chidhood through varied experiences and usually though a spritual crisis into maturity and the recognition of his identity an role in the word.
2. The sociological novel emphasizes the influence of social an d economic
conditions on characters and event; often it also embodies an impilcit or explicit thesis recommending social reform.
3. The historical novel takes its setting and some of its characters and events
from history; the term is usually applied only if the historical milieu and events are fairly elaborately developed and impotant to the central
narrative
4. The regional novel emphasizes the setting, speech, and customs of a
particular locality, not merely as local color, but as important conditions afiecting the temperament of the characters, and their ways of thinking,
feeling, and acting.
1.
Endungsroman dan erziehungsroman
adalah istilah bahasa Jerman berarti novel pembentukan atau novel pendidikan. Subjek novel ini adalah
pengembangan protagonis pikiran dan chaeacter ketika ia melewati dari chidhood melalui berbagai pengalaman dan biasanya meskipun krisis
spritual ke kedewasaan dan pengakuan atas identitas peran dalam sebuah kata.
2. Novel sosiologis menekankan pengaruh sosial ekonomi suatu kondisi karakter dan peristiwa; sering juga mewujudkan sebuah tesis impilcit atau
eksplisit merekomendasikan reformasi sosial. 3. Novel sejarah mengambil setting dan sebagian tokoh dan peristiwa dari
sejarah istilah ini biasanya diterapkan hanya jika lingkungan dan peristiwa- peristiwa sejarah yang cukup panjang lebar untuk dikembangkan dan pusat
impotant narasi
4. Novel regional menekankan setting, pidato, dan kebiasaan lokalitas tertentu, bukan hanya sebagai warna lokal, tetapi sebagai kondisi penting afiecting
temperamen karakter, dan cara berpikir, merasa, dan bertindak.
Berbagai pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa novel atau cerita rekaan adalah satu genre sastra yang dibangun oleh unsur-unsur pembangun sebagai sebuah
struktur yang secara fungsional memiliki keterjalinan ceritanya; untuk membangun totalitas makna dengan media bahasa sebagai penyampai gagasan pengarang tentang
hidup dan seluk-beluk kehidupan manusia. Dengan kata lain, novel adalah sebuah karya prosa fiksi yang tertulis naratif; biasanya dalam bentuk cerita.
3. Kajian Novel
Sebelum memfokuskan membahas kajian novel, terlebih dahulu dibahas pengertian kata kajian. Kata “kajian” dapat berarti 1 pelajaran; 2 penyelidikan.
Berawal dari pengertian tersebut, kata ”kajian” mempunyai makna meluas, yaitu: proses, cara, perbuatan mengkaji, penyelidikan pelajaran yang mendalam dan
“penelaahan”. Kemudian dalam arti “pelajaran yang mendalam” penyelidikan, kata “kajian” bisa memiliki kaitan makna dengan kata “penelitian”, dalam arti “kegiatan
pengumpulan, pengolahan, analisis, dan penyajian data yang dilakukan secara sistematis dan objektif untuk memecahkan suatu persoalan atau menguji suatu teori untuk
mengembangkan prinsip-prinsip umum”. Kata “kajian” bersinonim dengan kata “telaah”. Kata “telaah” berarti
“penyelidikan, kajian, pemeriksaan, penelitian”. Penelaahan berarti “proses, cara, perbuatan menelaah”.
Berdasarkan uraian di atas pembahasan masalah digunakan kata “kajian, telaah, pengkajian, penelaahan, dan penelitian”. Dengan demikian kajian novel dapat diartikan
sebagai proses, atau perbuatan mengkaji, menelaah, menyelidiki objek material yang bernama novel.
Dengan demikian, kajian sastra dapat disamakan dengan penelitian sastra. Penelitian sastra menurut Atar Semi 1990: 18 merupakan usaha pencarian
pengetahuan dan pemberimaknaan dengan hati-hati dan kritis secara terus menerus terhadap masalah sastra. Dalam pengertian ini masalah sastra merupakan suatu disiplin
ilmu yang mempunyai objek yang jelas, mempunyai pendekatan dan metode yang jelas. Kajian sastra pada dasarnya akan memberikan interpretasi dan penilaian
terhadap suatu fenomena sastra, nilai sastra, dan hakikatnya yang tersembunyi di dalam sistem tanda yang berupa karya sastra. Pada dasarnya penilaian karya sastra ada tiga
paham penilaian yang penting yaitu
relativisme
,
absolutisme
dan
perspektivisme
Rachmat Djoko Pradopo, 2003: 49. Penilaian
relativisme
menyatakan bahwa apabila sebuah karya sastra dianggap bernilai pada suatu waktu dan tempat tertentu, pada waktu dan tempat yang lain juga
harus dianggap bernilai. Penilaian
absolutisme
adalah penilaian karya sastra harus didasarkan pada ukuran dogmatis tertentu. Penilaian
perspektivisme
adalah penilaian karya sastra harus dilakukan dari berbagai sudut pandang sejak karya sastra itu
diterbitkan sampai sekarang. Perbedaan pendekatan penilaian yang berbeda, akan menghasilkan penilaian yang berbeda pula.
