BAB VII PERSEPSI NELAYAN TERHADAP PERUBAHAN IKLIM
DAN HUBUNGANNYA DENGAN KARAKTERISTIK SERTA PERILAKU KOMUNIKASI NELAYAN
7.1 Persepsi Nelayan terhadap Perubahan Iklim
Persepsi nelayan terhadap perubahan iklim adalah penafsiran nelayan terhadap perubahan-perubahan ekologis yang terjadi akibat perubahan iklim.
Pengukuran persepsi dilihat melalui pernyataan-pernyataan yang mengandung komponen kognitif meliputi sepuluh pernyataan tentang pengalaman dan
pengetahuan responden mengenai perubahan iklim. Persepsi terhadap perubahan iklim yang tinggi menunjukkan bahwa responden telah mempersepsikan
terjadinya perubahan iklim dan perubahan ekologis wilayah pesisir Ciawitali serta dampak dari perubahan tersebut yang mempengaruhi kegiatan pencarian ikan dan
tangkapan laut lainnya. Sedangkan persepsi terhadap perubahan iklim yang rendah menunjukkan bahwa responden tersebut belum mempersepsikan terjadinya
perubahan iklim di wilayah pesisir Ciawitali. Tabel 20 menunjukkan jumlah dan persentase responden berdasarkan persepsinya terhadap perubahan iklim.
Tabel 20. Jumlah dan Persentase Responden Berdasarkan Persepsinya terhadap Perubahan Iklim
Persepsi terhadap Perubahan Iklim Jumlah orang
Persentase Rendah
1 2,1
Tinggi 46
97,9 Total
47 100,0
Data tersebut menunjukkan bahwa hampir seluruh nelayan telah mempersepsikan terjadinya perubahan iklim dan perubahan ekologis wilayah
pesisir Ciawitali serta dampak dari perubahan tersebut yang mempengaruhi kegiatan pencarian ikan dan tangkapan laut lainnya. Hanya satu orang responden
atau 2,1 persennya saja yang belum mempersepsikan terjadinya perubahan iklim di wilayah pesisir.
7.2 Hubungan antara Persepsi Nelayan terhadap Perubahan Iklim
dengan Karakteristik Individu
Terdapat lima variabel dalam karakteristik individu yang diuji hubungannya dengan persepsi nelayan terhadap perubahan iklim. Variabel
tersebut adalah usia, pendidikan, lamanya tinggal di Ciawitali, pengalaman nelayan serta klasifikasi nelayan. Variabel usia dapat berhubungan dengan
persepsi nelayan dimana perbedaan lama hidup individu diasumsikan dapat menimbulnya pemahaman yang berbeda mengenai perubahan fisik lingkungan di
sekitar individu tersebut. Variabel pendidikan dapat berhubungan dengan persepsi nelayan dimana perbedaan tingkat pendidikan diasumsikan dapat memberikan
pengaruh yang berbeda pada pengetahuan dan upaya individu menganalisis perubahan-perubahan yang terjadi di lingkungannya menjadi sebuah informasi.
Variabel lama tinggal di Ciawitali dapat berhubungan dengan persepsi nelayan dimana perbedaan lamanya waktu yang telah dilalui nelayan tinggal di Ciawitali
diasumsikan dapat menimbulkan pemahaman yang berbeda mengenai kondisi ekologis dan lingkungan Ciawitali. Variabel pengalaman nelayan dapat
berpengaruh terhadap persepsi nelayan dimana perbedaan lamanya individu bekerja sebagai nelayan diasumsikan dapat menimbulkan pemahaman yang
berbeda mengenai perubahan kondisi ekologis lautan. Sementara klasifikasi nelayan dapat berpengaruh terhadap persepsi nelayan dimana perbedaan tipikal
nelayan dapat berarti perbedaan curahan waktu kerja sebagai nelayan diasumsikan dapat menimbulkan pemahaman yang berbeda mengenai perubahan kondisi
ekologis lautan. Metode analisis yang digunakan untuk menganalisis hubungan antara sejumlah variabel karakteristik responden dengan persepsi terhadap
perubahan iklim adalah metode analisis uji korelasi Rank Spearman yang berfungsi untuk menunjukkan kuat atau tidaknya hubungan suatu variabel dengan
variabel lainnya.
