencukupi untuk kehidupan sehari-hari.”
Nelayan penuh yang didefinisikan oleh Ditjen Perikanan Tangkap Departemen Kelautan dan Perikanan 2007 yaitu nelayan yang seluruh waktu
kerjanya digunakan untuk melakukan pekerjaan operasi penangkapan
ikanbinatang air lainnyatanaman air. Nelayan penuh di Ciawitali juga diartikan sebagai nelayan yang tidak beralih profesi ketika musim paceklik tiba. Nelayan
seperti ini jika cuaca tidak memungkinkan untuk mencari ikan biasanya tetap menunggu dan mencari celah untuk dapat pergi ke laut. Jika musim paceklik tiba,
mereka tetap mencari ikan ataupun mencari alternatif tangkapan lainnya. Para nelayan penuh di Ciawitali biasanya juga melakukan ekspansi wilayah tangkapan
dan aktif mencari informasi dari satu nelayan ke nelayan lainnya tentang lokasi- lokasi penangkapan ikan yang berpotensi pada saat itu.
5.2 Karakteristik Nelayan