B. Hakikat Novel 1.
Pengertian Struktur
Beberapa pendapat tentang struktur: Jean Piaget menyebut tiga aspek konsep struktur sebagai berikut:
a the idea f wholeness, internal coherence: its constituent part will confor to a set of intrinsic laws which determine its nature and theirs;
b the idea of transformation: the structure is capable of transformational procedures, whereby new material is constantly processes by and through
it; c the idea of set regulation; the structure makes no appels beyond it self in
order to validite its transformational procedures it is sealed off from reference to other system” Hawkes, 1977: 16.
a gagasan keseluruhan, koherensi instinsik: bagian-bagiannya menyesuaikan diri dengan seperangkat kaidah instrinsik yang menentukan baik
keseluruhan struktur maupun bagian-bagiannya; b gagasan transformasi: struktur itu menyanggupi prosedur-prosedur
transformasi yang terus-menerus memungkinkan pembentukan bahan-bahan baru;
c gagasan regulasi diri: struktur tidak memerlukan hal-hal di luar dirinya untuk mempertahankan prosedur transformasinya; struktur itu otonom
terhadap rujukan pada sistem-sistem lain Teeuw, 1984: 141.
Dalam konsep struktur karya sastra, Aristoteles membicarakannya dalam rangka pembahasan tragedi. Efek tragedi dihasilkan oleh aksi plotnya dan untuk menghasilkan
efek yang baik plot harus mempunyai
wholennes
satu keseluruhan. Ada empat syarat utama, yaitu 1
order
adalah urutan yang menunjukkan konsekuensi dan konsisten; harus ada awal, ada tengah, dan akhir; 2
amplitude,
yaitu luas ruang lingkup atau
complexity
atau kerumitan: karya harus cukup memberi kemungkinan bagi perkembangan peristiwa; 3
unity,
atau kesatuan yaitu semua unsur dalam plot harus ada, tidak dapat bertukar tempat; 4
conection atau coherence
, maksudnya sastrawan mengemukakan bukan hal-hal yang sungguh-sungguh terjadi, tetapi hal-hal yang
mungkin atau harus terjadi dalam keseluruhan plot Teeuw, 1984: 121. Jan van Luxemburg 1984: 38 merumuskan struktur:
Pengertian struktur pada pokoknya berarti, bahwa sebuah karya atau peristiwa di dalam masyarakat menjadi suatu keseluruhan karena ada relasi timbal balik
antara bagian-bagiannya dan antara bagian dan keseluruhan. Hubungan itu tidak hanya bersifat positif, seperti kemiripan dan keselarasan, melainkan juga negatif
seperti misalnya pertentangan dan konflik. Selain itu ditandaskan, bahwa suatu “kesatuan struktur mencakup setiap bagian dan sebaliknya bahwa setiap bagian
menunjukkan kepada keseluruhan ini dan bukan yang lain.
Teeuw 1983: 2-3 menyebut bahwa sistem sastra ada tiga aspek dan sistem sastra di sini disejajarkan dengan pengertian struktur sastra. Tiga aspek sistem sastra itu
ialah:
1 externe strukturrelation
Plett, 1975: 122, sistem itu tidak otonom tetapi terikat pada sistem bahasa. Si penyair dalam menciptakannya paling tidak
sebagian terikat pada sistem bahasa yang dipakainya, tidak hanya pada aspek bentuknya, tetapi pula pada sistem maknanya. Sejauh mana ada kelonggaran
dan kebebasannya merupakan masalah yang menarik untuk diteliti, tetapi tidak mudah;
2 interne strukturrelation
Plett, 1975: 122, sistem itu merupakan struktur intern, struktur dalam yang bagian dan lapisannya saling menentukan
dan berkaitan. Sistem itu dapat disebut semacam tata sastra,
“ a set o conventions of reading poetry” ...
; 3 sistem sastra juga merupakan model
dunia sekunder, yang sangat kompleks dan bersusun-susun.
Jadi struktur merupakan sebuah totalitas yang terdiri dari kesatuan unsur-unsur pembentuknya. Unsur-unsur itu akan saling berhubungan dan menentukan. Tiap-tiap
unsur pembangun struktur hanya akan bermakna jika ada dalam kaitannya dengan keseluruhan. Dengan kata lain, dalam keadaan terpisah dari totalitasnya, unsur-unsur
tersebut tidak ada artinya, tidak berfungsi, dan tidak bermakna.
2. Struktur Novel