7.2.1 Hubungan antara Persepsi Nelayan terhadap Perubahan Iklim dengan Usia Responden
Hubungan antara persepsi nelayan terhadap perubahan iklim dengan usia responden diuji dengan tujuan untuk mengetahui apakah usia yang berbeda
mempengaruhi persepsinya terhadap perubahan iklim. Persepsi terhadap perubahan iklim ini meliputi pengukuran tingkat persepsi responden terhadap
terjadinya perubahan ekologis di wilayah pesisir serta pengukuran tingkat persepsi responden terhadap dampak-dampak perubahan iklim yang dirasakan. Untuk usia
responden dibagi ke dalam dua kategori, yaitu usia muda atau responden dengan usia di bawah rata-rata usia keseluruhan responden 41 tahun dan usia tua, yaitu
responden dengan usia lebih tua atau sama dengan usia rata-rata responden. Hasil uji korelasi dengan metode Rank Spearman menghasilkan data pada Tabel 21.
Tabel 21. Hubungan antara Persepsi Nelayan terhadap Perubahan Iklim dengan Usia Responden
Usia Persepsi terhadap
perubahan iklim Usia
Koefisien Korelasi 1.000
-.171 Sig. 2-tailed
. .250
N 47
47 Persepsi terhadap
perubahan iklim Koefisien Korelasi
-.171 1.000
Sig. 2-tailed .250
. N
47 47
Berdasarkan hasil perhitungan didapat signifikansi sebesar 0,250 atau lebih besar dari α 0,05, maka Ho diterima. Artinya, tidak terdapat hubungan
yang signifikan antara usia responden dengan persepsi terhadap perubahan iklim. Hal ini menunjukkan persepsi yang tinggi terhadap perubahan iklim tidak
ditentukan oleh tua ataupun mudanya usia nelayan tersebut. Dalam kenyataan di lapangan, baik nelayan berusia muda ataupun nelayan berusia tua sama-sama
telah menyadari terjadinya perubahan ekologis di lautan bahkan di dunia. Hal tersebut semakin didukung oleh hasil tangkapan yang semakin sedikit.
7.2.2 Hubungan antara Persepsi Nelayan terhadap Perubahan Iklim dengan Pendidikan Responden
Hubungan antara persepsi nelayan terhadap perubahan iklim dengan pedidikan responden diuji dengan tujuan untuk mengetahui apakah tingkat
pendidikan yang berbeda mempengaruhi persepsinya terhadap perubahan iklim.
Pendidikan responden terbagi menjadi tiga kategori, yaitu rendah apabila responden hanya mencapai Sekolah Dasar; sedang apabila responden telah tamat
Sekolah Menegah Pertama; dan tinggi apabila responden telah tamat Sekolah Menengah Atas. Hasil perhitungan korelasi kedua variabel ini ditunjukan dalam
Tabel 22.
Tabel 22. Hubungan antara Persepsi Nelayan terhadap Perubahan Iklim dengan Pendidikan Responden
Pendidikan Persepsi terhadap
perubahan iklim Pendidikan
Koefisien Korelasi 1.000
.086 Sig. 2-tailed
. .566
N 47
47 Persepsi terhadap
perubahan iklim Koefisien Korelasi
.086 1.000
Sig. 2-tailed .566
. N
47 47
Berdasarkan hasil perhitungan didapat signifikansi sebesar 0,566 atau lebih besar dari α 0,05, maka Ho diterima. Artinya, tidak terdapat hubungan
yang signifikan antara pendidikan responden dengan persepsi terhadap perubahan iklim. Hal ini menunjukkan bahwa untuk menyadari terjadinya perubahan iklim
yang berdampak kepada kondisi ekologi pesisir nelayan tidak membutuhkan jenjang pendidikan tertentu. Dengan kondisi pendidikan nelayan yang cenderung
rendah dimana 74,5 persen responden dalam penelitian hanya mencapai jenjang pendidikan Sekolah Dasar, nelayan telah mampu menginterpretasikan perubahan
yang terjadi di lautan sebagai dampak perubahan iklim.
