meliputi optimalisasi tenaga kerja rumah tangga nelayan serta pengembangan pola nafkah ganda. Menurut Satria 2002 pengembangan strategi nafkah ganda ini
bertujuan agar nelayan tidak bergantung pada hasil penangkapan saja. Hal ini perlu dilakukan terutama pada nelayan lapisan bawah dimana keterbatasan sarana
yang dimiliki menyebabkan nelayan tidak selalu dapat melaut sepanjang tahun. Perubahan iklim memberikan dampak yang besar pada kegiatan melaut
nelayan serta produktivitas tangkapan. Berkurangnya stok ikan dan sulitnya menentukan wilayah penangkapan ikan menyebabkan kerugian ekonomi bagi
nelayan ketika memaksakan untuk melaut namun hasil yang diperoleh tidak sebanding dengan biaya produksi yang dikeluarkan. Resiko melaut yang tinggi
akibat ancaman meningkatnya badai dan gelombang ekstrim menyebabkan berkurangnya frekuensi nelayan mencari tangkapan yang kemudian juga berimbas
pada kondisi ekonomi nelayan. Dengan demikian dibutuhkan strategi ekonomi yang memungkinkan keluarga nelayan memperoleh tambahan pendapatan baik
melalui opmitalisasi tenaga kerja rumah tangga serta strategi nafkah ganda sehingga perekonomian rumah tangga nelayan tidak hanya bergantung dari hasil
penangkapan saja.
9.3.1 Optimalisasi Tenaga Kerja Rumah Tangga
Nelayan biasanya adalah seorang laki-laki sekaligus seorang kepala keluarga yang menjadi tulang punggung perekonomian keluarga nelayan.
Nelayan-nelayan Ciawitali bekerja keras mencari ikan di lautan, sementara hasil laut semakin sulit diperoleh. Pada masa-masa seperti inilah dibutuhkan peran dari
anggota keluarga lainnya untuk menyokong perekonomian rumah tangga nelayan, sehingga tidak hanya bergantung kepala keluarga saja.
Anak-anak nelayan selama ini berperan dalam mendukung kegiatan melaut nelayan, yaitu sebagai pembuat jaring. Pembuatan jaring ini dilakukan
disela-sela kegiatan melaut nelayan tersebut. Ketika sang ayah beristirahat untuk kembali melaut keesokan harinya, saat itulah anak-anak nelayan sibuk membuat
jaring. Ketika musim ikan sedang tidak menentu dan frekuensi melaut nelayan semakin berkurang, anak-anak nelayan seringkali mencari tangkapan di wilayah
mangrove, baik bersama nelayan ayahnya ataupun bersama anak-anak nelayan lainnya.
Para istri nelayan juga berperan dalam menyelamatkan ekonomi keluarga dengan melakukan usaha-usaha lainnya. Sebagaimana dipaparkan dalam sub-bab
sebelumnya, para istri nelayan melakukan usaha ekonomi melalui pengolahan kerang totok menjadi sate kerang untuk kemudian dijual. Selain itu, ketika musim
paceklik berkepanjangan dimana nelayan mulai melakukan pekerjaan sambilan sebagai buruh tani, para istri nelayan juga biasanya ikut melakukan pekerjaan
yang sama bersama suami demi menambah penghasilan yang didapatkan. Optimalisasi tenaga kerja rumah tangga yang paling menghasilkan
biasanya diperoleh jika salah satu anggota keluarga mulai melakukan migrasi, mencari pekerjaan ke kota atau menjadi TKI Tenaga Kerja Indonesia ke luar
negeri. Beberapa istri nelayan mengaku sempat menjadi TKI di Arab Saudi demi menambah penghasilan keluarga. Keluarga yang salah satu anggotanya pernah
menjadi TKI biasanya terlihat dari bentuk rumah yang lebih baik dibandingkan dengan rumah-rumah nelayan pada umumnya.
9.3.2 Tani – Nelayan