7.2.3 Hubungan antara Persepsi Nelayan terhadap Perubahan Iklim
dengan Lama Tinggal Responden di Ciawitali
Hubungan antara persepsi nelayan terhadap perubahan iklim dengan lamanya responden tinggal di Ciawitali diuji dengan tujuan untuk mengetahui
apakah persepsinya terhadap perubahan iklim dipengaruhi oleh lama-tidaknya responden menempati tempat tinggalnya di Ciawitali. Lama tinggal ini terbagi
menjadi dua kategori yaitu tinggi apabila responden telah tinggal di Ciawitali
lebih dari lima belas tahun; dan rendah apabila responden baru menempati wilayah Ciawitali selama kurang dari atau sama dengan lima belas tahun. Hasil
perhitungan korelasi kedua variabel ini ditunjukan dalam Tabel 23.
Tabel 23. Hubungan antara Persepsi Nelayan terhadap Perubahan Iklim dengan Lama Tinggal Responden di Ciawitali
Lama tinggal Persepsi terhadap
perubahan iklim Lama tinggal
Koefisien Korelasi 1.000
.238 Sig. 2-tailed
. .107
N 47
47 Persepsi terhadap
perubahan iklim Koefisien Korelasi
.238 1.000
Sig. 2-tailed .107
. N
47 47
Berdasarkan hasil perhitungan didapat signifikansi sebesar 0,107 atau lebih besar dari α 0,05, maka Ho diterima. Artinya, tidak terdapat hubungan
yang signifikan antara lamanya responden tinggal di Ciawitali dengan persepsi terhadap perubahan iklim. Seberapa lama responden tinggal di wilayah Ciawitali
mungkin berpengaruh terhadap seberapa jauh responden tersebut memahami kondisi lingkungannya. Namun dalam hal perubahan iklim yang berdampak pada
kodisi ekologi laut, responden telah mampu mempersepsikannya dengan tepat.
7.2.4 Hubungan antara Persepsi Nelayan terhadap Perubahan Iklim dengan Pengalaman Nelayan
Hubungan antara persepsi nelayan terhadap perubahan iklim dengan lamanya responden bekerja sebagai nelayan diuji dengan tujuan untuk mengetahui
apakah persepsinya terhadap perubahan iklim dipengaruhi oleh lama-tidaknya responden bekerja sebagai nelayan, dalam arti memiliki kontak langsung dengan
lingkungan yang mengalami perubahan. Kategori pengalaman nelayan ini terbagi menjadi dua, yaitu tinggi apabila responden telah menjadi nelayan lebih dari lima
belas tahun; dan rendah apabila responden baru bekerja sebagai nelayan selama kurang dari atau sama dengan lima belas tahun. Hasil perhitungan korelasi kedua
variabel ini ditunjukan dalam Tabel 24.
Tabel 24. Hubungan antara Persepsi Nelayan terhadap Perubahan Iklim dengan Pengalaman Nelayan
Pengalaman nelayan
Persepsi terhadap perubahan iklim
Pengalaman nelayan Koefisien Korelasi
1.000 .179
Sig. 2-tailed .
.229 N
47 47
Persepsi terhadap perubahan iklim
Koefisien Korelasi .179
1.000 Sig. 2-tailed
.229 .
N 47
47
Berdasarkan hasil perhitungan didapat signifikansi sebesar 0,229 atau lebih besar dari α 0,05, maka Ho diterima. Artinya, tidak terdapat hubungan
yang signifikan antara lamanya responden bekerja sebagai nelayan dengan persepsi terhadap perubahan iklim. Kontak langsung yang dialami oleh nelayan
terhadap lingkungan laut dan pesisir telah menimbulkan suatu kesadaran akan perubahan kondisi ekologis laut yang berbeda dari sebelumnya tanpa harus
bergantung pada lama-tidaknya nelayan tersebut menekuni kehidupan kencarian ikan dan tangkapan laut lainnya.
7.2.5 Hubungan antara Persepsi Nelayan terhadap Perubahan Iklim
dengan Klasifikasi Nelayan
Hubungan antara persepsi nelayan terhadap perubahan iklim dengan klasifikasi nelayan diuji dengan tujuan untuk mengetahui apakah persepsi
terhadap perubahan iklim dipengaruhi oleh intensitas dan tipologi nelayan. Klasifikasi nelayan terbagi menjadi tiga kategori, yaitu nelayan penuh apabila
nelayan tersebut hanya memiliki satu pekerjaan saja sebagai nelayan sehingga dapat diperkirakan nelayan jenis ini memiliki intensitas melaut yang lebih tinggi.
Kedua, nelayan sambilan utama yaitu nelayan yang memiliki pekerjaan lain namun hanya ditekuni apabila hasil laut sedang kurang baik. Nelayan jenis ini
masih memiliki intensitas melaut yang cukup tinggi, namun tidak setinggi nelayan penuh. Ketiga, nelayan musiman yaitu orang yang pekerjaannya bukanlah nelayan
namun ikut pula melaut jika hasil lautan sedang melimpah. Hasil perhitungan
korelasi variabel persepsi terhadap perubahan iklim dengan klasifikasi nelayan ini ditunjukan dalam Tabel 25.
Tabel 25. Hubungan antara Persepsi Nelayan terhadap Perubahan Iklim dengan Klasifikasi Nelayan
Klasifikasi nelayan
Persepsi terhadap perubahan iklim
Klasifikasi nelayan Koefisien Korelasi
1.000 .185
Sig. 2-tailed .
.212 N
47 47
Persepsi terhadap perubahan iklim
Koefisien Korelasi .185
1.000 Sig. 2-tailed
.212 .
N 47
47
Berdasarkan hasil perhitungan didapat signifikansi sebesar 0,212 atau lebih besar dari α 0,05, maka Ho diterima. Artinya, tidak terdapat hubungan
yang signifikan antara klasifikasi nelayan dengan persepsi terhadap perubahan iklim. Besar-kecilnya intensitas nelayan mencari tangkapan di laut ternyata tidak
mempengaruhi kesadaran nelayan tersebut mengenai perubahan ekologi laut yang disebabkan oleh perubahan iklim. Responden telah cukup mengetahui terjadinya
perubahan iklim dari dampak tidak langsung yang mereka rasakan, yaitu menurunnya hasil tangkapan.
7.3 Hubungan antara Persepsi Nelayan terhadap Perubahan Iklim
dengan Perilaku Komunikasi Nelayan
Terdapat empat variabel dalam perilaku komunikasi nelayan yang diuji hubungannya dengan persepsi nelayan terhadap perubahan iklim. Variabel
tersebut adalah jumlah media komunikasi yang dimiliki oleh nelayan, keterdedahan nelayan terhadap media komunikasi elektronik, keterdedahan
responden terhadap media cetak dan fungsi komunikasi interpersonal. Metode analisis hubungan yang digunakan adalah metode uji korelasi Rank Spearman
yang berfungsi untuk menunjukkan kuat atau tidaknya hubungan suatu variabel dengan variabel lainnya.
7.3.1 Hubungan antara Persepsi Nelayan terhadap Perubahan Iklim
dengan Kepemilikan Media
Hubungan antara persepsi nelayan terhadap perubahan iklim dengan jumlah media komunikasi yang dimiliki oleh responden diuji dengan tujuan untuk
mengetahui apakah kepemilikan media tersebut mempengaruhi persepsinya terhadap perubahan iklim. Kepemilikan media ini terbagi ke dalam dua kategori
yaitu rendah apabila media komunikasi yang dimiliki oleh responden hanya berjumlah satu atau dua media saja; dan tinggi apabila responden memiliki tiga
sampai empat media. Hasil perhitungan korelasi kedua variabel ini ditunjukan dalam Tabel 26.
Tabel 26. Hubungan antara Persepsi Nelayan terhadap Perubahan Iklim dengan Jumlah Media yang Dimiliki oleh Responden
Jumlah Media Persepsi terhadap
perubahan iklim Jumlah Media
Koefisien Korelasi 1.000
.038 Sig. 2-tailed
. .797
N 47
47 Persepsi terhadap
perubahan iklim Koefisien Korelasi
.038 1.000
Sig. 2-tailed .797
. N
47 47
Berdasarkan hasil perhitungan didapat signifikansi sebesar 0,797 atau lebih besar dari α 0,05, maka Ho diterima. Artinya, tidak terdapat hubungan
yang signifikan antara kepemilikan media dengan persepsi terhadap perubahan iklim. Jumlah media yang dimiliki oleh responden nelayan merupakan suatu
langkah awal yang dirasa cukup berperan dalam masuknya informasi kepada nelayan. Namun kontak langsung yang dialami oleh nelayan terhadap lingkungan
laut dan pesisir telah menimbulkan suatu kesadaran akan perubahan kondisi ekologis laut yang berbeda dari sebelumnya tanpa harus bergantung pada media
komunikasi dan informasi.
7.3.2 Hubungan antara Persepsi Nelayan terhadap Perubahan Iklim dengan Keterdedahan terhadap Media Elektronik
Hubungan antara persepsi nelayan terhadap perubahan iklim dengan keterdedahan responden terhadap media elektronik diuji dengan tujuan untuk
mengetahui apakah variabel tersebut mempengaruhi persepsinya terhadap perubahan iklim. Keterdedahan terhadap media elektronik adalah frekuensi
responden menyimak radio dan televisi per minggunya serta pengalaman responden memperoleh informasi tentang perubahan iklim dari media-media
elektronik tersebut. Penilaian keterdedahan responden terhadap media elektronik ini merupakan penjumlahan dari skor frekuensi responden mendengarkan radio
per minggu, frekuensi responden menyimak televisi per minggu serta pengalaman responden memperoleh informasi tentang perubahan iklim dari media-media
elektronik tersebut untuk kemudian menghasilkan pengkategorian tingkat keterdedahan responden terhadap media elektronik yang terbagi menjadi dua,
yaitu tinggi dan rendah. Hasil perhitungan korelasi kedua variabel ini ditunjukan dalam Tabel 27.
Tabel 27. Hubungan antara Persepsi Nelayan terhadap Perubahan Iklim dengan Keterdedahan terhadap Media Elektronik
Keterdedahan terhadap media
elektronik Persepsi terhadap
perubahan iklim Keterdedahan terhadap
media elektronik Koefisien Korelasi
1.000 .096
Sig. 2-tailed .
.521 N
47 47
Persepsi terhadap perubahan iklim
Koefisien Korelasi .096
1.000 Sig. 2-tailed
.521 .
N 47
47
Berdasarkan hasil perhitungan didapat signifikansi sebesar 0,521 atau lebih besar dari α 0,05, maka Ho diterima. Artinya, tidak terdapat hubungan
yang signifikan antara keterdedahan responden terhadap media elektronik dengan persepsi terhadap perubahan iklim. Informasi perubahan iklim memang banyak
disiarkan dalam media informasi elektronik, namun nelayan yang mengalami kontak langsung dengan lingkungan yang terkena dampak perubahan iklim telah
mampu mempersepsikan perubahan iklim yang terjadi secara nyata tanpa perlunya pengaruh penginformasian perubahan iklim dari media elektronik.
7.3.3 Hubungan antara Persepsi Nelayan terhadap Perubahan Iklim
dengan Keterdedahan Terhadap Media Cetak
Hubungan antara persepsi nelayan terhadap perubahan iklim dengan keterdedahan responden terhadap media cetak diuji dengan tujuan untuk
mengetahui apakah variabel tersebut mempengaruhi persepsinya terhadap perubahan iklim. Keterdedahan terhadap media cetak adalah frekuensi responden
membaca media cetak koranmajalahbuku per minggunya serta pengalaman responden memperoleh informasi tentang perubahan iklim dari media-media cetak
tersebut. Penilaian keterdedahan responden terhadap media cetak ini merupakan penjumlahan dari skor frekuensi responden membaca media cetak per minggu,
dan pengalaman responden memperoleh informasi tentang perubahan iklim dari media-media cetak tersebut untuk kemudian menghasilkan pengkategorian tingkat
keterdedahan responden terhadap media cetak yang terbagi menjadi dua, yaitu tinggi dan rendah. Hasil perhitungan korelasi kedua variabel ini ditunjukan dalam
Tabel 28.
Tabel 28. Hubungan antara Persepsi Nelayan terhadap Perubahan Iklim dengan Keterdedahan terhadap Media Cetak
Keterdedahan terhadap media
cetak Persepsi terhadap
perubahan iklim Keterdedahan terhadap
media cetak Koefisien Korelasi
1.000 .022
Sig. 2-tailed .
.885 N
47 47
Persepsi terhadap perubahan iklim
Koefisien Korelasi .022
1.000 Sig. 2-tailed
.885 .
N 47
47
Berdasarkan hasil perhitungan didapat signifikansi sebesar 0,885 atau lebih besar dari α 0,05, maka Ho diterima. Artinya, tidak terdapat hubungan
yang signifikan antara keterdedahan responden terhadap media cetak dengan persepsi terhadap perubahan iklim. Apabila dilihat dari angkanya, taraf
signifikansi ini berada cukup jauh dari korelasi kedua variabel. Dari keseluruhan responden hanya satu orang atau 2,1 persen responden saja yang memiliki
keterdedahan terhadap media cetak yang tinggi. Namun sebaliknya, persepsi nelayan terhadap perubahan iklim hampir seluruhnya tinggi. Hal ini menunjukkan
faktor keterdedahan terhadap media cetak secara signifikan tidak berpengaruh terhadap persepsi nelayan terhadap perubahan iklim. Nelayan dapat
mempersepsikan perubahan iklim dengan baik tanpa harus gemar membaca. Terlebih kegiatan pencarian ikan di laut merupakan suatu kegiatan yang penuh
dengan ketidakpastian. Nelayan tidak selalu dapat mengalokasikan waktunya setiap minggu untuk membaca. Kualitas pendidikan yang cenderung lebih rendah
di kalangan nelayan pun tidak menumbuhkan budaya gemar membaca. Serta lokasi pemukiman nelayan yang cenderung terisolasi dan berada jauh dari
perkotaan mengakibatkan akses masuknya media cetak berupa koran atau harian berita terhambat.
7.3.4 Hubungan antara Persepsi Nelayan terhadap Perubahan Iklim
dengan Fungsi Komunikasi Interpersonal
Hubungan antara persepsi nelayan terhadap perubahan iklim dengan fungsi komunikasi interpersonal nelayan diuji dengan tujuan untuk mengetahui
apakah persepsi terhadap perubahan iklim dipengaruhi oleh fungsi komunikasi interpersonal nelayan tersebut. Fungsi komunikasi interpersonal adalah aktifitas
responden dalam mencari informasi mengenai perubahan iklim melalui media komunikasi interpersonal. Terbagi menjadi dua ketegori, yaitu rendah apabila
nelayan tidak pernah membicarakan perubahan iklim dengan orang lain; dan tinggi apabila nelayan pernah membicarakan perubahan iklim dengan orang lain.
Hasil perhitungan korelasi kedua variabel ini ditunjukan dalam Tabel 29.
Tabel 29. Hubungan antara Persepsi Nelayan terhadap Perubahan Iklim dengan Fungsi Komunikasi Interpersonal
Fungsi komunikasi
interpersonal Persepsi terhadap
perubahan iklim Fungsi komunikasi
interpersonal Koefisien Korelasi
1.000 .196
Sig. 2-tailed .
.187 N
47 47
Persepsi terhadap perubahan iklim
Koefisien Korelasi .196
1.000 Sig. 2-tailed
.187 .
N 47
47
Berdasarkan hasil perhitungan didapat signifikansi sebesar 0,187 atau lebih besar dari α 0,05, maka Ho diterima. Artinya, tidak terdapat hubungan
yang signifikan antara fungsi komunikasi interpersonal responden dengan persepsi terhadap perubahan iklim. Hal ini disebabkan oleh dampak perubahan iklim
memang terlah terjadi di wilayah pesisir Ciawitali, dan masing-masing nelayan telah merasakannya secara langsung. Sehingga sering-tidaknya nelayan
membicakan perubahan iklim tidak berpengaruh secara signifikan terhadap persepsi nelayan terhadap perubahan iklim.
7.4 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Persepsi Nelayan terhadap
Perubahan Iklim
Rakhmat 2005 mendefinisikan persepsi sebagai pengalaman tentang objek, pengalaman tentang objek, peristiwa, atau hubugan-hubungan yang
diperoleh dengan menyimpulkan informasi dan menafsirkan pesan. Berbagai perubahan yang terjadi di wilayah Ciawitali sebagai dampak perubahan iklim
menjadi objek yang secara langsung berhubungan dengan nelayan yang memiliki ketergantungan yang tinggi terhadap wilayah pesisir tersebut. Kontak langsung ini
kemudian memicu terbentuknya persepsi nelayan terhadap lingkungan tersebut, termasuk sumber ataupun penyebab perubahan tersebut terjadi. Persepsi nelayan
terhadap perubahan iklim adalah penafsiran nelayan terhadap perubahan- perubahan ekologis yang terjadi di wilayan pesisir sebagai dampak dari perubahan
iklim.
Data yang diperoleh dari survai terhadap 47 orang nelayan menunjukkan bahwa hampir seluruh nelayan telah mempersepsikan perubahan iklim terjadi
wilayah Ciawitali. Hanya satu orang saja diantaranya 2,1 persen responden yang memiliki persepsi yang rendah terhadap perubahan iklim ini. Sedangkan dari uji
korelasi yang dilakukan antara persepsi nelayan terhadap perubahan iklim dengan berbagai variabel karakteristik individu dan perilaku komunikasi, tidak ditemukan
satupun hubungan yang signifikan. Hal ini disebabkan oleh beberapa faktor, yaitu: 1 Dampak perubahan iklim telah jelas sekali terjadi di pesisir Ciawitali,
sehingga hampir seluruh masyarakat telah membentuk persepsi yang sama mengenai perubahan iklim, tidak peduli usia, pengalaman, karakteristik
individu lainnya dan tidak membutuhkan keterdedahan informasi yang tinggi untuk menyadari dampak perubahan iklim telah terjadi di pesisir
Ciawitali. 2 Eratnya hubungan antara nelayan dengan sumberdaya pesisir, sehingga
berbagai perubahan yang terjadi telah ditafsirkan secara mandiri oleh nelayan sebagai dampak perubahan iklim.
BAB VIII DAMPAK PERUBAHAN IKLIM
PADA KEGIATAN PRODUKSI NELAYAN
8.1 Dampak Ekologis
Sebagaimana dipaparkan pada bab sebelumnya, nelayan Ciawitali merupakan nelayan dengan pola penangkapan ikan tradisional yang menyesuaikan
diri terhadap alam dalam berbagai macam kegiatan pencarian ikan. Musim penangkapan ikan nelayan Ciawitali berkisar antara bulan Juli hingga November,
yang merupakan penyesuaian kondisi wilayah tangkapan terhadap kondisi cuaca sepanjang tahun. Perubahan cuaca di wilayah pesisir ini kemudian memicu
terjadinya berbagai perubahan dalam kegiatan penangkapan ikan yang disebabkan oleh gejala-gejala perubahan iklim.
Perubahan iklim menyebabkan berbagai perubahan dalam ekosistem laut antara lain disebabkan oleh perubahan temperatur dan keasaman akibat
penyerapan CO
2
oleh lautan UNEP, 2009; Chen, 2008. Secara global, perubahan iklim di wilayah pesisir menyebabkan terjadinya kenaikan permukaan air laut,
perubahan pola hidrologi, pola angin, perubahan suhu dan keasaman air laut UNEP, 2009; Diposaptono, 2009; Chen, 2008. Berbagai perubahan ini dapat
menyebabkan terjadinya perubahan ekologis, antara lain intrusi air laut ke daratan; gelombang ekstrim dan badai; genangan dan banjir; erosi pantai;
kerusakan terumbu karang; perubahan proses upwelling, gerombolan ikan; perubahan pola migrasi ikan; perubahan morfologi pantai dan mangrove;
meningkatnya salinitas air, kerusakan lahan budidaya perikanan dan sumber- sumber air tawar; serta meningkatnya frekuensi dan intensitas badai di lautan
Chen, 2008; Diposaptono 2009; UNEP, 2009; Tauli-Corpuz, 2009. Di wilayah Ciawitali gejala perubahan iklim telah menyebabkan berbagai perubahan ekologis
di wilayah laut yang dirasakan secara langsung oleh para nelayan dan mempengaruhi aktivitas produksi perikanan tangkap. Berdasarkan perspektif
nelayan Ciawitali, perubahan tersebut meliputi perubahan musim ikan dan kekacauan musim angin.